Ads 728x90

Kimi no Sensei demo Heroine ni Naremasuka Volume 1 Interlude 1

Posted by Chova, Released on

Option


 

Aku bermalam di apartemen muridku.

 

>>Paragraf Lebih Rapi Disini Ya<<



“Mmm~~~, tidurku nyenyak sekali.”

Seakan-akan ada tombol telah diputar, aku langsung terbangun dengan mata terbuka lebar.

Biasanya, aku harus memasang beberapa alarm di ponselku, menarik kesadaranku keluar dari tidur nyenyak yang suram, dan merangkak keluar dari tempat tidur seperti zombie.

Sudah lama sekali aku tidak bisa tidur nyenyak. Aku merasa lebih ringan dari biasanya dan kepalaku jernih.

Kapan terakhir kali aku terbangun dengan perasaan senyaman ini?

Alangkah baiknya jika seperti ini setiap hari.

Aku berbaring di tempat tidur dan mencari ponselku untuk mengecek jam, tapi tidak ada di dekat bantal.

"Apa? Dimana?"

Ponsel tidak ada.

“Ini, seprainya terasa berbeda…”

Sensasi bantal yang biasa aku peluk terasa berbeda, dan kalau dipikir-pikir, baunya juga berbeda.

Aku duduk dan melihat sekeliling dengan bingung.

Ini tempat yang aku tahu, tetapi ada sesuatu yang tak beres.

“… Selalu begini, kah?”

Saat penglihatanku menjadi jelas, aku menyadari apa yang terasa sangat berbeda.

“………!? Ini apartemen Nishiki-kun! Aku benar-benar melakukannya~~~~!!!!”

Aku merasakan darah mengalir dari wajahku. Bagaimana ini bisa terjadi?

"Ah! Apa aku benar-benar melakukannya!?”

Jeritan keputusasaan yang tak terdengar keluar dari diriku.

Kata-kata seperti 'bermalam', 'perilaku buruk terhadap anak di bawah umur', dan 'pemecatan secara tidak hormat' tiba-tiba terlintas di benakku.

"Itu tidak mungkin! Bentar! Apa aku benar-benar tidur di apartemen muridku?"

Aku segera memeriksa kondisiku sendiri. Tidak ada apa-apa, aku berpakaian dengan benar. Aku juga memakai celana dalamku. Sepertinya tidak ada yang acak-acakan. Itu masih sempurna.

Setelah merasa lega sejenak, aku buru-buru mengingat apa yang terjadi tadi malam.

Aku datang ke apartemennya, makan nasi kari, menangis dan membuat diriku nyaman sambil bersandar di dadanya.

Setelah itu, kami ngobrol sambil makan stroberi, dan--- pada titik tertentu aku pasti tertidur.

Mengingat hal itu membuat wajahku memanas.

“Aku tidak hanya memasuki apartemen seorang pria, tetapi aku juga bermalam di sini…”

Kecerobohanku menurunkan suasana hatiku yang tadinya cerah.

“Sensei, apa kamu sudah bangun?”

Sebuah suara datang dari lantai.

“Ni-nishiki-kun!?”

"Selamat pagi."

Dia terdengar mengantuk saat dia bangkit dari lantai.

“Se-se-selamat pagi.”

Kecemasanku muncul dalam suaraku.

"Apa kamu tidur dengan nyenyak?"

“I-iya. Te-terima kasih, kamu tidur di lantai?”

"Ya, karena kamu tertidur lelap di tempat tidurku. Apa kamu tidak ingat?" Nishiki-kun bertanya sambil menahan kuap.

“Aku sama sekali tidak ingat …”

Aku merasa sangat tidak enak bahkan aku tidak bisa menatapnya dengan benar.

“Umm, Sensei, bisakah kamu memperbaiki pakaianmu atau bersembunyi?”

Aku memeriksa penampilanku saat di amembuat permintaan itu.

Pakaianku benar-benar berantakan karena memeriksa tubuhku tadi.

Kancing atas kemejaku terbuka, memperlihatkan belahan dada dan braku, dan rokku terangkat saat memeriksa celanaku, menciptakan tampilan yang agak terbuka dan seksi.

Aku buru-buru menutupi diriku dengan seprai dan bersandar ke dinding.

“Untuk lebih jelasnya, aku belum menyentuhmu, Sensei.”

"Tapi! Kenapa aku tidur di tempat tidurmu?”

Aku meronta-ronta di bawah selimut saat aku memperbaiki pakaianku.

“Yah, kamu merebahkan dirimu di sana, Sensei. Awalnya kamu bersandar di tempat tidur, namun pada akhirnya kamu masuk ke atas dan tertidur lelap. Aku mencoba memanggilmu beberapa kali, tetapi kamu tidak mau bangun, jadi aku menyerah.”

Dia dengan tenang menjelaskan kepadaku apa yang terjadi tadi malam.

Itu benar, aku sering tertidur sambil bersandar di tempat tidur di apartemenku.

Biasanya aku terbangun sebentar di tengah malam dan tidur dalam keadaan setengah tertidur, sehingga bukan tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu.

Namun tidak disangka aku akan melakukan hal seperti itu di apartemen seorang laki-laki yang juga muridku.

“Lalu kamu menghabiskan sepanjang malam di lantai?”

“Apa akan lebih baik jika aku tidur di sebelahmu?”

Dia berdiri, meregangkan punggung dan pinggangnya seakan-akan terasa kaku.

"Aku benar-benar minta maaf!!!"

Aku membungkuk dalam-dalam di atas tempat tidur.

Aku benar-benar bodoh---!!!

Apa yang akan terjadi jika dia tidak bersikap seperti pria sejati?

“Jika ketahuan kamu menginap di apartemen murid, itu akan menjadi skandal besar.”

“Tidak mungkin~ aku tidak ingin dipecat sebagai guru.”

Aku meraih kepalaku dengan tanganku.

“Aku tidak akan menyebarkannya.”

Seberapa besar kelemahanku yang telah dia ketahui hingga pagi ini?

“Kamu tidak akan mengancamku? Kamu tidak mengambil fotoku?”

Rasanya aku ingin menangis lagi di hari yang masih pagi ini.

“Jika kamu meragukanku, silakan periksa ponselku.”

“… Apa kamu ini dewa? Aku hampir saja ingin memujamu.”

Dalam situasi di mana aku tidak bisa lagi menjaga martabatku sebagai seorang guru, dia tetap tenang, dengan sikap yang sama.

Pendidikan seperti apa yang dibutuhkan agar seorang murid SMA bisa begitu tenang?

Muridku terlalu dewasa.

"Apa yang akan kamu lakukan? Jika kamu punya waktu setelah ini, aku ingin melanjutkan apa yang sudah kita bahas kemarin.”

"Apa?"

Aku memiringkan kepalaku, tidak mengerti apa yang dia maksud.

Jangan bilang padaku bahwa meskipun dia tidak akan menyerang seseorang di saat mereka sedang tidur, dia akan melakukannya jika orang lain setuju?

Merasakan bahaya, aku mencoba berdiri dari tempat tidur, tapi dia menghalangi jalanku, menutup jalanku.

Oh tidak, aku yakin aku tidak akan bisa melarikan diri jika dia mendekatiku.

“………!”

Aku menelan ludah saat ketegangan menguasai tubuhku.

“Sensei?”

"Dengat! Aku telah memutuskan bahwa pertama kaliku akan bersama seseorang yang kucintai, jadi aku tidak bisa melakukan hal seperti itu dengan mudah! Juga, aku bukannya tidak mengetahui teknik segs yang mungkin kamu harapkan dariku, jadi menyerah saja!”

Bingung, aku mengatakan semua yang terlintas dalam pikiran.

Sepertinya aku sudah bicara terlalu banyak, tapi aku benar-benar ingin melindungi diriku sendiri.

Lalu, dia sendiri yang panik.

“Aku sedang membahas tentang diskusi menjadi bertetangga! Sensei, sejak kamu tertidur tadi malam, kita belum membicarakannya!”

Dia juga bergegas membersihkan namanya dari tuduhan palsu.

"Ah~~~, iya, begitu ya. Tentu saja, itu yang kamu maksud. Syukurlah."

Akhirnya, ketegangan hilang dari tubuhku.

“Kamu menilai tanpa bertanya apapun kepadaku, dan kemudian hal ini terjadi. Astaga, beri aku waktu sebentar.”

Dia tampak sangat cemas dan mengalihkan pandangannya dariku.

“Aku tidak bisa cukup meminta maaf. Tapi aku memintamu untuk memaafkanku.”

Yang bisa kulakukan hanyalah meminta maaf.

Malu dengan kesalahpahamanku sendiri, aku bahkan tidak bisa melihat wajahnya. Ini lebih dari sekedar pukulan terhadap martabatku sebagai seorang guru.

Meski tidak ada yang terjadi, keheningan yang canggung memenuhi apartemen yang disinari cahaya matahari pagi.

“Karena ini hari libur, bagaimana kalau kita sarapan dulu? Mungkin kita bisa membicarakannya saat sarapan.”

Dia orang pertama yang berbicara.

“Ya, sambil sarapan. Terimakasih."

Aku menjawab dengan cepat.

Selalu Nishiki-kun yang memberikan saran itu terlebih dahulu.

Kemampuannya untuk memahami dan menangani situasi yang tidak nyaman sejujurnya dapat diandalkan.

“Lalu bagaimana kalau aku menyiapkannya dalam satu jam? Sensei, kamu harus membersihkan dirimu juga.”

Mendengar sarannya, aku teringat kalau aku bahkan belum mandi sebelum tidur di ranjangnya tadi malam.

Oh tidakkk, aku mulai khawatir dengan keringat dan bauku sendiri.

"Okey!!! Dan aku akan mencuci seprai dan semuanya!”

"Tidak, aku akan melakukannya sendiri."

"Serahkan saja padaku! Ini permintaan maafku karena menggunakan tempat tidurmu!”

Sebelum Nishiki-kun menyetujuinya, aku dengan paksa melepas seprai dari tempat tidur.

“Sampai jumpa satu jam lagi!”

Aku berlari keluar dari apartemennya sambil mengambil seprai seperti pencuri.

Dengan momentum itulah, aku kembali ke apartemenku semula, melupakan lagi kantong sampah yang kutinggalkan di lorong.

“Whoahhh! Apa!?"

Aku tersandung keras dan akhirnya membenamkan wajahku di tumpukan selimut yang kubawa.

Setelah sedikit kesakitan, aku mencium bau yang bukan milikku.

“Ahhhhhhhh---!”

Saat aku berteriak kaget, aku segera memasukkan semuanya ke dalam mesin cuci.

Lalu, seolah ingin menghapus jejak semalam, aku melepas baju dan celana dalam yang kupakai dan menyalakan tombol.

Saat aku masuk ke kamar mandi dan membiarkan air panas mengalir ke seluruh tubuhku, aku diliputi rasa benci pada diri sendiri.

“Apa yang kau lakukan, tidur di apartemennya.”

Tidak ada yang terjadi, tetapi itu adalah pertama kalinya dalam hidupku bermalam di apartemen seorang pria.

Aku sudah hidup 23 tahun tanpa memiliki kekasih. Aku bahkan belum pernah menjalin hubungan berpacaran.

Tentu saja, aku juga belum pernah menjalin hubungan dewasa.

Aku selalu kurang tertarik pada romansa, melihat obsesi teman-temanku dengan cinta dan pasangan sebagai sesuatu yang sangat jauh dariku.

Meskipun aku sudah menerima pengakuan cinta sejak aku masih mahasiswa, aku selalu menolak semuanya.

Karna itulah aku belum pernah berkencan, apalagi bermalam di apartemen pria.

“Ini terjadi terlalu cepat.”

Dan orang yang dimaksud adalah pria yang lebih muda.

Yuunagi Nishiki. Muridku, yang kebetulan tinggal di sebelah rumahku.

(Bukankah dia akan dekat denganmu? Bukankah ada anak baik di sekolah tempatmu bekerja?)

Kata-kata temanku tiba-tiba muncul kembali.

Itu hanya membuatku semakin sadar akan hal itu.

… Sekarang rasa panas di wajahku bukan hanya karena mandi.

“Bagaimana aku harus memperlakukannya setelah ini!?”

Aku tidak yakin lagi bisa bertingkah seperti orang dewasa di depannya lagi.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset