Ads 728x90

Kimi no Sensei demo Heroine ni Naremasuka Volume 1 Prolog

Posted by Chova, Released on

Option



Berbagi.


>>Paragraf Lebih Rapi Disini Ya<<


"Aku pulang."

Tidak ada yang menjawabku karena aku tinggal sendirian di apartemenku.

Aku, Reiyu Tenjou dan aku berumur 23 tahun. Lajang dan tidak punya pacar. Aku seorang guru Sejarah Jepang di SMA Swasta Kiyo di Tokyo.

Ini adalah tahun keduaku sebagai guru dan sekarang aku menjadi wali kelas untuk pertama kalinya, itulah sebabnya aku sibuk setiap hari.

Ah, dan setelah kelas selesai aku selalu di sekolah untuk membimbing anggota klub renang karena aku adalah pembimbing mereka.

Terlebih lagi, setelah menyelesaikan semua itu, aku kembali ke ruang guru untuk menyelesaikan dokumen, mengoreksi ujian dan semua macam pekerjaan administrasi.

Itulah sebabnya, begitu aku tiba di apartemenku setelah bekerja berjam-jam, aku merasa lelah dan kehabisan energi.

“Terima kasih atas kerja kerasmu, Reiyu.”

Saat menyalakan lampu, aku melihat sekilas kantong sampah yang tersusun di lorong sempit menuju kamarku. Pagi tadi aku ketiduran dan terburu-buru, jadi aku lupa membuangnya saat perjalanan ke sekolah.

Aku menuju ke kamar mandi, menghindari kantong sampah sialan yang menghalangi jalanku.

Aku mencuci tangan dan berkumur, lalu aku melihat ke atas dan ke bawah di cermin kamar mandi dan menyadari bahwa aku terlihat sangat lelah.

Aku melepas lensa kontakku dan merasakan kebebasan sementara pada pandanganku saat menjadi sedikit kabur.

Meskipun penglihatanku bagus bahkan tanpa kacamata, aku tetap memakai lensa kontak saat bekerja.

Aku melepas pakaianku dan membuang pakaian yang kupakai hari ini ke dalam mesin cuci dan juga baju renang yang kupakai saat latihan klub renang.

Setelah mengenakan kamisol, celana pendek, dan hoodie longgar, aku akhirnya bisa bernapas lega.

Aku berbaring di tempat tidur seperti boneka ventriloquist yang talinya sudah dipotong.

--- Adakalanya dimana aku ingin membuang semuanya ke laut.

Itulah yang aku rasakan sekarang.

Murid tahun keduaku di kelas C anak-anak yang baik.

Namun, beberapa dari mereka membuatku khawatir. Seorang siswi sering kali terlambat ke sekolah padahal ini baru bulan April. Sayangnya, meski sudah di kasih peringatan, dia tak mengubah sikapnya. Gimana caranya aku bisa membantunya?

Aku merasa frustasi dengan kurangnya kemampuanku sebagai seorang guru, padahal tujuanku adalah menjadi guru yang dapat membantu siswa.

Terlebih lagi, pekerjaanku menyita banyak waktuku sehingga aku tak punya satu detik pun untuk kehidupan pribadiku.

“Haaa~ kuharap aku bisa mendapat hari libur besok.”

Kata-kata solilokui yang mengungkapkan perasaan yang sebenarnya keluar dari mulutku tanpa kuminta.

Aku makan malam di luar saat perjalanan pulang, jadi kupikir aku akan tertidur dengan kondisi kenyang.

“… Aku makan stroberi aja lah.”

Ini adalah stroberi berkualitas sangat baik dalam jumlah besar yang dikirim nenekku dari kebun.

Ini adalah favoritku sejak aku masih kecil, tapi aku merasa sedikit lelah memakannya setiap hari, namun jika aku tak segera memakannya maka mereka semua akan busuk.

Sekarang, sepertinya sulit bagiku untuk memakan semuanya sendirian.

Setelah bertanya-tanya apa yang harus kulakukan, aku menelepon teman SMA-ku.

[Kamu mau datang ke apartemenku akhir pekan ini dan makan stroberi yang enak?]

[Maaf, tapi aku ada kencan buta, jadi lain kali aja.]

Aku langsung menyampaikan ajakanku padanya dan dia menjawab dengan nada santai dan menolak.

[Kamu teman yang tak berperasaan. Ayolah, mari kita adakan malam gadis~ Sudah lama kita tidak melakukannya~]

[Musim semi adalah musim pertemuan. Jadwalku sudah penuh dengan undangan dari banyak pria, kamu tahu?]

[Kamu tidak bingung membedakan musim semi dengan sepanjang tahun?]

[Reiyu-chan, kamu seharusnya mencuri hati para remaja dengan tak berlebihan, apa kamu tidak takut dibenci atau ditakuti sama para gadis?]

Selalu menarik untuk mendengar suaranya, cara berbicaranya yang sopan dengan sedikit nada berbisa.

[Maaf mengecewakanmu, tapi aku sangat dikagumi.]

[Oh, benarkah? Aku ingat saat SMA kamu begitu cantik dan galak hingga semua orang takut padamu. Mungkinkah alih-alih mengagumimu, mereka malah takut padamu?]

[Jangan membuatku ragu sekarang, karena aku merasa sangat lelah.]

Aku merasa khawatir.

[Baguslah kalau kamu mengabdikan dirimu pada murid-muridmu, tapi setidaknya kamu harus segera punya pacar.]

[Tahun ini aku menjadi wali kelas, jadi aku tak punya waktu untuk itu.]

[Tapi kamu punya waktu untuk menelponku, kan?]

[Dan kamu menjawab panggilanku.]

Sekarang sudah lewat jam 10 malam.

[Aku sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan seorang pria kaya di sebuah restoran.]

[Kamu sibuk bahkan di Kamis malam.]

Aku sendiri, sudah sangat lelah karena pekerjaan sehingga aku tidak punya tenaga untuk keluar.

[Jika kamu terus seperti ini, kamu tidak akan bisa menemukan jodohmu. Kamu harus keluar lebih sering agar kamu dapat menemukannya.]

[Aku tidak bisa menirumu.]

[Kamu tak pernah tertarik sama romansa, Rei-chan. Sayang sekali jika wanita cantik sepertimu tidak menikah.]

Aku menerima helaan panjang di ujung telepon.

[Kurasa tidak ada yang bisa kulakukan. Aku tumbuh di lingkungan di mana orang tuaku selalu bertengkar, itu sebabnya aku tidak percaya pada cinta abadi.]

Karena aku tak tertarik dan sibuk dengan pekerjaan, cinta bukanlah prioritas bagiku.

Jika aku mempunyai waktu luang, aku ingin beristirahat atau melakukan bersih-bersih rumah yang biasanya tak bisa kulakukan.

Lebih buruk lagi, aku tidak mempunyai keinginan untuk menikah dalam waktu dekat, jadi tidak mungkin aku bisa menemukan pacar.

Setidaknya untuk saat ini, aku tidak punya siapapun yang ingin kuajak bermain di apartemenku.

[Kamu perawan tua.]

[Betapa menyebalkannya dirimu. Aku hanya tidak melakukan apapun hanya untuk demi cinta. Aku wanita yang realistis.]

[Sebaliknya, bukankah standarmu tentang cinta sangat tinggi? Rei-chan, kamu bisa mendapatkan pria tampan atau kaya mana pun yang kamu inginkan, tapi kamu terlalu pilih-pilih.]

[Jika kebahagiaan bisa dicapai hanya dengan spesifikasi, hidup tak akan sesulit ini. Sebagai permulaan, seseorang yang sempurna sejak kamu bertemu dengannya hanya akan menjadi lebih buruk di kemudian hari.]

[… Kamu mengatakannya meskipun kamu tidak memiliki pengalaman dalam cinta.]

[Hmph!!! Cinta adalah masalah kecocokan dan waktu. Ah, dan kuberitahu padamu, jika ada pria yang baik untukku, aku akan segera mulai berkencan dengannya.]

