Romansa
rollercoaster.
>>Paragraf Lebih Rapi Disini Ya<<
“Ah, ini pasti yang mereka sebut
terhipnotis oleh masakan seseorang.”
Sekembalinya dari apartemen sebelah,
103, aku berbaring di tempat tidur.
Mengistirahatkan kedua tangan di
perutku yang kenyang, aku merasakan kebahagiaan yang lembut.
Ini adalah keempat kalinya aku makan
di apartemennya, dan itu menjadi sesuatu yang tidak dapat kulakukan tanpanya.
“Entah bagaimana, sepertinya dia yang
tertua.”
Yuunagi-kun, yang menyambutku, telah
menyiapkan makan malam sesuai perjanjian bertetangga kami.
Makan malam yang lezat dengan
keseimbangan nutrisi yang dipikirkan dengan matang.
Aku sangat menghargai hidangan
ikannya, yang tidak akan aku makan jika aku belum mencobanya. Kualitas percobaan
pertama melebihi ekspektasiku dan aku sangat puas.
Saat aku melihat waktu di ponselku ketika
aku hendak tidur, ternyata sudah lebih larut dari yang kukira.
Biasanya, aku sudah tertidur lelap
sekarang.
“Sepertinya aku sudah beristirahat di
apartemen sebelah untuk sementara waktu.”
Aku biasanya merasa tidak nyaman makan
dengan seseorang yang tidak dekat denganku.
Setelah selesai makan, seharusnya aku
pergi, tapi kami malah ngobrol sambil nonton TV.
Apartemen itu sangat nyaman.
Meski memiliki tata letak yang sama, aku
merasa jauh lebih nyaman di sana dibandingkan di apartemenku sendiri.
Hal-hal aneh terjadi.
“Sejak aku mulai makan bersama,
Yuunagi-kun, aku merasa sedikit lebih nyaman.”
Selain bantuan fisik dalam pekerjaan
rumah, hal ini membuat mentalku lebih ringan.
“Mungkin seperti inilah rasanya hidup
bersama orang lain.”
Menghabiskan waktu bersama di
apartemennya ternyata sangat menyenangkan.
“Tidak, tidak, meskipun dia pria, dia
tetaplah pelajar!”
Aku langsung menyangkal pemikiran itu.
Dia lebih bijaksana dan lebih tenang
dibandingkan diriku di usianya, membuatku hampir lupa bahwa dia lebih muda.
Yuunagi-kun juga seorang pendengar
yang baik, jadi akulah yang paling banyak berbicara. Kurasa aku merasa segar
memiliki seseorang untuk diajak bicara saat kami makan.
“Aku ingin tahu apakah pria dan wanita
normal akan mulai berkencan setelah mengunjungi rumah satu sama lain seperti
itu...”
Berbaring di tempat tidur dan menatap
langit-langit, aku merasakan wajahku semakin panas setiap kali aku
mengatakannya.
Aku menggeliat di tempat tidur.
“Sadarlah!! Kau terlalu ceroboh, Reiyu
Tenjou! Meskipun kau tidak memiliki pengalaman cinta, ingatlah bahwa dia lebih
muda dan juga muridmu! Jangan terbawa oleh fantasimu!”
Saat aku mulai memarahi diriku
sendiri, semua perasaanku yang terpendam meledak.
“Meskipun begitu, itu terlalu
sempurna! Menungguku pulang dengan makan malam sudah siap, memakai celemek? Dia
terlalu rajin. Apa dia anjing yang setia atau apa?”
Aku sendiri, berusaha menyembunyikan
kegugupanku dengan memaksakan diriku untuk bersemangat dan bahkan membelikan
sesuatu untuk kami berdua agar percakapan tetap berjalan.
Aku berniat untuk menunjukkan
ketenanganku sebagai orang dewasa ketika aku pergi ke apartemennya, tapi
sebelum aku menyadarinya, akulah yang disembuhkan.
“Aku benci dia bisa melihat menembus
diriku…”
Merasa seperti aku sedang dimanipulasi
oleh pria yang lebih muda adalah hal yang memalukan.
“Jika ini cinta, bagiku ini terjadi
terlalu cepat.”
Aku merasa seperti sedang menaiki rollercoaster tanpa palang pengaman.
Aku bahkan tidak tahu ke mana aku akan
pergi, tapi perjalanan itu sudah berangkat tanpa memberiku waktu untuk bersiap.
Walaupun kami saling kenal sebagai
guru dan murid, tapi apa sebenarnya hubungan kami, bolak-balik ke apartemen
satu sama lain dan makan bersama?
Tidak dapat menemukan jawabannya
sendiri, aku akhirnya menelpon temanku, seperti biasa.
Sayangnya, aku belum menerima jawabannya
hari ini.
“Ini semua salahmu karena menyuruhku
untuk lebih proaktif, dan sekarang lihat apa yang terjadi~~”
Hanya dengan berbagi sesuatu dengan tetanggaku,
hidupku berubah drastis.
Di sekolah dan di kondominium, seorang
anak laki-laki bernama Yuunagi Nishiki mendekatiku.
Dan ketika dia semakin dekat, aku tak
bisa memperhatikannya.
“Ini tidak benar, aku perlu merubah
suasana hati! Aku akan gantung baju renangku, mandi, dan bersiap untuk kelas.”
Ketika aku bangkit dari tempat tidur,
waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Setelah menggantungkan baju renang
kompetisi yang kupakai untuk kegiatan klub hari ini, aku menuju ke kamar mandi.
Aku sangat ingin berendam di bathtub
air panas, namun aku memutuskan untuk mandi.
Setelah menyegarkan diri dan
mengenakan piyama, aku minum air dan mengambil pengering rambut.
Mengeringkan rambut panjang
membutuhkan waktu dan bisa menimbulkan masalah.
Jika aku bermalas-malasan, rambutku
akan rusak, yang akan menurunkan moodku, jadi, sebagai kebanggaan seorang
gadis, aku tidak bisa mengambil jalan pintas di sini.
Setelah mengeringkan rambutku, aku
merasa melihat bayangan hitam bergerak di sudut pandanganku.
“Kyaaaaaa-----!!!”
Seketika, bayangan hitam itu,
kehadiran kebencian itu terlintas dalam pikiranku, dan aku menjerit keras.
Aku segera menutup mulutku dengan
kedua tanganku, berusaha meredam kebisingan, dan buru-buru menyingkirkan
bayangan gelap dari pikiranku.
Aku menyipitkan mataku dengan
ketakutan dan memeriksa lantai dan sudut apartemen, tapi tidak ada tanda-tanda
apa pun.
"Itu sebuah kesalahan! Ya! Pasti
hanya sebuah kesalahan!”
Aku terus berdoa dengan putus asa agar
tidak terjadi apa-apa.
Kemudian interkom apartemen berdering.
“Mungkinkah itu Yuunagi-kun?”
Aku tidak bisa memikirkan orang lain
yang mengunjungiku di jam seperti ini.
Untuk berjaga-jaga, aku mengenakan cardigan
dan menuju pintu masuk.
Menghilangkan ketidaknyamanku, aku
mengintip melalui lubang intip di pintu dan, benar saja, dia berdiri di sana.
Aku membuka pintu.
“Ada apa, Yuunagi-kun? Kenapa kamu ada
di sini di jam segini?”
"Aku merasa mendengar sesuatu
yang mirip dengan teriakanmu, Tenjou-san. Apa kamu baik-baik saja?"
“Jangan khawatir, aku hanya sedikit
terkejut. Terima kasih sudah datang ke sini.”
“Tidak apa-apa, ‘No 2; Perjanjian Bertetangga:
Di saat-saat sulit, jangan ragu-ragu untuk saling membantu.’"
“… Kamu datang bahkan sebelum aku
meminta bantuan.”
Senang rasanya memikirkan seseorang
yang peduli padamu.
“Aku khawatir kamu akan menangis
lagi.”
Yuunagi-kun menepis situasi itu dengan
lelucon seolah mengatakan jangan khawatir.
“Maaf jika aku membangunkanmu.”
“Aku baru saja mengerjakan PR.”
“Ah, apa salahku membuatmu terjaga
sepanjang malam?”
“Aku pernah begadang selarut ini
sebelumnya, jadi jangan salah paham.”
“Kamu tidak akan tumbuh lebih besar
jika kamu tidak cukup tidur.”
“Aku rasa aku sudah berhenti tumbuh.”
Dia tersenyum, meskipun dia satu
kepala lebih tinggi dariku.
Ah, kupikir dia anak-anak, tapi itu
membuatku sadar kalau dia laki-laki.
Tiba-tiba, aku merasa malu dengan pakaianku
dan menekan bagian depan cardiganku dengan tanganku.
“Apa kamu sudah tidur, Sensei?”
“Aku sedang berpikir untuk
mempersiapkan sedikit untuk kelas besok.”
“Kamu selalu bekerja keras.”
Katanya, tampaknya sangat terkesan.
"Kamu juga."
“Karena aku di sini, haruskah aku
menyiapkan cemilan tengah malam?”
“Itu menggoda, tapi kali ini tidak
karena aku ingin menghindari naiknya berat badan. Tapi aku menghargai perhatianmu.”
“Kalau begitu, mari selesaikan apa
yang harus kita lakukan dan tidurlah lebih cepat.”
“Baiklah, mari kita lakukan yang
terbaik. Sampai jumpa besok. Selamat malam."
"Ya, selamat malam."
Aku melihat Yuunagi-kun kembali ke
apartemennya lalu menutup pintu.
Aku hanya berhasil menahan diri untuk
tidak tersenyum di depannya.
Sejujurnya, menurutku tidak terlalu buruk untuk saling menyemangati seperti itu.