Dan proses perpindahan pun dimulai. Namun, furnitur tidak perlu
dipindahkan karena setiap kamar memiliki tempat tidur susun, dua meja belajar,
dan lemari.
Pertama, aku memindahkan semua barang bawaan dan barang-barang penghuni
sebelumnya ke kamar kosong. Lalu aku membiarkan Haruka mengurus semua hal
yang tidak ingin kulihat, seperti memasukkan celana dalamnya ke dalam
lemari. Aku sendiri, bertugas mengganti selimut, seprai, dan sarung
bantal.
Semua itu memakan waktu sekitar 30 menit.
“Rumah baru kita sudah selesai.”
Haruka melihat sekeliling ruangan dan mengatakan itu dengan
puas. Meskipun apa yang dia katakan terdengar seperti hari pertama
pasangan yang baru menikah, jadi aku tidak perlu gugup...
“Senpai, kamu lebih suka tempat tidur atas atau bawah?”
“Pilihlah yang paling kamu sukai, Haruka.”
“Kalau begitu aku akan memilih yang di atas. Ini pertama kalinya
kamu tidur di tempat tidur susun, kan~?”
Dengan penuh semangat, Haruka menaiki tangga menuju tempat tidur
atas. Kalau terus begini, aku akan bisa melihat roknya, tapi dia
mengenakan celana pendek... Tetap saja, mataku akan melihatnya.
Biarpun aku tidak bisa melihat celana dalamnya, tetap saja impian
setiap laki-laki adalah bisa melihat rok seorang gadis--- Eh!?
Entah kenapa, Haruka tidak mengenakan celana pendeknya, jadi aku bisa
melihat dengan jelas celana dalam biru mudanya selain paha putihnya.
Tiba-tiba, aku membuang muka karena panik.
“Senpai~! Halo~!"
Haruka berbaring di tempat tidur paling atas dan menyapaku.
“Ha-halo.”
“…………? Ada apa, Senpai?”
"Tidak, tidak ada apa-apa".
“Terlihat jelas di wajahmu kalau ada sesuatu yang terjadi, kan? Sesuatu
pasti sudah terjadi saat aku menaiki tangga---”
Saat itulah alasan kenapa aku memiliki ekspresi aneh di wajahku muncul
di benakku.
Dia megkonfirmasi dengan dengan malu-malu memegang roknya.
“Senpai… kamu melihatnya…?”
"Maaf…"
“Aku… tak boleh lengah…”
“Jangan bilang gebitu. Aku pikir kamu masih pakai celana pendek,
jadi saat aku melihatnya kamu tidak memakainya, aku membuang muka…”
“Aku melepasnya karena panas. Aku pikir aku tidak akan naik ke
tempat tidur ini.”
“Menaiki tangga tanpa mengenakan celana pendek cukup berbahaya.”
“Aku mempercayaimu, Senpai.”
“… Setelah mengatakan itu padaku, kamu membuatku merasa bersalah.”
“Maksudku, bukankah lebih mesum mencoba melihat celana pendekku di
rokku daripada mencoba melihat celana dalamku?”
“Aku tidak tahu harus menjawab apa…”
“Serius, Senpai… kamu benar-benar sangat tertarik padaku, ya…”
“Kenapa kamu terlihat sangat senang?”
“Jangan mengatakan sesuatu yang bodoh. Aku masih sangat marah atas
apa yang baru saja terjadi. Aku ingin kamu menebus kesalahanmu---”
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar.
“Apa kamu sudah selesai pindahan?”
Tsukishiro-san datang untuk melihat keadaan, jadi aku membuka pintu dan
menjawab ya.
"Aku senang... Ngomong-ngomong, aku bisa mendengar kalian berdua
bertengkar saat aku berjalan menyusuri lorong. Bukankah menurutmu akan lebih
baik jika kalian berada di ruangan yang terpisah?"
… Ternyata, dinding bangunan ini tak begitu tebal. Aku merasa malu
karena begitu bodoh.
"Semuanya baik-baik saja. Terkadang kami berbicara seperti
itu, kan, Senpai?”
“Te-tentu saja.”
Aku merasa sedikit berbahaya membicarakan apa yang dia kenakan di balik
roknya, jadi aku mengiyakan apa yang dia katakan.
“Yah… jika itu masalahnya, aku tidak akan mengatakan apa pun lagi.”
Terlepas dari apa yang dia katakan, Tsukishiro memiliki pandangan yang tak
sepenuhnya yakin, tapi menurutku dia masih mempercayai semuanya...
“Ngomong-ngomong, Kousaka-san. Jika memungkinkan, aku ingin
memintamu untuk menjaga gerbang.”
“Kamu ingin aku berjaga?”
"Ya. Aku ingin kamu berjaga untuk melihat apakah ada orang
yang selamat datang atau apakah ada zombie yang melompati gerbang dan menyerang
kita. Aku belum istirahat sejak kemarin dan setidaknya aku ingin tidur
siang sebentar.”
“Apa!? … Tidak mungkin kamu menjaga tempat ini selama ini tanpa
istirahat!”
"Aku tahu."
“Kamu belum tidur sama sekali…?”
"Itu benar."
… Kalau dipikir-pikir lagi, Tsukishiro-san sedang mengamati keadaan di
luar melalui jendela sementara kami semua sedang makan siang…
“Bukankah kamu bisa meminta Hoshimiya-san atau Ichinose-san untuk
menggantikanmu…?”
“Aku belum meminta mereka untuk berjaga. Masalahnya adalah
satu-satunya senjata yang kita miliki di gedung ini hanyalah busur, anak panah,
dan pisau dapur. Itu sebabnya aku berpikir aku satu-satunya yang bisa
menghadapi zombie dan mencegah mereka.”
“… Aku mengerti apa yang kamu katakan. Baiklah, aku akan berjaga
mulai sekarang, jadi beristirahatlah dengan baik, Tsukishiro-san. Selain
itu, saat aku pergi besok, aku akan mencari senjata yang mudah digunakan perempuan.”
Karena itulah, rencana pergi bersama Haruka ditunda hingga keesokan
harinya.
Aku tidak masalah jika berjaga terus sendirian karena aku bisa menjaga
diriku sendiri, tapi Haruka ingin menemaniku, jadi kami berdua pergi ke pintu
masuk gedung.
Kami mengamati sekeliling melalui pagar besi hitam yang mengelilingi
seluruh bangunan.
“Senpai, aku tahu ini sudah terlambat, tapi bukankah kamu akan
memberitahu yang lain kalau kamu bisa berubah menjadi zombie?”
Dia menanyakan pertanyaan itu sambil memainkan busur dan anak panah
yang dipinjamkan Tsukishiro-san padanya.
“Itu benar. Aku akan membingungkan mereka, jadi sebaiknya aku merahasiakannya.”
“Membingungkan mereka? Apakah itu berarti kamu akan menjadi lebih
populer dengan mereka?”
"Bukan begitu. Sebaliknya yang terjadi justru
sebaliknya. Orang normal tidak ingin hidup dengan zombie, jadi mereka
mungkin akan mengusirku dari sini.”
“Senpai, kamu tidak merasa percaya diri?”
“Aku masih merasa tidak aman sama sekali. Baru beberapa jam sejak
aku menjadi zombie. Selain itu, seandainya aku merasa aman, aku rasa hanya
sedikit orang yang akan percaya jika aku mengatakan yang sebenarnya. Aku
yakin akan ada lebih banyak orang yang berpikir bahwa aku akan kehilangan
kemanusiaan dan menyerang mereka.”
"Menurutmu begitu? Tsukishiro-senpai sangat baik padamu, jadi
kenapa kamu tidak mencoba mengatakan yang sebenarnya padanya dulu? Nanti kita
akan mencari solusi jika dia menolakmu.”
“Orang-orang yang tinggal bersama kita sekarang mungkin memahaminya, namun
kita tidak akan tahu bagaimana reaksi mereka yang tinggal di sini kedepannya.”
"… Ah! Itu benar. Jika orang 'X' tinggal di sini, dia
mungkin akan iri padamu, Senpai. Itu akan mengganggunya dan dia mungkin
akan berbicara buruk tentangmu. Meskipun dia juga akan mendapat masalah
karena, kalau kamu diusir, dia tidak akan bisa mendapatkan makanan apa pun,
kan?”
“Manusia tidak selalu bertindak dengan menggunakan akal, namun
terkadang membiarkan dirinya terbawa emosi. Karna itulah, meskipun aku
tidak diusir dari sini, akan ada orang yang menolak hidup dengan zombie.”
“Tapi aku rasa akan ada lebih banyak orang yang memaksamu untuk tinggal
dan bersama mereka, Senpai.”
“Bahkan jika mayoritas memilihku untuk tetap di tempat aman, beberapa
tidak akan menerima keputusan itu dan akan pergi dari sini. Aku tidak akan
bisa melindungi mereka.”
"Begitu. Alih-alih melindungi diri sendiri, kamu lebih
mementingkan melindungi orang lain. Bahkan jika yang lain menolakmu, aku
akan mengikutimu dan kita akan mencari tempat aman yang lain.”
“Memang benar, bagiku akan lebih mudah hidup sendiri daripada membantu
orang lain. Namun, ketika memikirkan masa depan, aku selalu berharap bisa
hidup bersama sebanyak mungkin. Dengan orang-orang yang menguasai bidang
kedokteran, permesinan, pertanian, dan lain-lain.”
“Kita akan membutuhkan banyak tenaga kerja.”
“Aku mengerti… Aku sadar kalau kamu sedang memikirkan banyak hal,
Senpai… Oke, mari kita rahasiakan, hanya kamu dan aku, bahwa kamu bisa menjadi
zombie--- Fufufu.”
"Ada apa?"
“Aku hanya merasa lucu kalau kita punya rahasia yang hanya diketahui
oleh kita berdua♪” Haruka tersenyum seperti gadis nakal.
Sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh kami berdua… kedengarannya sama
sekali tidak buruk.
Setelah itu, kami terus mengawasi sekeliling sambil mengobrol.
Terkadang kami melihat zombie di kejauhan. Jika kami tidak
melakukan apa pun, mereka tidak akan mendekat. Tapi memikirkan masa depan,
setiap kali aku bertemu salah satu dari mereka, aku mengikatnya dan menjatuhkannya
ke tanah.
Dan sekitar 30 menit berlalu ketika aku melakukan itu.
"… Tidak ada lagi yang bisa dilakukan."
Haruka menggumamkan itu dan berkata.
“Apa kamu tidak ingin melakukan sesuatu yang aneh denganku, Senpai~?”
“Apa yang baru saja kamu katakan itu sangat kasar.”
"Aku hanya bosan."
“Kenapa kamu tidak kembali ke kamar?”
“Tidak ada yang bisa kulakukan di kamar karna tidak ada internet.”
"Benar juga…"
“Aku tahu aku seharusnya tidak mengatakannya karena kita baru 2 hari
sejak zombie muncul, tapi aku ingin memiliki sesuatu untuk menghabiskan waktu.”
"Ngomong-ngomong, semuanya sudah gratis sekarang. Kenapa kita
tidak membawa apapun yang kita inginkan saat kita pergi keluar besok?"
"Ya, ayo kita lakukan. Apa ya yang bagus...? Kita harus
memilih sesuatu yang berguna untuk masa depan, bukan? Ayo kita bawa
perlengkapan dan mesin tinju untuk berlatih.”
“Tapi akan berbahaya jika melawan zombie secara langsung.”
“Lalu, bagaimana kalau kita membawa busur dan anak panah? Ayo kita
bawa banyak dan minta Tsukishiro-senpai mengajari kita cara menggunakannya
karena dia bagian dari klub panahan."
Haruka meletakkan anak panah di busurnya dan merenggangkan talinya
sedikit sambil terus berbicara.
“Meskipun kita tidak akan bisa mengalahkan zombie jika kita tidak
berhasil menembus batang otak mereka secara akurat seperti di film, kan?”
“Itu benar. Aku tidak tahu seperti apa zombie di dunia ini, tapi aku
rasa kamu tidak bisa belajar menggunakan busur dan anak panah dalam semalam.”
“Lalu… Bagaimana kalau kita membawa tongkat baseball dan berlatih
memukul?”
“Itu ide yang bagus, tapi bukankah menurutmu itu hanya membuang-buang
waktu?”
“Berpikirlah sedikit. Maksudku, aku tahu latihan itu penting, tapi
aku juga ingin punya waktu untuk bermain dan membaca.”
“Apa yang harus kita bawa? Sebaiknya kita putuskan besok.”
"Setuju. Hal buruknya adalah kita tidak ada hubungannya~ Yah,
aku juga ingin membawakan game yang bisa kita mainkan bersama sehingga kita
bisa mempererat pertemanan kita.”
"Ya."
“Game seperti apa yang disukai semua orang, ya~? Ayo lakukan
polling saat makan malam~. Omong-omong, Senpai, apa kamu tidak ingin minum
teh sore?”
“Waktunya berlalu begitu saja saat kita ngobrol.”
“Kurasa ini sudah hampir jam 4 sore.”
"Aku baik-baik saja. Jika kamu mau, kamu bisa makan sesuatu
di ruang makan.”
"Tidak. Ayo minum teh sore di sini.”
“Atau di luar ruangan?”
"Tepat. Tempat ini banyak sekali meja dan kursinya, kan? Aku
rasa kita bisa menggunakan satu setnya di sini. Salah satu impianku adalah
minum teh sore di luar ruangan, tetapi orang tuaku melarang karena akan membuat
kursi dan meja menjadi kotor.”
"Aku rasa kamu benar. Selain itu, lebih nyaman duduk di kursi
dan melihat alam terbuka.”
"Genius!!! Aku akan membawa semuanya sekarang juga!”
"Apa kamu ingin aku membantumu?"
"Aku akan baik-baik saja. Aku akan menyiapkan teh dan cemilan.”
“Meskipun aku pikir perhatian kita akan terganggu dan berhenti mengawasi.”
"Ah, benar juga. Namun, semua zombie yang berkeliaran di sini
sudah Senpai ikat. Jadi bukankah menurutmu akan lebih baik jika kamu
istirahat sebentar?”
“Kurasa tidak. Dengar, bawakan tehnya setelah aku membawa meja.”
“Tapi jika aku tetap di sini sendirian, mungkin aku akan mendapat
masalah dan kamu tidak akan berada di sini untuk segera menyelesaikannya…
Sebaiknya aku mengurus semuanya.”
Haruka mengatakan itu dan mulai membawa perlengkapan.
“Oke, oke.”
Setelah memasuki asrama, Haruka dengan mudah membawa meja kayu
bundar. Aku merasa kalau mejanya sangat kokoh.
Dia juga membawa dua kursi dan meletakkan semuanya di samping pintu
masuk. Teh sore dimulai dengan gaya tertentu.
Imajinasi dan kemampuan menikmati teh sore di dunia yang penuh dengan
zombie tak lain hanyalah sebuah ironi belaka.
“Bukankah kita harus mengajak yang lain?”
“Tsukishiro-senpai dan Ichinose-senpai masih tidur, kan? Dan
Hoshimiya-senpai sepertinya terus mandi, jadi kita akan mengganggu mereka jika kita
mengajak mereka, bukan?”
"Begitu?"
“Kita harus memutuskan aturan untuk tinggal di gedung
ini. Misalnya, jika aku sedang beristirahat di kamar, jam berapa aku harus
bangun?”
"Ya, itu benar juga. Aku sendiri, saat aku hendak tidur atau
ingin tidur siang, aku akan memasang tanda di pintu kamar yang bertuliskan:
'Jangan bangunkanku' ... Sekarang setelah kamu mengatakan itu, mungkin agak
sulit untuk naik ke lantai lima untuk menyampaikannya kepada mereka berdua.”
“Apa kamu ingin meminta Hoshimiya-senpai dan Ichinose-senpai untuk
pindah ke lantai pertama?”
"Benar. Selain itu, kita juga harus memikirkan bagaimana cara
memanfaatkan satu-satunya kamar mandi di gedung ini secara efisien agar bisa
digunakan oleh laki-laki dan perempuan.”
“Akan bermasalah jika membaginya berdasarkan jadwal, jadi akan lebih
baik jika setiap orang pergi saat mereka membutuhkannya. Kalau begitu,
kita harus membuat tanda yang bertuliskan 'laki-laki' di bagian depan dan
'perempuan' di bagian belakang. Lalu tandanya akan ditempatkan di pintu dengan
benar tergantung siapa yang menggunakannya saat itu.”
“Namun, jika jadwal penggunaan tidak ditentukan, mungkin ada kecelakaan
tertentu----”
“Kyaaaaaaa!!!”
Tiba-tiba, terdengar teriakan dari kamar mandi umum. Itu suara
Hoshimiya-san.
“Kyaaa! Tidaaaak!”
Hoshimiya-san terus berteriak panik. Aku rassa dia masih di kamar
mandi.
Mungkinkah zombie menyerangnya---?
“Senpai!”
“Tetap di sini Haruka!”
Aku masuk ke dalam gedung dengan memakai sepatu luar ruangan sampai aku
berada tepat di depan ruang ganti kamar mandi.
Mungkin aku telah melakukan kesalahan dan dia tidak diserang zombie ‘kan,
karena aku belum mendengar suara jendela pecah atau semacamnya...
Namun, mungkin zombie menyerangnya dan membahayakan nyawanya.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk masuk, jadi aku membuka pintu ruang
ganti lalu berlari ke kamar mandi.
Begitu aku sampai di kamar mandi, aku melihat Hoshimiya-san bermandikan
warna merah dari leher hingga kakinya saat dia mencoba membersihkan
dirinya. Seolah-olah dia bermandikan darah zombie.
Beberapa saat kemudian, bau busuk zombie yang aneh menusuk hidungku,
tetapi tidak ada zombie di sekitar.
"Apa kamu baik-baik saja!? Di mana zombienya!?"
“--- Kyaaaaa!!!”
Begitu aku berbicara dengannya, Hoshimiya-san segera menyembunyikan
payudaranya dengan tangannya dan berjongkok di tempat.
Itu reaksi wajar bagi seorang gadis, tapi ini bukan saat yang tepat
untuk itu.
"katakan!!! Di mana zombienya!?”
“… Tidak ada, hanya saja air shower tiba-tiba berubah warna menjadi
sangat aneh…” Ucapnya sambil menunjuk air shower yang berserakan di lantai.
Memang benar, lantainya berwarna merah.
Aku memutar keran shower agar air panasnya keluar dan yang keluar
adalah air panas yang terkontaminasi bau busuk yang menyengat.
“Itu mungkin mengandung virus zombie! Cepat mandi---!”
Namun, aku memutar shower lainnya, tetapi hanya air busuk yang keluar.
"Aku tahu! Masuk ke bak mandi!"
Hampir di saat yang sama aku mengatakan itu, Hoshimiya-san melompat ke
dalam bak mandi.
Tiba-tiba, darah para zombie yang menempel di tubuhnya dilarukan oleh
air panas, menghilang dari tubuhnya, tetapi dia masih belum yakin apakah dia
baik-baik saja.
“Virusnya mungkin masih bisa hidup, jadi sebaiknya kamu segera keluar
dari kamar mandi---”
Namun, aku berhenti karena aku menyadari bahwa Hoshimiya-san tampak tak nyaman.
“Oke… aku akan keluar, tapi aku akan sangat menghargai jika kamu bisa
berbalik dan melihat ke arah lain…”
"Ma-maaf!"
Aku mengalihkan pandanganku dari tubuh telanjangnya yang terendam air
panas dan transparan, lalu berbalik dengan cepat.
Tepat setelah itu, aku mendengar Hoshimiya-san keluar dari bak mandi.
Itu adalah masalah besar dalam banyak hal dan… saat aku menuju ke ruang
ganti, aku mulai membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.
Sementara itu, Hoshimiya-san sedang bersiap-siap, aku mengumpulkan
gadis-gadis lain di ruang makan dan menyuruh mereka untuk tidak menggunakan air
mandi karena bisa terkontaminasi.
“Aku membuka shower lainnya, tetapi air yang terkontaminasi keluar dari
semua shower. Mungkin ada zombie yang tersangkut di suatu tempat di dalam
pipa.”
Singkatnya, kami tidak hanya perlu menyediakan makanan tetapi juga air
minum untuk masa depan kami.
“Ano Tsukishiro-san, tolong jaga pintu masuk gedung. Haruka dan
Ichinose-san, aku akan sangat menghargai jika kalian bisa menggunakan tali
untuk mengencangkan keran di asrama dengan erat untuk mencegah persediaan air
digunakan secara tak sengaja. Setelah itu… Hoshimiya-san dan aku akan
pindah ke lantai 5 mulai sekarang, jadi tolong jangan dekati kami sampai aku
memberitahu kalian.”
"Lantai 5? Apa yang mau kamu dan dia lakukan, Senpai?”
“… Hoshimiya-san bermandikan air yang terkontaminasi, jadi aku harus
mengawasinya untuk melihat apakah dia terinfeksi virus zombie.”
"Ah…"
Haruka sepertinya menyadari keseriusan situasi ini. Bahwa kita
kemungkinan besar akan kehilangan beberapa teman kita mulai sekarang.
Setelah beberapa menit, Hoshimiya-san masuk ke ruang makan dengan
mengenakan kaos, lalu aku mengambil beberapa gelas jus, makan malam, dan kami
berdua pergi ke kamarnya.
“… Aku ingin tahu apakah aku akan menjadi zombie…”
Saat kami berdua sendirian, Hoshimiya-san menggumamkan hal itu tanpa
sadar.
“Aku ingin tahu sesuatu… apa air yang terkontaminasi masuk ke mulutmu?”
"Aku rasa tidak. Aku mandi dengan air yang terkontaminasi saat
aku sedang membasuh tubuhku. Baunya langsung menarik perhatianku.”
“Jika begitu, aku rasa virus itu belum masuk ke tubuhmu, jadi tidak ada
yang perlu dikhawatirkan…”
Namun, aku masih belum bisa memastikan bahwa penyebab orang berubah
menjadi zombie adalah karena virus.
Aku juga pernah mendengar bahwa virus bisa masuk ke tubuh melalui
mata. Karna itulah, kita tidak boleh lengah.
“Berapa lama untuk memastikan aku tidak berubah menjadi zombie?”
“Setidaknya satu jam. Tetapi jika memungkinkan, aku ingin melihat
apakah sesuatu terjadi dalam 12 jam ke depan.”
“Itu sampai besok pagi ya… Kalau begitu Kousaka-kun, apa kamu akan
tidur di kamarku malam ini?”
“Ya, kalau itu tidak mengganggumu, Hoshimiya-san.”
"Itu tidak menggangguku. Juga, jika ada manusia yang mungkin
berubah menjadi zombie, kamu harus mengawasinya, kan?”
“Itu benar… Kamar-kamar di gedung ini tidak bisa dikunci dari luar,
jadi untuk mencegah terjadinya bahanya lebih lanjut, aku tidak punya pilihan
selain mengawasimu di dalam sini, jika tidak aku harus mengikat tangan dan
kakimu.”
“Akan sulit kalau diikat selama 12 jam…”
“Aku akan menjagamu, jadi silakan lakukan apapun yang kamu inginkan di
kamar.”
"Terima kasih."
Hoshimiya-san mengucapkan sedikit terima kasih dan menghela nafas.
“Entah kenapa, meski kamu bilang aku bisa berubah menjadi zombie, aku
rasa itu tidak akan terjadi. Yah, aku tahu dunia menjadi gila dengan apa
yang terjadi, tapi aku masih tak bisa mempercainya."
"Aku tahu apa yang kamu rasakan. Aku juga berpikir bahwa
semua yang terjadi kemarin hanyalah mimpi.”
"Kuharap itu semua hanya mimpi karena kamu melihatku telanjang,
Kousaka-kun."
"Itu…"
“Apa tubuhku aneh?”
“Tidak tahu. Aku tidak melihatnya dengan baik."
"Pembohong. Kamu bahkan melihat pantatku sebelum aku masuk ke
dalam bak mandi.”
“Aku melakukannya karena aku ingin melihat darah zombie… Maksudku, aku
melihat tubuh telanjangmu, Hoshimiya-san, tapi…”
“Kamu juga melihat payudaraku, kan?”
“… Sepertinya aku melihatnya.”
"Gimana? Aku bangga dengan bentuknya lho."
“Saat itu aku hanya fokus pada hal zombie, jadi aku tidak berhenti
untuk menganalisa bentuknya atau semacamnya. Aku hanya menyadari darah
zombie sehingga aku hampir tidak ingat dadamu.”
“Mmm, jadi begitu… nee, apa kamu lapar? Aku rasa aku terlihat buruk
karena berat badanku bertambah baru-baru ini.”
"Eh? Kamu terlihat kurus.”
“Itu artinya kalau kamu mengingat tubuhku dengan benar.”
"Ah…"
Hoshimiya-san tersenyum malu saat melihatku tergagap. Wajahnya
merah.
“Kalau begitu… aku akan menanyakan pertanyaan yang sangat penting
padamu, oke? … Apa kamu melihat selangkanganku?”
"… Yahh."
“Maaf, tapi aku tidak mau mendengarkanmu.”
Dia menutup telinganya dengan tangannya saat mengatakan itu.
“Karena aku belum mendengar apapun, tidak akan ada yang terjadi --- Ya,
mari kita akhiri di sini.”
Setelah bertepuk tangan, Hoshimiya-san berbicara dengan cepat.
“Maksudku, hal seperti apa yang harus dilakukan seseorang ketika dia
akan menjadi zombie? Kamu melihatku telanjang adalah masalah besar, tapi
dalam beberapa menit aku bahkan mungkin tidak bisa berbicara, jadi aku harus
memastikan aku tidak menyesali apa pun… Namun, cara yang benar untuk menghabiskan
waktu dalam situasi seperti ini adalah …”
“Entahlah, mungkin… aku berharap bisa berbicara dengan keluargaku untuk
terakhir kalinya, meskipun tidak ada jaringan di ponsel…”
“Jika aku bertemu keluargaku setelah menjadi zombie, aku tidak akan
bisa mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.”
"Kamu benar."
“--- Hahaha. Itulah yang akan dikatakan oleh orang yang akan mati
di film, bukan?”
Hoshimiya-san mengejek dirinya sendiri, tapi aku tak bisa tertawa.
“Aku selalu berpikir hal semacam ini tidak masuk akal, tetapi sekarang
hal ini terjadi padaku, aku baru memahaminya sekarang. Setelah aku mati, aku
ingin dikenang sebagai orang baik dan aku meninggalkan kesan baik di dunia
ini.”
"Aku bisa mengerti."
“Ugh… memikirkan hidupku akan berakhir hari ini membuatku menyesali apa
yang telah kulakukan selama ini. Aku seharusnya melakukan beberapa hal
daripada bersenang-senang bermain sepanjang waktu.”
“Seperti apa? Jika memungkinkan untuk melakukan beberapa di
antaranya di kamarmu, aku akan dengan senang hati membantumu.”
“Oke… Misalnya, aku ingin punya pacar dan melakukan hal-hal
menyenangkan dengannya… Kamu tahu juga kan, melakukan hal-hal mesum juga, bukan
begitu?”
“Ya, aku mengerti perasaanmu. Aku rasa aku akan berpikiran sama
jika zombie menggigitku.”
Rasanya seperti aku melihat diriku sendiri kemarin. Di sisi lain, aku
sedikit terkejut karena perempuan juga berpikiran seperti itu.
“Yah, sepertinya kamu mengerti…”
Setelah Hoshimiya-san memastikan bahwa aku memahami apa yang dia
katakan padaku, entah kenapa, dia menutupi wajahnya dengan tangan mencoba
menyembunyikan matanya.
“… Kenapa kita tidak berhubungan segs sekarang?”
“--- Apa!?”
“Itu adalah sesuatu yang bisa kita lakukan di kamarku. Bantu aku, oke?”
Dia tampak malu, tapi tetap melanjutkan.
Bagiku, secara tak sengaja, aku mengarahkan pandanganku ke payudaranya
yang besar.
“Aku tahu aku bilang aku akan membantumu, tapi…”
“Mungkin kamu punya pacar, Kousaka-kun?”
“Tidak, aku tidak punya, tapi…”
“Kalau begitu tidak ada masalah… Atau kamu tidak mau melakukannya
denganku?”
“Tidak, bukan itu juga…”
“Kamu harusnya lebih jelas… Bukankah kamu merasa senang saat melihatku
telanjang…?”
“Soal itu… Saat itu aku sangat putus asa hingga aku tidak memikirkan
apapun, tapi sekarang setelah kamu mengatakannya…”
“Ayolah, jujur saja.”
Mata Hoshimiya-san sangat menawan.
Tangan dan telinganya memerah.
“… Meskipun ada masalah bagi kita untuk berhubungan segs.”
"Eh? Apa?"
“Syarat seseorang untuk tertular virus zombie masih belum jelas. Bisa
jadi selain tergigit, ada kemungkinan tertular jika bersentuhan langsung dengan
selaput lendir.”
"Selaput lendir?"
“Maksudku, jika kita berciuman atau… berhubungan segs.”
“Be-begitu yaa. Jika aku memiliki virus zombie di tubuhku, aku bisa
menularimu jika kita melakukan itu?”
"Itu benar."
Lebih mudahnya aku memberitahunya bahwa sekarang karena aku memiliki
virus zombi di tubuhku, meskipun jika Hoshimiya-san juga memiliki virus di
tubuhnya, tidak akan ada masalah jika kami berhubungan segs atau
berciuman. Namun, jika dia tidak memiliki virus, aku bisa menularinya.
“Jadi, aku sangat minta maaf, tetapi aku harus menolak permintaanmu…”
"Jangan khawatir… aku mengerti. Sebaliknya, lupakan apa yang kuminta
darimu.”
Mengatakan itu, Hoshimiya-san tiba-tiba berbalik dariku dan keheningan
memenuhi ruangan untuk sementara waktu.
Tapi sekitar 3 menit kemudian, Hoshimiya-san berbalik dan menatapku.
“Sepertinya aku mulai menyesal sudah meminta hal yang memalukan itu
padamu.”
“Ma-mari kita lupakan saja. Siapapun bisa membuat kesalahan dalam
situasi di mana kematian sudah dekat.”
Aku juga ingat pernah mengalaminya.
“Hanya untuk memperjelas semuanya padamu. Aku bukan gadis
gampangan, oke? Karena aku berada dalam situasi ekstrem… Aku hanya
berpikir akan menyenangkan melakukannya bersamamu, Kousaka-kun.”
“… Aku merasa terhormat bahwa kamu ingin berhubungan segs denganku.”
“Tetapi jika kamu memintaku melakukannya setelah mengetahui bahwa aku
tidak akan berubah menjadi zombie, maka aku akan mengatakan tidak. Kamu
hanya punya satu kesempatan untuk berhubungan segs denganku.”
“Aku tidak akan menanyakannya lagi padamu.”
"Kamu yakin? Aku tahu kamu sudah lama menatap dadaku.”
"Itu... naluri..."
“Bagaimana jika aku pakai kamisolku dan menggodamu?”
"... Aku tetap tidak akan memintanya."
“Tingkahmu agak aneh.”
“Itu hanya imajinasimu.”
Hoshimiya-san tersenyum sedikit tak berdaya dan menanyakan pertanyaan
berikut kepadaku.
“… Nee, apa tidak apa-apa jika aku terus berbicara omong kosong seperti
ini? … Aku sedikit takut saat suasananya menjadi sunyi.”
“Katakan apapun yang kamu mau.”
"Baiklah. Mari kita pikirkan dulu aku harus memanggilmu apa
mulai sekarang... Aku tahu, bolehkah aku memanggilmu 'Yuma-kun'?”
"Boleh."
“Dan kamu bisa memanggilku 'Lisa'.”
"Aku merasa tidak enak memanggil seseorang yang lebih tua dariku
seperti itu begitu mudah. Bagaimana kalau aku memanggilmu 'Lisa-san'?"
"Okay. Nah, sekarang kita sudah memutuskannya … Apa lagi yang
bisa kita lakukan…? … Benar juga, Yuma-kun, apa kamu tidak takut saat
melawan zombie?”
“Mmm… Tentu saja aku takut.”
Aku ingat bagaimana perasaanku sebelum aku menyadari bahwa aku tidak
kehilangan rasa kemanusiaanku ketika aku menjadi zombie.
“Jika kamu digigit, kamu akan mati dan menjadi seperti monster di
hadapanmu--- Maaf aku mengatakan hal ini, mengetahui bahwa itu bisa terjadi
padamu, Lisa-san.”
“Tidak, jangan khawatir, aku baik-baik saja… Meskipun itu
benar. Aku sangat takut berubah menjadi zombie... Dan memikirkan bahwa
saat kamu mencari makanan untuk kami, aku berjalan-jalan di kamarku... Aku
berjanji kepadamu bahwa jika aku tidak berubah menjadi zombie, aku akan menjadi
gadis yang lebih berguna...!!!”
Lisa-san mengatakan itu dan mengepalkan tangannya erat-erat.
Lalu kami terus mengobrol sementara aku merasa bersalah karena berbohong padanya…