Aku menahan suara kerasku dan sedikit membual.

[Haaa~~~ begitu. Lalu, kenapa kamu tidak mencoba bertemu dengan beberapa orang dari seminarimu di universitas? Sekarang mereka sudah menjadi anggota masyarakat, mungkin salah satu dari mereka sudah membaik.]

[Itu tidak mungkin.]

[Kenapa?]

[… Karena setelah kami lulus, masing-masing dari mereka mengaku padaku dan aku menolaknya. Karena itu, aku kehilangan kontak dengan mereka semua.]

Aku mengakuinya dengan enggan.

[Aku sudah menolak banyak pengakuan sejak SMA. Legenda Kapal Reiyu Tenjou yang Tak Dapat Tenggelam terus memperbarui sejarah penolakannya bahkan setelah menjadi anggota masyarakat.]

Percakapan ini bisa dibilang bercanda, temanku sepertinya kesulitan menahan tawanya.

[Aku juga akan jatuh cinta jika bertemu dengan seseorang yang tingginya sama dengnku, kamu tahu?]

Apa yang aku katakan adalah kebenaran murni.

Setidaknya, dalam kehidupan pribadiku, aku menginginkan hubungan di mana aku bisa merasa nyaman berhubungan dengan seseorang yang perasaan dan nilai-nilainya sesuai denganku.

Lebih dari sekedar bagaimana orang lain melihatku secara objektif, aku ingin menghargai perasaan nyaman dengan diriku sendiri.

[Rei-chan, itu sama sekali tak baik dan itu tak ada hubungannya dengan cinta untukmu.]

Temanku, yang menghabiskan seluruh waktunya berpesta-pesta di malam hari, cukup sinis.

Kedengarannya hampir seperti ceramah yang mengatakan bahwa mengejar cita-cita sebagai orang dewasa di atas 20 tahun adalah sia-sia.

[Aku tahu itu. Pertama-tama, aku tak perlu bergantung pada satu orang dalam hidupku. Aku akan membuat diriku bahagia, dan aku mungkin akan membuat pasanganku bahagia juga.]

[Itu terdengar sangat keren. Rei-chan, jika aku pria, aku pasti akan melamarmu.]

[Aku menolak lamaranmu karena aku ingin kita menjadi sahabat selamanya.]

[Aku ditolak lagi. Satu-satunya yang bisa menggerakkan hatiku hanyalah kamu, Rei-chan.]

Aku tak bisa menahan senyum pada percakapan santai yang biasa terjadi ini.

Mengobrol dengannya adalah cara yang baik untuk bersantai.

[Kamu tahu, Rei-chan? Tidak apa-apa untuk bekerja keras dalam pekerjaanmu, tetapi menggunakan kesibukanmu sebagai alasan adalah hal yang berbeda. Aku ingin kamu mengingat bahwa istirahat yang baik dan memperhatikan diri sendiri adalah hal yang baik.]

Suaranya seperti sentuhan yang menyusuri luka.

[Itulah sebabnya kita berbicara lewat telpon, bukan begitu?]

[Aku ingin melihat sisi cantikmu tenggelam dalam cinta, Rei-chan.]

[Jika aku bisa bertemu orang yang begitu spesial, aku dengan senang hati akan datang padamu untuk meminta nasihat cinta.]

Jika aku bisa bertemu orang yang spesial, aku ingin bertemu dengannya sesegera mungkin.

[Bukankah dia akan berada di dekatmu? Apa tidak ada pria baik di sekolah tempatmu bekerja?]

Dia menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu secara alami kepadaku seolah-olah dia menanyakanku tentang cuaca besok.

[Romansa tidak mungkin terjadi di tempat kerjaku~~~ Membawa cinta ke tempat kerja adalah hal yang mustahil.]

[Serius? Memiliki seseorang yang kamu sukai bisa menambah semangat pada pekerjaanmu.]

[Itu akan sangat mengganggu hingga aku tak bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku.]

[Kamu berbicara seperti remaja. Itu sebabnya kamu masih perawan.]

[Tidak ada hubungannya dengan itu!!!]

Kali ini aku meninggikan suaraku dengan keras.

Dan tiba-tiba, aku mendengar suara benturan dan sesuatu jatuh dari apartemen sebelah.

Aku ingin tahu apa semuanya baik-baik saja?

Di sebuah kondominium, bahkan detail terkecil sekalipun bisa menjadi masalah serius.

Aku tinggal sendirian di Tokyo dan aku tidak memiliki kontak apapun dengan tetanggaku.

Aku bahkan tidak tahu wajah atau nama orang di sebelah.

[Rie-chan, pria tak harus guru, itu bisa jadi murid. Kenapa kamu tidak memikat hati pria tampan yang terlihat menjanjikan dengan tubuh bagusmu?”

[Tidak mungkin aku bisa jatuh cinta pada murid.]

Aku terkejut.

Aku mengetahui hal ini karena aku melihat murid-murid di kelas setiap hari.

Tak peduli betapa miripnya tinggi dan ukuran mereka dengan orang dewasa, mereka tetaplah anak-anak.

[Mereka mungkin membangkitkan perasaan gairah dan tekad sebagai pria yang lebih muda darimu. Tak ada yang mutlak di dunia ini.]

[Aku akan langsung dipecat dari sekolah sebelum itu terjadi.]

[Dari luar kamu mungkin cantik, Rei-chan, tapi jauh di lubuk hati kamu sangat serius. Perempuan juga harus sedikit lebih agresif. Jika tidak, kamu tidak akan berarti apa-apa meskipun ada kesempatan.]

Dengan satu nasihat terakhir dan 'Aku sudah sampai di tujuanku', dia mengakhiri panggilan.

Aku terbangun oleh panggilan telpon dari temanku.

Aku mengeluarkan stroberi dari kulkas dan memakan satu buah.

“Enak sekali, tapi aku tidak akan pernah bisa menghabiskannya sendiri.”

Kebetulan, aku belum sempat memasak beberapa hari terakhir ini, jadi aku punya ruang kosong di kulkas dan melihat beberapa buah stroberi yang tersisa di sana, aku mengambil keputusan.

“Ya, aku tidak punya pilihan selain membagikannya. Lebih baik orang lain memakannya karena enak.”

Sayang kalau membiarkan stroberi membusuk, aku memasukkan beberapa buah stroberi ke dalam tas kertas dan meninggalkan apartemenku yang berada di nomor 103.

“Yah, ini tak ada hubungannya dengan romansa, tapi mari kita bersikap lebih proaktif.”

Aku mengambil keputusan dan menekan tombol interkom pada apartemen 102 di sebelahku.

■■■

Aku terbangun karena suara yang datang dari apartemen sebelah dan langsung terjatuh ke lantai.

“Ouch, sakit sekali… Apa yang terjadi?”

Setelah makan malam, aku berbaring di tepi tempat tidur setelah menyelesaikan PR sejarah Jepangku dan sepertinya aku tertidur.

Aku mengusap-usap pantatku sambil melihat ke arah dinding yang membatasi apartemen sebelah.

Aku tidak tahu wajah atau nama orang yang tinggal di sana, tapi menilai dari suaranya sebelumnya, aku rasa itu seorang wanita muda.

Tetanggaku mungkin seorang wanita pekerja atau mahasiswa. Dia bangun pagi-pagi sekali dan pulang larut malam, jadi langkah hidupnya berbeda denganku yang sebagai murid SMA.

Berkat itu, aku tak pernah bisa bertemu dengannya di luar apartemen.

Meski begitu, dinding apartemen ini relatif tipis, sehingga aku dapat dengan mudah mendengar alarmnya yang berbunyi keras di pagi hari. Lebih buruk lagi, alarmnya berdering berkali-kali, yang selalu membuatku terbangun pagi-pagi sekali.

Dan alhasil, walaupun aku seorang murid SMA yang tinggal sendirian, aku tak pernah terlambat ke sekolah.

Aku selesai bersiap-siap untuk besok sebelum tidur dan tepat saat aku selesai mencuci piring di dapur, bel pintu apartemenku berbunyi.

"Ya, aku datang."

Aku membuka pintu tanpa memeriksa siapa orang itu melalui lubang pintu.

"Senang berkenalan denganmu. Maaf mengganggumu selarut ini. Aku Tenjou, tetanggamu yang tinggal di apartemen 103. Aku datang untuk menyambutmu.”

“--- Eh!”

Tiba-tiba, pandanganku terasa lebih cerah seakan-akan hari masih siang.

Apa dia juga memiliki lingkaran cahaya? Ada keindahan yang begitu mempesona berdiri di depan pintu apartemenku hingga membuatku membeku.

Seorang wanita yang menyebut dirinya Tenjou datang mengunjungi apartemenku dengan senyum lebar di wajahnya menjelaskan kepadaku alasan segala sesuatunya dengan jelas dan mudah dimengerti.

Wanita berambut panjang yang mengaku tetanggaku ini masih muda dan cantik.

Usianya seharusnya antara 18 dan 21 tahun.

Wajahnya kecil dan anggun dengan ciri-ciri yang lembut. Lengan dan kakinya panjang dan ramping, padahal dia memakai hoodie besar yang menutupi bagian bawahnya. Pahanya yang putih menarik perhatianku dan di kakinya dia mengenakan sandal yang sedang tak sesuai dengan musimnya.

Meski pakaian yang dikenakannya cukup kasual dan informal, dia memiliki pesona luar biasa yang tak bisa disembunyikan.

Dia memiliki penampilan seperti boneka yang sangat cantik yang jauh melebihi kebanyakan orang.

Tak mengherankan jika dia seorang model atau artis.

“Umm, apa kamu mendengarkanku?”

Dia bertanya dengan cemas, seolah-olah dia tak menyadariku terkejut.

"Eh? Umm, ada apa, Otonari-san?”

"Ah, iya. Aku punya stroberi yang enak. Bolehkah aku berbagi dengamu sedikit?”

Dia membuka tas kertas dari mal dan menunjukkan stroberi di dalamnya.

Stroberi berwarna merah cerah dan bersinar seperti permata.



“Mereka pasti enak.”

“Jangan khawatir, ini bukan tentang menjual produk atau berlangganan. Aku yakin kamu terkejut, namun sebenarnya aku berada dalam masalah karena aku mendapatkan lebih banyak stroberi daripada yang bisa aku makan sendiri. Kamu tidak suka stroberi?”

Dia menjelaskan situasinya dengan hati-hati.

“Tidak, aku juga menyukainya, jadi tidak masalah.”

"Baguslah! Aku bisa menjamin rasanya! Rasanya manis dan juicy! Jadi begitu kamu mulai memakannya, kamu tidak akan bisa berhenti! Aku berharap kamu bisa menerimanya. Bagaimana menurutmu?”

Tampaknya dia adalah tipe orang yang tubuhnya bergerak sesuai dengan perasaannya.

Perlahan, tetanggaku melangkah maju dan memberikan tas kertas itu padaku.

Rambutnya berayun mengikuti ritme gerakannya dan mengeluarkan aroma yang sedap.

"Kalau begitu, terima kasih banyak."

Aku berpura-pura semuanya baik-baik saja dan menerima tas itu dengan cepat sehingga tak ada yang memperhatikan betapa bahagianya diriku.

“Tolong simpan di kulkas dan makanlah sesegera mungkin.”

“Aku mengerti--- eh?”

Meskipun aku gugup dan saat aku terus berbicara dengannya, tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Aku ingat aroma yang berasal dari Otonari-san ku ini.

Parfumnya… atau mungkin sampo.

Sepertinya aku menciumnya baru-baru ini. Malahan, hari ini aku mencium aroma yang sama tadi siang.

Dimana?

"Eh?"

Rasa penasaranku mengalahkan kegugupanku, jadi aku melihat wajahnya lebih dekat.

Dengan begitu, aku menyadari identitas aslinya.

Setiap hari dalam seminggu aku memikirkan tentang orang yang aku lihat di ruang kelas sekolahku, tetapi aku langsung menyangkal kemungkinan itu.

Tidak mungkin orang itu bisa tinggal di tempat seperti ini.

Berpikir seperti itu, aku berkedip lagi dan lagi.

Namun, wanita di depan mataku tidak menghilang.

Wanita yang aku lihat terlalu cantik untuk dianggap sebagai tiruan orang lain.

Aku tak langsung menyadarinya karena dia berpakaian santai, yang merupakan gambaran yang sangat berbeda dari penampilan wanita dewasa biasanya, dan dia tidak memakai riasan, yang memberinya kesan muda.

"Ada apa?"

"Kenapa kamu di sini!?"

Saking kagetnya diriku, sampai-sampai aku hampir menjatuhkan tas kertas yang aku ambil.

Dia juga bereaksi di saat yang sama dan tangan rampingnya menyentuh tanganku.

Alhasil, kami berdua akhirnya meraih pegangan tas kertas yang berisi stroberi.

"Ma-maaf! Aku tidak memegang tas kertasnya dengan benar.”

"Maaf ya! Pasti berat karena aku memasukkan banyak stroberi.”

Dia panik dan meletakkan tangannya di dadanya.

Lalu, ada keheningan yang canggung.

“Tolong jangan terlalu khawatir. Sekarang, aku minta maaf, karena sudah mengganggumu malam ini, jadi…”

Tetanggaku sepertinya tidak mau lama-lama lagi dan berusaha melarikan diri ke apartemennya.

Pada saat itu, aku memutuskan untuk memanggilnya.

“Kamu Tenjou-sensei, kan? Reiyu Tenjou-san.”

Tiba-tiba, dia berhenti ketika aku memanggil namanya.

"Tunggu. Aku hanya memberitahumu nama belakangku, kan?”

Tiba-tiba suaranya menjadi sangat gugup.

“Apa aku salah dengar? Kurasa kamu juga mengatakanku seorang guru…”

Dia perlahan berbalik ke arahku dengan kikuk seperti robot yang tak diberi minyak dengan baik dan menatapku dengan curiga.

“Aku, Yuunagi Nishiki, murid di kelasmu. Selamat malam."

Aku segera memberitahu dia nama lengkapku untuk menghilangkan kesalahpahaman.

“Yuunagi Nishiki?”

Dia mengulangi namaku dengan marah.

“Aku murid yang duduk di depan meja guru. Apa kamu mengerti, Sensei?”

Aku memperkenalkan diri sambil meminta maaf.

Lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku.

“Ummm, Tenjou-sensei, bukankah kamu terlalu dekat denganku?”

Aku bingung karena wajah cantiknya begitu dekat membuatku bisa merasakan nafasnya.

Seorang wanita cantik tetap cantik meski tanpa riasan.

Dia menatapku dengan matanya yang besar dari jarak yang begitu dekat sehingga aku bahkan ragu untuk bernapas.

“--- Yu-yuunagi Nishiki, Hmm? Ah, Nishiki-kun!!”

Sensei menyadari identitas asliku, terhuyung- terhuyung mundur seakan sedang melompat. Begitu kuatnya hingga salah satu sandalnya terlepas karena momentumnya.

“Hei, sensei, sandalmu…”

“Ka-kamu salah orang!!”

Tenjou-sensei berlari ke apartemennya, mengabaikan sandalnya.

Di mana pun dia berada, cahayanya tak pernah pudar.

Senyuman mempesona yang membuat seseorang jatuh cinta, penampilan luar biasa cantiknya, suasana ceria yang memberikan energi pada seseorang.

Tak diragukan lagi bahwa dia adalah wanita yang cantik dan bersinar seperti matahari.

Tetangga yang datang mengunjungi apartemenku--- adalah Reiyu Tenjou, wali kelasku di sekolah. 

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset