Ads 728x90

Koi wa Futago de Warikirenai Volume 1 Prolog 01

Posted by Chova, Released on

Option

 


Prolog 01

Monolog Jinguuji Rumi.


>>Lebih Rapi Disini<<

 

Aku hidup membuat banyak kesalahan. 

Kesalahan terbesarku adalah mengaku pada Jun, dan kemudian berkencan dengannya. 

Shirosaki Jun adalah teman masa kecilku. Ketika kami di sekolah dasar, adik perempuanku Naori dan aku selalu bermain di tanah kosong yang ada di salah satu sisi rumah, sebuah rumah dibangun di tempat itu dan kami tidak puya tanpa tempat untuk bermain, rumah yang mereka bangun adalah rumah Jun.

Ketika aku bertemu Jun untuk pertama kalinya aku akhirnya jatuh cinta, kita bisa mengatakan itu cinta pada pandangan pertama, aku gugup, aku bisa menyapanya dengan canggung tetapi di dalam diriku aku melakukan pose kemenangan, aku berpikir bahkan jika kami kehilangan tempat bermain kami, aku bisa memaafkannya.

Jun keren, dia adalah tipeku. Mata yang panjang dan tajam, tetapi tak terasa seperti tatapan yang buruk. Bentuk hidungnya juga bagus, dia adalah laki-laki yang memancarkan suasana nakal dan akhirnya aku kalah darinya.

Baik dalam penampilan maupun kepribadiannya, dia tenang, tak peduli apapun tang dilakukannya, seolah-oah dia ingin mengatakan "Ada apa?" Sekarang aku memikirkannya, kurasa dia hanya sedikit lebih tinggi tetapi ketika aku masih kecil aku berpikir "dia terlihat dewasa, betapa kerennya" jelas bahwa aku berpikir dia tampak keren tak peduli apa yang dia lakukan, kurasa gadis mana pun akan berpikir seperti itu dengan cinta pertamanya, aku terpukau hanya ketika dia membuat gerakan mengangkat rambutnya, aku menatap keringat yang mengalir di pipi dan lehernya, ketika guru menunjuk ke arahnya dan menjawab jawaban sederhana, tulang selangka putihnya ketika dia membungkuk. Jantungku berdebar kencang saat aku meletakkan tanganku di pipinya saat dia menoleh ke jendela untuk melihat langit ... yah ... ada banyak hal ...

Jika aku harus mengatakan sesuatu yang serius bahwa aku adalah tipe orang yang berakting, itu adalah pertama kalinya aku memiliki hubungan yang kuat dengan seorang laki-laki seperti Jun. Mengingat ketika kami masih kecil, Jun selalu di sampingku membaca buku, dia adalah tipe orang yang suka membaca. Bahkan jika itu adalah waktu istirahat tanpa banyak kegiatan, aku meresa bahwa dia sedang membaca, tentu saja, itu tidak seperti kami semua 6 tahun di sekolah dasar bersama, aku benar-benar tidak tahu apakah dia selalu melakukannya tetapi dalam diriku, aku memiliki gambaran tentang dia.

Ngomong-ngomong, aku menderita karena hobi Jun setelah itu, tapi aku akan ceritakan nanti, mari kita kesampingkan untuk saat ini.

Itulah sebabnya, Jun tahu banyak hal, dan dia mengajari kami banyak hal, alasan mengapa langit berwarna biru, mekanisme yang membuat pesawat terbang, alasan mengapa anak kembar lahir...

Tapi kau tahu.

Lagipula aku tidak tahu harus berpikir apa karena dia bisa memberitahu gadis sekolah dasar hal-hal seperti telur atau sperma bahkan tanpa malu, sekarang aku setelah ku pikir-pikir, satu-satunya yang akan mengatakan itu adalah orang dewasa, bagiku yang adalah seorang gadis, mataku berbinar-binar karena berpikir itu sungguh luar biasa bahwa Jun tahu banyak hal. Bodohnya.

Saudara kembar

Itu Naori dan aku.

Aku memiliki adik perempuan bernama Naori, waktu kecil kami sangat mirip hingga mereka meragukan bahwa kami tidak berasal dari sel telur yang sama, gaya rambut kami sama, jika kami berganti pakaian, itu dengan mudah membingungkan mereka, itu menyenangkan, jadi kami biasa bermain menggoda orang dewasa. 

Tapi tak satu pun dari kami bisa menipu Jun.

Dia mengatakan hal-hal bahwa kami bukan zigot monyet jadi kami tidak sama, tentu saja, wajah kami mirip, tetapi tidak sampai tidak bisa dibedakan, sepertinya dia menyadarinya. Sekarang kami adalah pelajar SMA, gaya rambut kami berbeda, juga bentuk fisik kami, kami tidak dapat lagi melakukan sesuatu seperti bermain dengan mengubah peran kami.

Meskipun kami tak pernah berpikir untuk berubah.

Penampilan luar kami sama tetapi kepribadian kami tidak sama, perbedaannya jelas sekarang dibandingkan ketika kami masih kecil. Aku biasa menghabiskannya untuk berbaur dengan orang-orang yang berolahraga, bersenang-senang di acara-acara, sementara Naori selalu memasang ekspresi kesal, dia adalah tipe orang yang terus mengeluh, sungguh ironi. 

Dan kemudian ... dia menjadi lebih dari pembaca daripada Jun. Naori tidak membatasi dirinya pada buku, dia menyukai anime, film, semuanya, karna itu tak diragukan lagi itu karena pengaruh ayah, dia juga pintar, kurasa dia tahu hal-hal sebelum diberitahukan kepadanya.

Dia akhirnya berbicara lebih banyak daripada yang aku lakukan pada Jun.

Selain itu, Jun yang tidak memiliki rasa kalah mulai berusaha lebih keras dengan buku, film, dan pengetahuan, tentu saja juga dengan studi, bukannya dia tidak belajar dengan baik, tetapi Jun lebih baik daripada aku tetapi dia selalu tahu selangkah lagi untuk mencapai Naori. Dia benar-benar tampak frustrasi ketika Naori menunjukkan kepadanya nilai sempurnanya dengan senyum kepuasan yang lebar.

Sampai suatu hari aku menyadari bahwa waktu kami berkencan untuk bersenang-senang berkurang, ketika aku bertanya alasannya aku akhirnya mengalihkan topik pembicaraan, aku langsung mengerti alasannya, Jun ingin mendapatkan nilai sempurna di ujian berikutnya, itu benar, dia ingin belajar.

Dia menghabiskan hari-hari sekolah dasar kami seperti itu dan tak diragukan lagi sekarang Jun lebih baik, kenapa? Karena saat dia SMP dia selalu mendapat peringkat pertama. Dia sangat benci kalah… atau begitulah yang ingin aku katakan, tetapi tentu saja aku tahu ada alasan lain di baliknya, yang terlalu membuatku frustrasi.

Selain itu, yang kami miliki, kepribadian dan cara berpikir Naori dan aku tidak sama. Tapi selera kami sama, atau lebih tepatnya, ketika kami masih kecil dia menyembunyikan beberapa hal yang dia sukai.

Kami menyukai permen yang sama hingga kami selalu berdebat tentang yang terakhir yang tersisa, pakaian favorit kami sama sehingga kami akhirnya berdebat itu milik siapa, itu sebabnya barang-barang yang kami miliki menjadi dua, mungkin aku tidak suka memiliki sesuatu yang berbeda.

Jadi saat kami masih kecil, makanan yang paling kami sukai, baju yang paling kami sukai, mainan yang paling kami suka itu sama.

Dan lalu ... kami menyukai orang yang sama.

Di saat itu, aku tidak tahu bahwa Naori menyikai Jun. Tapi kami adalah saudara kembar, tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa Naori menyikai Jun, kurasa setidaknya dia menyukainya sejak sebelum kami masuk SMP. Jika aku harus berbicara tentang diriku sendiri, ketika aku sedang mulai puber di SMP, aku mulai merasa malu setiap kali aku berbicara dengan Jun, sementara Naori tersenyum dan akrab dengannya.

Aku sangat cemburu, aku frustrasi. Meskipun aku ingin berbicara dengan Jun. Saat aku berada di klub aku tidak tahu apa yang mereka berdua lakukan, Jun ada di klub panahan jadi aku pergi menemuinya saat aku bisa, tetapi sepertinya Naori di klub dan pulang lebih awal. Tapi meski begitu ada saat-saat setelah klub selesai aku melihat mereka pulang bersama, itu bukan hanya sekali atau dua kali, ketika aku melihat mereka berbicara begitu akrab sehingga sulit bagiku untuk berbicara dengan mereka, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat mereka dari jauh, karna itu aku sengaja bersembunyi di balik mobil agar mereka tidak melihatku. Tapu aku…

Meskipun aku tahu perasaan Naori, aku pura-pura tidak menyadarinya. Aku berpura-pura tidak melihat apa-apa. Kami menjadi palajar tahun kedua dan aku akhirnya berada di kelas yang sama dengan Jun, di tahun pertama kami berada di kelas yang berbeda, jadi aku hampir tidak menyadari bahwa Jun berada di sekolah yang sama. Tapi karna kami berada di kelas yang sama, kami bisa berbicara di kelas dan aku menyadari bahwa bagaimanapun juga, aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya, di sana aku merasa tak nyaman ketika gadis-gadis lain berbicara dengannya.

Dan kemudian di waktu istirahat Naori muncul berkali-kali di depan Jun, ah, Naori sudah bersamanya sejak dia di tahun pertama, aku tak tahu itu. Naori sudah berteman baik dengan Jun dan teman-temannya, tidak ada tempat untukku, aku tidak keberatan jika dia menolakku tetapi aku ingin dia menyadariku meskipun hanya sedikit, pada suatu saat aku mulai berpikir seperti ini.

Aku memutuskan untuk mengaku padanya. 

Tak peduli apa hasilnya, aku ingin membebaskan diri dari ini, jika aku bisa merasa lebih baik dengan itu, itu akan baik-baik saja. 

Suatu malam sebelum liburan musim panas tahun ketiga dimulai, aku meneleponnya, mandi dan mencuci semua keringat, menata rambutku dan memakai lipstik, mengenakan pakaian bagus untuk memberi diriku sesuatu tekad dan aku mengundangnya melalui Line dan berkata,

"Aku mau ke toko, temani aku."

Meskipun aku mengatakan itu aku benar-benar malu kami memiliki hubungan di mana aku bisa dengan mudah memintanya untuk sesuatu seperti itu, bagaimanapun juga kami adalah teman masa kecil, kami adalah tetangga.

Saat aku mengiriminya pesan, aku sangat gugup sehingga aku tak tahu berapa lama aku menahan jariku pada tombol kirim, aku sangat takut hingga aku masih ingat bahwa aku menekan tombol tanpa bisa melihat layar. Aku benar-benar malu dan lucu saat itu.

Aku mengatur waktu ketika Naori sedang mandi dan bagaimanapun juga aku merasa tak enak pergi tanpa memberitahunya jadi aku berkata melalui pintu,

"Aku mau ke toko, kamu menginginkan sesuatu?" 

Naori tanpa tahu apa-apa hanya menjawab,

"Aku mau puding." 

Suara polos itu menusukku jauh ke dalam hatiku yang gelap.

Saat aku meninggalkan rumah ada Jun dengan ekspresi seperti sedang kesal. Ah, dia juga terlihat keren dengan ekspresi itu. Apa masalahnya.

Dalam perjalanan ke toko kami tidak membicarakan apa pun, aku sangat gugup hingga tidak ingat ke mana kami pergi, kapan harus mengatakannya? Bagaimana cara memulai? Ah, mungkin karena dorongan hati … saat aku memikirkan hal itu, kami akhirnya tiba di toko, dan untuk saat ini aku membeli beberapa minuman dan dua puding. 

Dalam perjalanan pulang aku mengajak Jun dan berkata,

"ayo ke taman kita sudah lama tidak ke sana."

Aku telah menghindari momen untuk mengaku tetapi hari ini aku akan mengatakannya ... Aku telah memutuskan dalam hatiku bahwa aku akan mengaku di taman itu, itu adalah taman kecil di tempat kami bermain saat kami masih kecil, tidak ada apa-apa selain perosotan dan beberapa ayunan, tetapi ada cukup ruang untuk beberapa anak untuk berlarian, bahkan ada beberapa kursi dengan sebuah atap.

Sekarang aku mengingatnya, kurasa taman itu sangat cocok untuk pengakuan, tapi tetap saja ... meskipun aku telah dipenuhi dengan tekad, saat aku duduk di bangku aku benar-benar gugup, aku menghabiskan sepanjang waktu bertanya-tanya bagaimana caranya aku harus memulai? Apa yang akan aku lakukan jika dia menolakku? Atau lebih tepatnya, aku sudah memutuskan bahwa dia akan menolakku.

Bukannya aku semanis Naori, tetapi Jun sepertinya lebih menyukai Naori. Itu benar, alasan utamaku tidak bisa mengatakannya… adalah karena Jun menyukai Naori. Saat itu sekitar tahun kelima sekolah dasar, Jun bertanya banyak tentang Naori, dia akhirnya memiliki kebiasaan menanyakan hal-hal seperti "berapa lama Naori belajar di rumah?" atau "buku apa yang sedang Naori baca sekarang?" Setiap kali dia membuka mulut, hanya Naori yang keluar, kupikir dia serius menjadikannya sebagai saingan ... tapi kepercayaan diriku berubah.

Tak peduli siapa yang melihatnya, dia sangat tertarik pada Naori hingga aku tak bisa berbuat apa-apa. Tapi meski begitu aku masih dipenuhi dengan tekad untuk mengatakan yang sebenarnya padanya. Aku tak tahu berapa kali aku akan berhasil bangkit kembali, bahkan jika aku memutuskan, aku sangat takut hanya dengan berpikir bahwa dia akan menolakku, aku berada dalam lingkaran.

"Ah, laki-laki yang mengaku kepadaku merasa seperti ini" Di sana aku berpikir dengan tenang sekarang bahwa aku berada di sisi lain, aku tak bisa mengerti apa-apapun meskipun ini bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal seperti itu ... mereka semua luar biasa, dibutuhkan keberanian untuk bisa mengatasinya. Ah, tidak, aku memutuskan untuk melakukannya, aku akan melakukannya.

... Jika aku tidak mengatakannya sekarang, aku akan menyesalinya.

Aku akan mengatakannya, ya aku akan baik-baik saja, setelah melalui lingkaran beberapa kali aku dipenuhi dengan tekad, ini adalah momen paling gugup dalam hidupku. Aku yang ketakutan sangat malu untuk mengatakannya dengan serius, tetapi aku akhirnya mengatakan kepadanya dengan ringan,

“Maukah… kamukah kamu mencoba berkencan denganku?” 

Meskipun hanya itu, aku masih butuh banyak keberanian untuk mengatakannya, kalimat yang sudah kusiapkan sebelumya sudah melayang entah kemana, aku pikir aku akan mati, hatiku akan meledak, aku takut Jun tidak mendengarku.

Lalu. Keheningan…

“Ada apa begitu tiba-tiba?”

Ketika Jun akhirnya membuka mulutnya, itulah yang dia katakan, cara mengatakan itu seolah-olah itu adalah masalah baginya bahwa aku telah mengatakan kepadanya, aku ingin mengatakan kepadanya bahwa itu bukan sesuatu yang "tiba-tiba" aku ingin mengatakan padanya bahwa aku selalu menyukainya, tetapi aku tak bisa mengatakannya, aku takut dia serius.

“Kita sudah menjadi pelajar SMP tahun ketiga sejak April, aku ingin memiliki pengalaman seperti itu sebelum masuk SMA, kita tidak akan memiliki ujian masuk, bukankah ini saat yang tepat? Ada banyak gadis di sekolah yang sudah punya pacar, bagaimana mau mencobanya?”

Dengan mulut yang sama yang aku katakan padanya, aku akhirnya mengatakan bahwa itu hanya untuk mencoba tanpa bisa mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya, meskipun aku dipenuhi dengan tekad yang akhirnya aku segera melarikan diri. Aku takut akan keheningan, dan aku bergegas untuk mencegah Jun berpikir terlalu banyak.

“Ayolah, kita sudah saling kenal sejak kita masih kecil jadi kita bisa yakin, kita berdua saling mengenal dengan baik, namun Jun, kalau itu aku, tidak apa-apa, kan? Atau kamu tidak menyukaiku?”

Aku mulai putus asa mengatakan bahwa aku gadis yang terlalu nyaman. Ah… itu tak lagi berguna, itu menyedihkan, bahkan setelah mengatakannya aku merasa sedih. Tentu saja, Jun bukan salah satu orang yang akan mengangguk hanya karena aku mengatakan hal seperti itu padanya, akulah yang paling memahaminya, tapi Jun itu dewasa jadi kurasa dia mengerti apa yang aku katakan. Tidak... bukan hanya aku percaya padanya, dia tahu apa yang aku katakan, dia menatap wajahku dan bertanya dengan serius "Rumi, apa kamu benar-benar ingin berkencan denganku?"

Jika Jun yang mengatakannya maka aku bisa dengan jujur ​​mengatakan, "Ya"

“Baiklah, tidak masalah.”

Itu adalah momen paling bahagia dalam hidupku, ketika Jun menjawab "Aku dalam penjagaanmu" aku ingin berteriak dengan gembira, jika aku sendirian aku pasti akan mengeluarkan teriakan yang keras. Karena ... cinta pertamaku telah menjadi kenyataan! 

Begitu aku pulang ke rumah dan memberitahu Naori, dia memberiku selamat dengan mengatakan "Wahh, sekarang kamu punya pacar, selamat, cinta pertamamu sudah terwujud" tetapi jauh di lubuk matanya dia pasti tidak merayakannya, ketika aku melihat wajah Naori Dadaku sakit karena kekejaman yang telah kulakukan. Perasaan bersalah ... dan perasaan keunggulan berulang dalam diriku.

Aku kembali ke kamarku, dan menutupi kepalaku dengan seprai melihat semua riwayat percakapan dengan Jun, Ketika aku membayangkan sesuatu dengan melihat foto-foto kami ketika kami masih kecil perasaan bersalah hilang sepenuhnya.

Aku berpikir kami adalah pasangan yang terlihat cocok, aku tidak tahu apakah seharusnya dia yang mengatakannya, tetapi, seorang gadis ceria yang pandai olahraga dan jenius di kelas, tanpa diragukan lagi kami terlihat cocok, selain itu, aku tidak tahu apakah Jun memperhatikan tetapi ada banyak gadis yang diam-diam memiliki perasaan padanya, aku ingin mengatakan bahwa aku adalah orang pertama yang memperhatikannya.

Tapi tidak perlu mengatakan hal seperti itu lagi, lagipula Jun sudah menjadi pacarku.

Kekasih… dan pacar.

Getaran manis itu membawaku ke surga. Aku lupa tentang Naori dan akhirnya tersenyum sendiri… dari awal.

Jun itu hanya untukku. 

Wajah malu yang tidak akan dilihat Naori.

Suaranya berbisik di telingaku.

Jari-jarinya yang panjang di kepalaku saat dia memelukku untuk menciumku.  

Pada saat itu aku tidak punya pikiran untuk apapun selain Jun, tidak ada bayangan Naori, itu sebabnya aku melupakan wajahnya yang sedih, tidak, aku mencoba melupakannya.

Meskipun dari awal aku berhati-hati untuk berbicara dengan Jun di depan Naori, sekarang aku berbicara tentang kencan dengannya sesegera mungkin ke tempat di mana tidak ada orang lain, dan akhirnya aku memberikan kabar kepada Naori, sekarang tak perlu menahan diri, bukan? Begitulah aku membuat alasan untuk diriku sendiri.

Naori selalu menemaniku, tapi sekarang setelah aku memikirkannya, aku terlalu kejam. Ini salah Naori karena tidak mengatakannya secara langsung… Aku… Aku akhirnya mencoba untuk menegakkan keadilan pada diriku, itu benar-benar yang terburuk.

Aku adalah kakak yang buruk, kakak yang menjengkelkan.

Kegagalan sebagai kakak perempuan.

Jadi itu sebabnya.

Karena aku adalah kakak perempuan yang menyedihkan dan kotor...

Aku tidak tahan dan putus dengan Jun. Hanya dalam satu tahun aku putus dengannya.

Dan kemudian aku dengan paksa menekan Jun pada Naori. 

Untuk dapat menyembunyikan kotoranku, untuk dapat membayar dosaku.

Cinta pertamaku, meskipun dulu begitu berkilau sekarang semuanya sudah kotor, tak peduli seberapa banyak aku memolesnya, itu tak lagi bersinar, sekarang aku juga tenggelam ke dalam kolam yang terbentuk di dalam hatiku.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset