Prolog 01
Monolog Jinguuji Rumi.
Aku hidup membuat banyak kesalahan.
Kesalahan terbesarku adalah mengaku pada Jun, dan kemudian
berkencan dengannya.
Shirosaki Jun adalah teman masa kecilku. Ketika kami di
sekolah dasar, adik perempuanku Naori dan aku selalu bermain di tanah kosong
yang ada di salah satu sisi rumah, sebuah rumah dibangun di tempat itu dan kami
tidak puya tanpa tempat untuk bermain, rumah yang mereka bangun adalah rumah
Jun.
Ketika aku bertemu Jun untuk pertama kalinya aku akhirnya
jatuh cinta, kita bisa mengatakan itu cinta pada pandangan pertama, aku gugup,
aku bisa menyapanya dengan canggung tetapi di dalam diriku aku melakukan pose
kemenangan, aku berpikir bahkan jika kami kehilangan tempat bermain kami, aku
bisa memaafkannya.
Jun keren, dia adalah tipeku. Mata yang panjang dan
tajam, tetapi tak terasa seperti tatapan yang buruk. Bentuk hidungnya juga
bagus, dia adalah laki-laki yang memancarkan suasana nakal dan akhirnya aku kalah
darinya.
Baik dalam penampilan maupun kepribadiannya, dia tenang, tak
peduli apapun tang dilakukannya, seolah-oah dia ingin mengatakan "Ada
apa?" Sekarang aku memikirkannya, kurasa dia hanya sedikit lebih
tinggi tetapi ketika aku masih kecil aku berpikir "dia terlihat dewasa,
betapa kerennya" jelas bahwa aku berpikir dia tampak keren tak peduli apa
yang dia lakukan, kurasa gadis mana pun akan berpikir seperti itu dengan cinta
pertamanya, aku terpukau hanya ketika dia membuat gerakan mengangkat rambutnya,
aku menatap keringat yang mengalir di pipi dan lehernya, ketika guru menunjuk
ke arahnya dan menjawab jawaban sederhana, tulang selangka putihnya ketika dia
membungkuk. Jantungku berdebar kencang saat aku meletakkan tanganku di
pipinya saat dia menoleh ke jendela untuk melihat langit ... yah ... ada banyak
hal ...
Jika aku harus mengatakan sesuatu yang serius bahwa aku
adalah tipe orang yang berakting, itu adalah pertama kalinya aku memiliki hubungan
yang kuat dengan seorang laki-laki seperti Jun. Mengingat ketika kami masih
kecil, Jun selalu di sampingku membaca buku, dia adalah tipe orang yang suka
membaca. Bahkan jika itu adalah waktu istirahat tanpa banyak kegiatan, aku
meresa bahwa dia sedang membaca, tentu saja, itu tidak seperti kami semua 6
tahun di sekolah dasar bersama, aku benar-benar tidak tahu apakah dia selalu
melakukannya tetapi dalam diriku, aku memiliki gambaran tentang dia.
Ngomong-ngomong, aku menderita karena hobi Jun setelah itu,
tapi aku akan ceritakan nanti, mari kita kesampingkan untuk saat ini.
Itulah sebabnya, Jun tahu banyak hal, dan dia mengajari kami
banyak hal, alasan mengapa langit berwarna biru, mekanisme yang membuat pesawat
terbang, alasan mengapa anak kembar lahir...
Tapi kau tahu.
Lagipula aku tidak tahu harus berpikir apa karena dia bisa
memberitahu gadis sekolah dasar hal-hal seperti telur atau sperma bahkan tanpa malu,
sekarang aku setelah ku pikir-pikir, satu-satunya yang akan mengatakan itu
adalah orang dewasa, bagiku yang adalah seorang gadis, mataku berbinar-binar
karena berpikir itu sungguh luar biasa bahwa Jun tahu banyak hal. Bodohnya.
Saudara kembar
Itu Naori dan aku.
Aku memiliki adik perempuan bernama Naori, waktu kecil kami
sangat mirip hingga mereka meragukan bahwa kami tidak berasal dari sel telur
yang sama, gaya rambut kami sama, jika kami berganti pakaian, itu dengan mudah
membingungkan mereka, itu menyenangkan, jadi kami biasa bermain menggoda orang
dewasa.
Tapi tak satu pun dari kami bisa menipu Jun.
Dia mengatakan hal-hal bahwa kami bukan zigot monyet jadi
kami tidak sama, tentu saja, wajah kami mirip, tetapi tidak sampai tidak bisa
dibedakan, sepertinya dia menyadarinya. Sekarang kami adalah pelajar SMA,
gaya rambut kami berbeda, juga bentuk fisik kami, kami tidak dapat lagi
melakukan sesuatu seperti bermain dengan mengubah peran kami.
Meskipun kami tak pernah berpikir untuk berubah.
Penampilan luar kami sama tetapi kepribadian kami tidak
sama, perbedaannya jelas sekarang dibandingkan ketika kami masih
kecil. Aku biasa menghabiskannya untuk berbaur dengan orang-orang yang
berolahraga, bersenang-senang di acara-acara, sementara Naori selalu memasang
ekspresi kesal, dia adalah tipe orang yang terus mengeluh, sungguh ironi.
Dan kemudian ... dia menjadi lebih dari pembaca daripada
Jun. Naori tidak membatasi dirinya pada buku, dia menyukai anime, film,
semuanya, karna itu tak diragukan lagi itu karena pengaruh ayah, dia juga
pintar, kurasa dia tahu hal-hal sebelum diberitahukan kepadanya.
Dia akhirnya berbicara lebih banyak daripada yang aku
lakukan pada Jun.
Selain itu, Jun yang tidak memiliki rasa kalah mulai berusaha
lebih keras dengan buku, film, dan pengetahuan, tentu saja juga dengan studi,
bukannya dia tidak belajar dengan baik, tetapi Jun lebih baik daripada aku tetapi
dia selalu tahu selangkah lagi untuk mencapai Naori. Dia benar-benar
tampak frustrasi ketika Naori menunjukkan kepadanya nilai sempurnanya dengan senyum
kepuasan yang lebar.
Sampai suatu hari aku menyadari bahwa waktu kami berkencan
untuk bersenang-senang berkurang, ketika aku bertanya alasannya aku akhirnya mengalihkan
topik pembicaraan, aku langsung mengerti alasannya, Jun ingin mendapatkan nilai
sempurna di ujian berikutnya, itu benar, dia ingin belajar.
Dia menghabiskan hari-hari sekolah dasar kami seperti itu
dan tak diragukan lagi sekarang Jun lebih baik, kenapa? Karena saat dia SMP
dia selalu mendapat peringkat pertama. Dia sangat benci kalah… atau
begitulah yang ingin aku katakan, tetapi tentu saja aku tahu ada alasan lain di
baliknya, yang terlalu membuatku frustrasi.
Selain itu, yang kami miliki, kepribadian dan cara berpikir
Naori dan aku tidak sama. Tapi selera kami sama, atau lebih tepatnya,
ketika kami masih kecil dia menyembunyikan beberapa hal yang dia sukai.
Kami menyukai permen yang sama hingga kami selalu berdebat tentang
yang terakhir yang tersisa, pakaian favorit kami sama sehingga kami akhirnya
berdebat itu milik siapa, itu sebabnya barang-barang yang kami miliki menjadi
dua, mungkin aku tidak suka memiliki sesuatu yang berbeda.
Jadi saat kami masih kecil, makanan yang paling kami sukai,
baju yang paling kami sukai, mainan yang paling kami suka itu sama.
Dan lalu ... kami menyukai orang yang sama.
Di saat itu, aku tidak tahu bahwa Naori menyikai Jun. Tapi
kami adalah saudara kembar, tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa
Naori menyikai Jun, kurasa setidaknya dia menyukainya sejak sebelum kami masuk SMP. Jika
aku harus berbicara tentang diriku sendiri, ketika aku sedang mulai puber di SMP,
aku mulai merasa malu setiap kali aku berbicara dengan Jun, sementara Naori
tersenyum dan akrab dengannya.
Aku sangat cemburu, aku frustrasi. Meskipun aku ingin
berbicara dengan Jun. Saat aku berada di klub aku tidak tahu apa yang mereka
berdua lakukan, Jun ada di klub panahan jadi aku pergi menemuinya saat aku
bisa, tetapi sepertinya Naori di klub dan pulang lebih awal. Tapi meski
begitu ada saat-saat setelah klub selesai aku melihat mereka pulang bersama,
itu bukan hanya sekali atau dua kali, ketika aku melihat mereka berbicara begitu
akrab sehingga sulit bagiku untuk berbicara dengan mereka, aku tidak bisa
berbuat apa-apa selain melihat mereka dari jauh, karna itu aku sengaja
bersembunyi di balik mobil agar mereka tidak melihatku. Tapu aku…
Meskipun aku tahu perasaan Naori, aku pura-pura tidak
menyadarinya. Aku berpura-pura tidak melihat apa-apa. Kami menjadi palajar
tahun kedua dan aku akhirnya berada di kelas yang sama dengan Jun, di tahun
pertama kami berada di kelas yang berbeda, jadi aku hampir tidak menyadari
bahwa Jun berada di sekolah yang sama. Tapi karna kami berada di kelas
yang sama, kami bisa berbicara di kelas dan aku menyadari bahwa bagaimanapun
juga, aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya, di sana aku merasa tak nyaman
ketika gadis-gadis lain berbicara dengannya.
Dan kemudian di waktu istirahat Naori muncul berkali-kali di
depan Jun, ah, Naori sudah bersamanya sejak dia di tahun pertama, aku tak tahu
itu. Naori sudah berteman baik dengan Jun dan teman-temannya, tidak ada tempat
untukku, aku tidak keberatan jika dia menolakku tetapi aku ingin dia
menyadariku meskipun hanya sedikit, pada suatu saat aku mulai berpikir seperti ini.
Aku memutuskan untuk mengaku padanya.
Tak peduli apa hasilnya, aku ingin membebaskan diri dari
ini, jika aku bisa merasa lebih baik dengan itu, itu akan baik-baik saja.
Suatu malam sebelum liburan musim panas tahun ketiga
dimulai, aku meneleponnya, mandi dan mencuci semua keringat, menata rambutku dan
memakai lipstik, mengenakan pakaian bagus untuk memberi diriku sesuatu tekad
dan aku mengundangnya melalui Line dan berkata,
"Aku mau ke toko, temani aku."
Meskipun aku mengatakan itu aku benar-benar malu kami
memiliki hubungan di mana aku bisa dengan mudah memintanya untuk sesuatu
seperti itu, bagaimanapun juga kami adalah teman masa kecil, kami adalah tetangga.
Saat aku mengiriminya pesan, aku sangat gugup sehingga aku tak
tahu berapa lama aku menahan jariku pada tombol kirim, aku sangat takut hingga aku
masih ingat bahwa aku menekan tombol tanpa bisa melihat layar. Aku benar-benar malu
dan lucu saat itu.
Aku mengatur waktu ketika Naori sedang mandi dan bagaimanapun
juga aku merasa tak enak pergi tanpa memberitahunya jadi aku berkata melalui
pintu,
"Aku mau ke toko, kamu menginginkan
sesuatu?"
Naori tanpa tahu apa-apa hanya menjawab,
"Aku mau puding."
Suara polos itu menusukku jauh ke dalam hatiku yang gelap.
Saat aku meninggalkan rumah ada Jun dengan ekspresi seperti
sedang kesal. Ah, dia juga terlihat keren dengan ekspresi itu. Apa
masalahnya.
Dalam perjalanan ke toko kami tidak membicarakan apa pun, aku
sangat gugup hingga tidak ingat ke mana kami pergi, kapan harus
mengatakannya? Bagaimana cara memulai? Ah, mungkin karena dorongan
hati … saat aku memikirkan hal itu, kami akhirnya tiba di toko, dan untuk saat
ini aku membeli beberapa minuman dan dua puding.
Dalam perjalanan pulang aku mengajak Jun dan berkata,
"ayo ke taman kita sudah lama tidak ke sana."
Aku telah menghindari momen untuk mengaku tetapi hari ini aku
akan mengatakannya ... Aku telah memutuskan dalam hatiku bahwa aku akan mengaku
di taman itu, itu adalah taman kecil di tempat kami bermain saat kami masih
kecil, tidak ada apa-apa selain perosotan dan beberapa ayunan, tetapi ada cukup
ruang untuk beberapa anak untuk berlarian, bahkan ada beberapa kursi dengan
sebuah atap.
Sekarang aku mengingatnya, kurasa taman itu sangat cocok
untuk pengakuan, tapi tetap saja ... meskipun aku telah dipenuhi dengan tekad,
saat aku duduk di bangku aku benar-benar gugup, aku menghabiskan sepanjang
waktu bertanya-tanya bagaimana caranya aku harus memulai? Apa yang akan aku
lakukan jika dia menolakku? Atau lebih tepatnya, aku sudah memutuskan
bahwa dia akan menolakku.
Bukannya aku semanis Naori, tetapi Jun sepertinya lebih
menyukai Naori. Itu benar, alasan utamaku tidak bisa mengatakannya… adalah
karena Jun menyukai Naori. Saat itu sekitar tahun kelima sekolah dasar,
Jun bertanya banyak tentang Naori, dia akhirnya memiliki kebiasaan menanyakan
hal-hal seperti "berapa lama Naori belajar di rumah?" atau
"buku apa yang sedang Naori baca sekarang?" Setiap kali dia
membuka mulut, hanya Naori yang keluar, kupikir dia serius menjadikannya
sebagai saingan ... tapi kepercayaan diriku berubah.
Tak peduli siapa yang melihatnya, dia sangat tertarik pada
Naori hingga aku tak bisa berbuat apa-apa. Tapi meski begitu aku masih
dipenuhi dengan tekad untuk mengatakan yang sebenarnya padanya. Aku tak tahu
berapa kali aku akan berhasil bangkit kembali, bahkan jika aku memutuskan, aku
sangat takut hanya dengan berpikir bahwa dia akan menolakku, aku berada dalam
lingkaran.
"Ah, laki-laki yang mengaku kepadaku merasa seperti
ini" Di sana aku berpikir dengan tenang sekarang bahwa aku berada di sisi
lain, aku tak bisa mengerti apa-apapun meskipun ini bukan waktunya untuk
memikirkan hal-hal seperti itu ... mereka semua luar biasa, dibutuhkan
keberanian untuk bisa mengatasinya. Ah, tidak, aku memutuskan untuk
melakukannya, aku akan melakukannya.
... Jika aku tidak mengatakannya sekarang, aku akan
menyesalinya.
Aku akan mengatakannya, ya aku akan baik-baik saja, setelah
melalui lingkaran beberapa kali aku dipenuhi dengan tekad, ini adalah momen
paling gugup dalam hidupku. Aku yang ketakutan sangat malu untuk
mengatakannya dengan serius, tetapi aku akhirnya mengatakan kepadanya dengan
ringan,
“Maukah… kamukah kamu mencoba berkencan denganku?”
Meskipun hanya itu, aku masih butuh banyak keberanian untuk
mengatakannya, kalimat yang sudah kusiapkan sebelumya sudah melayang entah
kemana, aku pikir aku akan mati, hatiku akan meledak, aku takut Jun tidak
mendengarku.
Lalu. Keheningan…
“Ada apa begitu tiba-tiba?”
Ketika Jun akhirnya membuka mulutnya, itulah yang dia
katakan, cara mengatakan itu seolah-olah itu adalah masalah baginya bahwa aku
telah mengatakan kepadanya, aku ingin mengatakan kepadanya bahwa itu bukan
sesuatu yang "tiba-tiba" aku ingin mengatakan padanya bahwa aku
selalu menyukainya, tetapi aku tak bisa mengatakannya, aku takut dia serius.
“Kita sudah menjadi pelajar SMP tahun ketiga sejak April, aku
ingin memiliki pengalaman seperti itu sebelum masuk SMA, kita tidak akan
memiliki ujian masuk, bukankah ini saat yang tepat? Ada banyak gadis di sekolah
yang sudah punya pacar, bagaimana mau mencobanya?”
Dengan mulut yang sama yang aku katakan padanya, aku
akhirnya mengatakan bahwa itu hanya untuk mencoba tanpa bisa mengungkapkan
perasaanku yang sebenarnya, meskipun aku dipenuhi dengan tekad yang akhirnya
aku segera melarikan diri. Aku takut akan keheningan, dan aku bergegas
untuk mencegah Jun berpikir terlalu banyak.
“Ayolah, kita sudah saling kenal sejak kita masih kecil jadi
kita bisa yakin, kita berdua saling mengenal dengan baik, namun Jun, kalau itu
aku, tidak apa-apa, kan? Atau kamu tidak menyukaiku?”
Aku mulai putus asa mengatakan bahwa aku gadis yang terlalu
nyaman. Ah… itu tak lagi berguna, itu menyedihkan, bahkan setelah
mengatakannya aku merasa sedih. Tentu saja, Jun bukan salah satu orang
yang akan mengangguk hanya karena aku mengatakan hal seperti itu padanya,
akulah yang paling memahaminya, tapi Jun itu dewasa jadi kurasa dia mengerti
apa yang aku katakan. Tidak... bukan hanya aku percaya padanya, dia tahu
apa yang aku katakan, dia menatap wajahku dan bertanya dengan serius
"Rumi, apa kamu benar-benar ingin berkencan denganku?"
Jika Jun yang mengatakannya maka aku bisa dengan jujur mengatakan, "Ya"
“Baiklah, tidak masalah.”
Itu adalah momen paling bahagia dalam hidupku, ketika Jun
menjawab "Aku dalam penjagaanmu" aku ingin berteriak dengan gembira,
jika aku sendirian aku pasti akan mengeluarkan teriakan yang keras. Karena
... cinta pertamaku telah menjadi kenyataan!
Begitu aku pulang ke rumah dan memberitahu Naori, dia
memberiku selamat dengan mengatakan "Wahh, sekarang kamu punya pacar,
selamat, cinta pertamamu sudah terwujud" tetapi jauh di lubuk matanya dia
pasti tidak merayakannya, ketika aku melihat wajah Naori Dadaku sakit karena
kekejaman yang telah kulakukan. Perasaan bersalah ... dan perasaan keunggulan
berulang dalam diriku.
Aku kembali ke kamarku, dan menutupi kepalaku dengan seprai melihat
semua riwayat percakapan dengan Jun, Ketika aku membayangkan sesuatu dengan
melihat foto-foto kami ketika kami masih kecil perasaan bersalah hilang
sepenuhnya.
Aku berpikir kami adalah pasangan yang terlihat cocok, aku
tidak tahu apakah seharusnya dia yang mengatakannya, tetapi, seorang gadis ceria
yang pandai olahraga dan jenius di kelas, tanpa diragukan lagi kami terlihat
cocok, selain itu, aku tidak tahu apakah Jun memperhatikan tetapi ada banyak
gadis yang diam-diam memiliki perasaan padanya, aku ingin mengatakan bahwa aku
adalah orang pertama yang memperhatikannya.
Tapi tidak perlu mengatakan hal seperti itu lagi, lagipula
Jun sudah menjadi pacarku.
Kekasih… dan pacar.
Getaran manis itu membawaku ke surga. Aku lupa tentang
Naori dan akhirnya tersenyum sendiri… dari awal.
Jun itu hanya untukku.
Wajah malu yang tidak akan dilihat Naori.
Suaranya berbisik di telingaku.
Jari-jarinya yang panjang di kepalaku saat dia memelukku
untuk menciumku.
Pada saat itu aku tidak punya pikiran untuk apapun selain
Jun, tidak ada bayangan Naori, itu sebabnya aku melupakan wajahnya yang sedih,
tidak, aku mencoba melupakannya.
Meskipun dari awal aku berhati-hati untuk berbicara dengan
Jun di depan Naori, sekarang aku berbicara tentang kencan dengannya sesegera
mungkin ke tempat di mana tidak ada orang lain, dan akhirnya aku memberikan kabar
kepada Naori, sekarang tak perlu menahan diri, bukan? Begitulah aku
membuat alasan untuk diriku sendiri.
Naori selalu menemaniku, tapi sekarang setelah aku
memikirkannya, aku terlalu kejam. Ini salah Naori karena tidak
mengatakannya secara langsung… Aku… Aku akhirnya mencoba untuk menegakkan
keadilan pada diriku, itu benar-benar yang terburuk.
Aku adalah kakak yang buruk, kakak yang menjengkelkan.
Kegagalan sebagai kakak perempuan.
Jadi itu sebabnya.
Karena aku adalah kakak perempuan yang menyedihkan dan kotor...
Aku tidak tahan dan putus dengan Jun. Hanya dalam satu tahun
aku putus dengannya.
Dan kemudian aku dengan paksa menekan Jun pada Naori.
Untuk dapat menyembunyikan kotoranku, untuk dapat membayar
dosaku.
Cinta pertamaku, meskipun dulu begitu berkilau sekarang semuanya sudah kotor, tak peduli seberapa banyak aku memolesnya, itu tak lagi bersinar, sekarang aku juga tenggelam ke dalam kolam yang terbentuk di dalam hatiku.