Setelah itu, Tsukishiro-san memasuki asrama sendirian di mana dia
menjelaskan kepada yang selamat lainnya tentang situasinya dan kembali ke
tempat Haruka dan aku berada.
"Terimakasih sudah menunggu. Aku memberitahu dua orang
lainnya tentang kalian dan kami memutuskan untuk berbagi gedung dengan kalian
berdua.”
Dengan kata lain, kami secara resmi diizinkan untuk tinggal di
sini. Ada kemungkinan besar kami akan ditolak, jadi aku mengajukan
pertanyaan sambil merasa lega.
“Apakah semua yang selamat di asrama ini berasal dari sekolah ini?”
“Itu benar. Ada Lisa Hoshimiya dari kelas tiga SMA dan Ayumi
Ichinose dari kelas dua. Hoshimiya-san tidak bertanggung jawab sama
sekali, dia membolos sekolah kemarin dan mengurung diri di kamarnya sambil bermain
sepanjang hari. Meskipun dia selamat dari serangan zombie dengan melakukan
hal itu. Di sisi lan, Ichinose-san adalah gadis yang sangat
serius. Kemarin dia kerkena flu parah yang membuatnya tetap tinggal di
kamarnya dan itulah mengapa dia tidak terkena serangan zombie. Dia gadis
pemalu, jadi dia mungkin tidak langsung terbuka padamu…”
"Oke. Aku akan mencoba untuk tidak terlalu dekat dengannya.”
“Terima kasih sudah pengertian. Sekarang... aku minta maaf karena
bersikap kasar, tapi tolong, bisakah kamu memeriksa gedung apakah ada
zombie? Secara teori, aku harus melakukannya, tapi aku tidak bisa keluar
dari gerbang, jadi…”
"Jangan khawatir. Sebaliknya, aku ingin memintamu untuk tetap
di sini untuk melindungi keamanan asrama sementara Senpai, dan aku akan
memeriksa gedungnya.”
Haruka dan aku akhirnya menjadi orang yang bertugas memeriksa setiap
ruangan untuk melihat apakah ada zombie yang berkeliaran di dalam gedung.
Menurut Tsukishiro-san, gedung ini memiliki 5 lantai dan 50 kamar. Ukuran
kamarnya adalah 8 tikar tatami dan diasumsikan digunakan untuk dua orang karena
terdapat dua meja untuk belajar, satu tempat tidur susun, dan satu lemari.
Aku memasuki kamar mulai dari lantai satu dan memeriksa tempat-tempat
di mana orang bisa bersembunyi, seperti lemari dan di bawah tempat tidur.
Sebagian besar kamar telah digunakan secara normal hingga kemarin pagi,
sehingga barang-barang pribadi gadis-gadis itu berserakan dimana-mana. Ada
juga ruangan tempat mereka menyimpan pakaian dalam, tapi karena ada kemungkinan
ada zombie di sana, aku tidak punya pilihan selain memasuki lingkungan
itu. Aku melihat sekeliling sebaik mungkin, berusaha untuk tidak terlalu
banyak melihat sekeliling.
“… Senpai, apakah ada kemungkinan zombie bersembunyi di suatu tempat di
gedung ini?”
Haruka mengatakan itu setelah memeriksa 20 kamar.
Sepertinya dia lelah.
“Tsukishiro-senpai dan teman-temannya bermalam bersama di tempat ini, jikalau
ada zombie, bukankah seharusnya dari kemarin mereka sudah bertemu?”
"Belum tentu. Misalnya, seseorang yang digigit zombie bisa
lari ke salah satu kamar ini, bersembunyi di bawah tempat tidur lalu berubah
menjadi zombie namun tidak bisa keluar kamar.”
Semua zombie yang aku temui sejauh ini bodoh, jadi tidak heran jika
mereka terjebak di suatu tempat.
“Kalau begitu, zombie-zombie itu bisa keluar dan menyerang yang
selamat. Lagipula, kamulah yang punya ide untuk memeriksa semua kamar,
kan, Haruka?”
“Itu keluar dari mulutku karena aku ingin mencegahmu meninggalkanku,
Senpai.”
"Begitu? Aku harus memeriksa semuanya meskipun hanya ada satu
persen kemungkinan zombie bersembunyi di sekitar sini.”
Aku terus memeriksa kamar hingga tiba di depan pintu kamar Ayumi
Ichinose di lantai empat. Aku tidak perlu memeriksa ruangan ini, tapi aku
akan menyapanya untuk berjaga-jaga.
Aku memanggilnya, tapi hanya mendengar respon samar dari dalam dan
pintu perlahan terbuka.
Dengan rantai pintu yang masih terikat, seorang perempuan pendek
berambut hitam dengan malu-malu menunjukkan wajahnya.
“Permisi, namaku Yuma Kousaka dan ini Haruka Hinata. Mulai hari
ini kami akan berada di bawah pengawasanmu. Kami datang hanya untuk
menyapa.”
“Ah… iya… Tsukishiro-san memberitahuku sebelumnya…”
Ichinose-san menjawab dengan suara rendah sambil membuang
muka. Dia tampak sama takutnya dengan hewan kecil yang baru saja
menghadapi musuh alaminya.
“Ngomong-ngomong, kudengar kamu masuk angin kemarin. Bagaimana keadaanmu
sekarang? Jika kamu membutuhkan sesuatu, seperti obat atau minuman berenergi,
jangan ragu untuk bilang padaku.”
Mengatakan itu, ekspresinya sedikit melembut.
“Terimakasih banyak, tapi aku sudah merasa baik …”
"Begitukah? Baguslah… Maaf sudah mengganggumu. Tolong
jaga dirimu baik-baik."
"Terimakasih. Sungguh, terima kasih banyak…”
Ichinose-san membungkuk berkali-kali hingga kupikir lehernya akan patah
kapan saja, sementara Haruka dan aku terus memeriksa kamar lain.
Setelah itu, kami selesai memeriksa semua kamar di lantai empat dan
sampai di ruangan tempat Lisa Hoshimiya berada.
Segera setelah aku memanggilnya, pintu terbuka dan seorang gadis cantik
berambut pirang muncul.
“Maaf mengganggumu, tapi mulai hari ini kami akan berada di bawah
pengawasanmu---”
“Ah ya, Tsukishiro-san sudah memberitahuku tentangmu. Senang
bertemu denganmu~”
Orang yang membukakan pintu dan menyambut kami dengan suara ceria
adalah seorang perempuan yang sangat modis.
Dia mengenakan kamisol hitam dan mataku tanpa sengaja tertuju pada
payudaranya.
… Mungkin mereka jauh lebih besar dari Haruka…
“Ehem, Ehem.”
Haruka, yang berdiri di belakangku, sengaja berdehem. Dia
seharusnya tidak bisa melihat ekspresiku, tapi apakah dia sudah membaca reaksiku?
“Aku Lisa Hoshimiya. Kamu Kousaka-kun, kan? Kamu yang
mengikat zombie, kan? Itu luar biasa."
"Tidak. Yahh…"
“Masih ada zombie yang jauh dari sini, kan? Tsukishiro-san tidak
mengizinkan kami meninggalkan asrama karena itu berbahaya. Kemarin aku
membolos dan malah berdiam diri bermain di kamar, namun tiba-tiba koneksi
internet terputus. Lalu aku pergi tidur, namun aku mendengar semacam
jeritan, jadi aku turun ke lantai satu. Lalu, Tsukishiro-san bergegas
kembali dan menutup gerbang gedung.”
Hoshimiya-san menanyakanku pertanyaan dengan ekspresi serius di
wajahnya setelah menceritakan keseluruhan cerita itu dengan penuh energi.
“Hei, aku masih tak percaya, tapi apakah mereka benar-benar
zombie? Apakah mereka menggigit seperti di film?”
“Ya, mereka zombie sungguhan dan jika kamu tidak berhati-hati, mereka
akan menggigitmu dengan sangat kuat.”
“Begitu… kuharap gadis-gadis di sekolah baik-baik saja…”
Hoshimiya-san menggumamkan itu dengan prihatin. Aku yakin
Tsukishiro-san tidak memberikan rincian lebih lanjut. Tidak mungkin dia
tidak tahu kalau zombie sudah menyerang bagian luar gedung sebelumnya.
“Ngomong-ngomong… Kousaka-kun, apa benar kamu bisa pergi mencari
makanan…?”
“Itu benar. Itulah yang ingin aku lakukan."
"Kamu sangat berani! Kamu luar biasa! Serius, terima
kasih banyak untuk semuanya!”
Hoshimiya-san meraih tangan kananku dengan kedua tangannya dan
berterima kasih atas bantuanku. Dari sudut pandangnya, aku pasti seorang
penyelamat. Namun, karena aku diam-diam memiliki keuntungan dengan berubah
menjadi zombie, reaksinya akan membuatku khawatir.
Meski begitu, aku senang dia menyambutku di tempat ini. Setelah
itu dia kembali ke kamarnya.
Setelah menutup pintu, Haruka menyudutkanku ke dinding dan mulai menginterogasiku.
“Senpai, barusan kamu terpikat oleh payudara Hoshimiya-senpai, kan?”
"Apa yang kamu bicarakan?"
“Payudara apa pun itu untukmu asalkan mereka besar, kan?”
“Tidak, bukan begitu…”
“Lalu kamu menatap Hoshimiya-senpai karena dia cantik?”
“…………”
"Mmmm…"
Melihatku tetap diam, Haruka menggembungkan pipinya.
“Aku tidak bisa berhenti melakukannya. Sepertinya itu
naluri."
“Kalau begitu nikmati payudaraku sebanyak yang kamu mau…”
“Jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu aku tidak tahu harus menjawab
apa.”
“Jika kamu bersumpah tidak akan pernah melihatnya seperti itu lagi, aku
akan memaafkanmu.”
“… Aku akan melakukan segala cara untuk tidak melihat mereka seperti itu.”
“Aku tahu kamu tidak berbohong, tapi aku rasa tidak baik bagimu untuk
jujur dalam segala hal.”
“Karena kita semua akan tinggal di gedung yang sama, sangat sulit untuk
tidak melihatnya seperti itu…”
“Senpai, Karena kamu zombie, tidak apa kan jika aku menghancurkan
matamu?”
“Hei, kamu tahu betul kan itu tidak baik.”
Jangan mengatakan hal-hal yang menyeramkan...
Nah, ini bukan waktunya untuk bicara omong kosong, jadi mari kesampingkan
masalah ini dan lanjutkan tujuan kita.
Setelah kejadian itu, kami terus memeriksa setiap kamar yang tersisa. Pada
akhirnya kekhawatiranku tidak berdasar. Kami mencari di setiap kamar,
dapur, dan kamar mandi umum, tetapi kami tidak menemukan satu pun zombie.
Kini sudah sedikit lebih tenang, aku pergi untuk membawa mobil. Aku
memutuskan untuk pergi sendiri, aku tiba di tempat kami memarkirnya dan
mengendarainya ke asrama meniru semua yang dilakukan Haruka.
Namun, mengendarai mobil ternyata jauh lebih sulit dari yang aku
kira. Tenaga saat menginjak pedal gas, sudut untuk memutar setir, dan
kehati-hatian saat mundur. Semua itu dan masih banyak hal lainnya sulit
dilakukan. Aku kagum pada keterampilan mengemudi Haruka.
Setelah sekian lama, aku bisa mencapai asrama dan setelah memarkir
mobil dan menurunkan semua barang bawaan yang kami bawa ke dalam gedung, aku
bersiap untuk pergi ke toserba.
“Apa kamu benar-benar akan baik-baik saja…?”
Saat aku memberitahu Tsukishiro-san bahwa aku akan mencari bahan
makanan di toserba, dia menanyakan pertanyaan itu kepadaku dengan ekspresi
serius di wajahnya.
“Kita bisa hidup selama seminggu dengan sisa makanan di
asrama. Setidaknya untuk hari ini, kamu tidak perlu pergi mencari makanan
lagi…”
Tampaknya, dia ingin aku setidaknya hidup satu hari lagi. Aku rasa
reaksinya wajar karena dia mengira dia mengirimku menuju kematian.
“Jangan khawatir karena aku pasti akan kembali dalam keadaan hidup. Jika
aku tetap pergi, aku ingin membawa beberapa makanan segar sebelum membusuk.”
“Benar juga… baiklah, kuharap kamu baik-baik saja…”
Tsukishiro-san mengatakan itu dan menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Merasa bersalah karena berbohong padanya, aku mencoba masuk
ke dalam mobil, tapi Haruka keluar gedung begitu saja.
“Apa kamu datang untuk mengucapkan selamat jalan padaku?”
“Yup. Tolong ambil makanan yang banyak, oke?”
“Cara mengatakannya seperti itu…”
“Kedengarannya menyenangkan pergi ke supermarket yang ditinggalkan dan mengambil
semua makanan yang kamu bisa. Aku ingin melakukannya juga."
“… Jika aku memastikan tidak ada bahaya di supermarket. Lalu kita
akan pergi bersama lain kali, oke?”
"Sempurna! Aku benar-benar ingin kita mencuri barang-barang di
supermarket yang berantakan itu!”
“Aku tidak tahu kenapa kamu mengatakannya seperti itu…”
Akhirnya dengan senyum sinis, aku menuju supermarket.
Saat ini, aku pergi ke supermarket terdekat di asrama, tetapi ada
banyak sekali zombie di sekitarnya.
Selain itu, menanggapi suara mesin mobil, mereka semua mendekat bersamaan,
jadi aku buru-buru menginjak rem.
Akan berbahaya jika semua zombie itu mengepungku dan menggigitku di
saat yang bersamaan. Jadi, aku keluar dari mobil agak jauh dari mereka dan
berlari ke sebuah gang.
Aku menunggu dengan sabar dan setiap kali aku melihat zombie lewat di
jalan, aku akan melemparkan mereka ke tanah dan mengikatnya.
Akhirnya, aku menangkap semua zombie yang ada di dekat tempat parkir supermarket. Setelah
itu, aku memasuki tempat itu dan menarik semua zombie yang ada di pintu masuk
dengan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Namun, aku kehabisan tali rami, jadi aku tak punya pilihan selain
mencari penggantinya karena aku harus mengikat zombie yang berkeliaran di dalam
supermarket.
Untungnya, toko ini adalah setengah Supermarket dan setengah Homecenter,
karena banyak tali yang dipajang di bagian bahan bangunan.
Setelah itu, aku butuh waktu lama untuk mengikat total lebih dari 50
zombie. Aku sangat lelah.
Namun, kurang menyenangkan jika ada zombie di sana-sini, jadi aku
menyeret satu per satu kakinya dan membawanya ke tempat bongkar muatan.
Setelah aku berhasil memastikan keamanan toko, saat ini sudah lewat jam
1 siang, jadi aku memutuskan untuk pulang dengan membawa hasil belanjaan hari ini.
Karena aku tahu bahwa meskipun aku membiarkan makanan apapun di tempat
ini, pada akhirnya semuanya akan membusuk, jadi pertama-tama aku mengambil
semua makanan yang mendekati tanggal kedaluwarsa, seperti sushi dan steak, menaruhnya
satu per satu di troli. Selain itu, aku juga mulai menambahkan sayuran,
seperti daun bawang dan kubis.
Troli belanjaan terisi penuh dalam sekejap mata, jadi aku pergi ke
mobil dan membawanya ke pintu masuk supermarket, lalu memasukkan semua makanan.
Cukup menarik bisa mendapatkan semua makanan dari supermarket tanpa khawatir
soal harganya.
Kupikir Haruka mengatakan sesuatu yang tak pantas tadi, tapi mungkin
akulah yang salah.
Sebagian besar yang aku lakukan adalah mencuri, namun aku harus
melakukannya agar kami dapat bertahan hidup, jadi aku harap orang-orang yang
menjadi bagian dari supermarket ini dapat memahaminya.
Lalu, aku mengeluarkan telur goreng yang sudah Haruka siapkan untukku,
berhenti sejenak dan mulai memakannya sambil memulihkan energiku---
Aku meletakkan 5 troli penuh makanan di kursi penumpang, kursi belakang
dan bagasi mobil.
Sungguh melegakan mengetahui bahwa semua makanan yang aku ambil dari supermarket
hanya sedikit mengurangi jumlah bahan makanan di dalamnya. Aku membawa
banyak makanan kaleng dan kering, jadi aku tak perlu khawatir tentang makanan
untuk sementara waktu.
Tentu saja, para penyintas lainnya bisa datang ke supermarket ini, karna
itulah semua yang ada di toko itu bukan milik kami.
Saat mau kembali ke asrama, aku memiliki ide untuk memasang tanda di
pintu masuk supermarket, jadi aku mengambil selembar kertas dari buku catatan
yang aku dapatkan di bagian alat tulis dan menulis bahwa ada 5 orang yang
berada di asrama sekolah perempuan. Setelah itu, aku tempelkan selembar
itu di pintu otomatis di pintu masuk supermarket.
Jika ada yang selamat, mereka bisa menemukan kami dengan ini.
Saat aku berkendara dengan selamat dan mencapai gedung asrama Sekolah
Perempuan, Haruka dan Tsukishiro-san, yang menjaga pintu masuk gedung,
melihatku dan berlari ke pintu gerbang untuk membukanya.
“Kousaka-san!!! Aku senang kamu selamat…!”
“Sudah kubilang, Senpai sangat kuat. Kamu tak perlu
mengkhawatirkan dia.”
Haruka mengatakan itu dengan membusung dadanya karena bangga, sementara
Tsukishiro-san sangat tersentuh.
Meski begitu, menurut Tsukishiro-san, mendapatkan makanan adalah
petualangan yang mengancam nyawa. Aku rasa akan lebih baik untuk
menunjukkan padanya ekspresi yang membuatnya percaya bahwa sangat sulit bagiku
untuk mendapatkan makanan karena aku tidak ingin dia dan yang lain curiga kalau
aku bisa berubah menjadi zombie---
“Tepat seperti yang dikatakan Haruka. Aku yang terkuat di antara
kita semua, jadi tolong serahkan padaku tugas untuk mendapatkan barang-barang
kebutuhan sehari-hari.”
Aku memutuskan bahwa apa yang aku lakukan adalah membuatnya merasa
aman, jadi aku mengatakan pernyataan tegas itu.
Dan sebagai tanggapannya, Tsukishiro-san tersipu dan berjalan pergi.
“… Jangan katakan itu. Saat ini aku dipenuhi dengan hal seperti
itu…”
Sepertinya dia membicarakan sesuatu.
Apa itu?
Di sisi lain, Haruka berkata.
“Kenapa kamu menunjukkan dirimu sebagai karakter yang kuat? Apakah
kamu ingin terlihat hebat di depan Tsukishiro-senpai?”
"Tentu saja tidak. Aku baru saja mengkonfirmasi apa yang kamu
katakan, Haruka.”
“Hmm… Di saat seperti ini, laki-laki dewasa harus bersikap rendah
hati.”
"Itu salah."
Haruka tidak mengerti maksud pernyataanku.
"Baiklah, kalau begitu, aku akan menurunkan makanan yang aku bawa."
Setelah mengatakan itu, aku membuka bagasi mobil dan Haruka serta
Tsukishiro-san bersorak.
“Banyak sekali makanannya! Senpai, kamu tidak punya belas kasihan mencuri
begitu banyak bahan makanan!”
“Itu pujian…?”
“Maaf karena kita harus bergantung padamu, Kousaka-san, tapi dengan
ini, kita tidak perlu khawatir soal makanan.”
“Jangan khawatir tentang itu. Aku juga membawa beberapa cemilan,
jadi makanlah dengan benar.”
“Aku tak pernah meragukanmu, Senpai. Tak apa, sudah seharusnya
begituu~”
Haruka dengan senang hati melompat ke arah mereka, tapi Tsukishiro-san
menghentikannya.
“Hinata-san, tunggu sebentar sebelum kamu mengambil cemilannya. Aku
ingin mencatat barang apa saja dan berapa banyak yang dibawa dari supermarket.”
“--- Eh? Semua barang yang dibawa Senpai? Tapi itu sepertinya
5 troli.”
"Tentu saja. Jika kita bertemu seseorang yang terkait dengan supermarket
itu di masa depan, kita harus membayarnya semua harga ini.”
"Eh? Itu masalah besar, dunia sudah menjadi kacau seperti
ini, jadi tidak apa-apa mengambil sesuatu tanpa izin."
“Jika aku tidak melakukan itu, aku tidak akan merasa nyaman. Kumohon."
Tsukishiro-san mengatakan itu dan menundukkan kepalanya. Aku
sendiri, mengatakan berikut ini.
“Kamu orang yang sangat serius, Tsukishiro-san.”
“Mereka sering mengolok-olokku karena aku serius, tapi beginilah sifatku.”
“Tidak, tidak, aku tidak sedang menyindir apa yang baru saja kamu
katakan, tapi aku terkesan. Tak pernah terpikir olehku untuk mencatat apa
yang aku bawa. Aku merasa kamu adalah gadis yang sangat baik dan luar
biasa.”
“Be-begitu…?”
Tsukishiro-san tersenyum malu, tapi itu hanya berlangsung beberapa
detik, lalu dia kembali serius dan sekali lagi menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Kousaka-san. Terimakasih banyak atas kerja kerasnya selama mendapatkan
semua makanan ini. Atas nama semua siswi di asrama, aku ingin mengucapkan
terima kasih… dan sekali lagi, aku minta maaf atas betapa kasarnya aku padamu
sebelumnya.”
“Tolong angkat kepalamu. Itu tak masalah bagiku karena kita akan
menjadi teman yang akan tinggal bersama di tempat ini, kan?"
“Dengan senang hati… Baiklah, kita akan mengurus semua bahan makanan
yang kamu bawa, jadi silakan pergi dan istirahat.
Setelah itu, Tsukishiro-san mendesakku untuk mandi untuk membersihkan
tubuhku. Meskipun aku masuk sendirian, anehnya aku merasa gugup karena aku
akan menggunakan pemandian umum yang besar di asrama Sekolah Perempuan.
Setelah 20 menit, aku selesai mandi dan ketika aku keluar dari pemandian
aku bisa melihat bahwa Tsukishiro-san dan Haruka sudah selesai mencatat semua
bahan makanan.
Tampaknya mereka memutuskan bahwa kami harus makan ikan segar terlebih
dahulu karena kemungkinan besar ikan tersebut akan membusuk, jadi mereka
meletakkan sashimi dan sushi di atas meja.
Dan ketika semua makanan sudah siap, Tsukishiro-san membuka mulutnya
dengan penuh semangat.
“Sejujurnya, sampai pagi ini, aku berpikir kami semua akan mati
kelaparan dalam beberapa hari, tapi berkat Kousaka-san, kami memiliki harapan untuk
bertahan di masa depan. Karna itulah, kita semua perlu bekerja
sama. Sejauh ini, aku jarang melakukan interaksi dengan Hoshimiya-san dan
Ichinose-san, tapi aku harus mengubah kebijakan itu. Selain itu, kita juga
harus menetapkan aturan untuk hidup bersama di tempat ini.”
Tsukishiro-san membuat keputusan itu dengan tenang dan kemudian, dia
pergi mencari dua orang yang berada di lantai atas gedung ini. Aku merasa
senang karena setidaknya aku merasa Tsukishiro-san memiliki harapan lebih untuk
bisa bertahan.
“--- Wow…!!!”
Ichinose-san, yang dibawa Tsukishiro-san melebarkan matanya dan
mengeluarkan suara kekaguman.
"Wow…! Ini terlihat seperti pesta ulang tahun…!!”
"Eh!? Kousaka-san membawakan semua ini untuk kita?”
Hoshimiya-san, yang memasuki ruang makan, juga berbicara dengan penuh semangat.
“Aku pikir mendapatkan bahan makanan adalah sebuah tantangan di mana kamu
akan mempertaruhkan hidupmu…!!! Apa kamu tidak menemukan zombie di supermarket?”
“Jumlahnya sekitar 50. Aku mengikat semuanya dan menguncinya di
tempat bongkar muatan.”
"Seriusan!? Bukankah mereka akan menggigitmu!?”
“Aku bisa menghindari semua serangan zombie.”
"Luar biasa! Apa kamu berlatih seni bela diri?”
"Tidak, tidak sama sekali. Aku dalam kondisi yang baik karena
aku anggota klub going home.”
"Begitukah? Aku benar-benar tidak memahaminya, tapi kamu
sudah mencoba yang terbaik~”
Hoshimiya-san tetap terkesan, tapi tiba-tiba, sesuatu terjadi padanya
dan dia duduk di sebelah kananku dengan senyuman penuh arti di wajahnya.
Terlebih lagi, dia mendekatkan kursinya ke arahku untuk mendekatkan
jarak kami dan menatapku dengan ramah. Tanpa sengaja, mataku tertuju pada
belahan dadanya yang menonjol dari kamisolnya.
"Kalau begitu, sebagai imbalan atas kerja kerasmu, aku akan
memberimu makan, Kousaka-kun. Kamu mau makan apa dulu?"
“Eh, tidak---”
Pada saat itu, Haruka duduk dengan paksa di kursi di depanku, untuk
menunjukkan bahwa dia hadir di ruang makan.
Bahkan jika dia tidak melakukan itu, aku akan menolak ajakan
Hoshimiya-san.
“Aku bisa makan sendiri, jadi aku baik-baik saja.”
Namun, Hoshimiya-san tetap bersikeras.
"Sudahlah, sudahlah. Izinkan aku berterima kasih karena telah
menyelamatkan hidup kami, Kousaka-kun.”
“Be-begitu…?”
Jika dia mengatakan itu, sulit untuk mengatakan tidak.
Terlebih lagi, kami adalah teman yang akan hidup bersama mulai
sekarang. Kalau begitu, aku akan menerima tawarannya.
“Yah, kalau begitu…”
“Oh, seorang pelanggan baru saja muncul~ Apa yang kamu inginkan pertama
kali?”
“Mmm, Nodoguro…”
“Okay~ Ini, Nodoguromu~”
Hoshimiya-san mengatakan itu seolah dia sedang bernyanyi sambil
memegang sumpit dan membawa Nodoguro ke mulutku.
“Katakan, Aaa~”
“… Itadakimasu.”
“Fufufu, Enak?”
"Ya…"
“Senangnya. Oh astaga, bukan berarti aku menyiapkannya sendiri.”
"Hahahaha…"
Saat aku tertawa, aku dengan malu-malu mengalihkan pandanganku ke
depan.
Haruka menyeringai di wajahnya dan tepat setelah mata kami bertemu, dia
mulai menghentakkan kakiku ke bawah meja.
Dalam situasi seperti ini, tidak ada cara untuk mengetahui seperti apa
rasa ikan lainnya.
Kemudian, seperti yang diharapkan, Hoshimiya-san juga merasakan sesuatu
yang aneh sedang terjadi, jadi dia melihat ke arah Haruka yang sedang memasang
wajah cemberut.
“Ada apa Hinata-chan? Kenapa wajahmu menakutkan sekali? Mungkinkah
kamu ingin makan Nodoguro juga?”
"Itu benar."
“Tapi kamu tidak perlu muram begitu, bukannya masih banyak yang tersisa?”
“Tentu saja tidak~ Aku tipe orang yang ingin memonopoli apa yang dia
suka~”
“Kamu tidak boleh seegois itu. Kita kan akan hidup bersama, jadi kita
harus berbagi segalanya.”
“Yah, kamu benar. Maaf."
Haruka meminta maaf dengan suara yang menakutkan dan menancapkan
sepuluh kukunya ke bagian atas kakiku.
Tidak sakit, tapi lebih baik aku pergi dari sini.
“Maaf, tapi aku harus pergi ke kamar mandi.”
Aku berdiri dan memutuskan untuk mengurung diri di kamar mandi
sebentar, namun, aku tidak ingin mereka mengira aku sedang buang air besar,
maka dari itu aku segera berubah pikiran dan keluar dari kamar mandi.
Tiba-tiba, aku menyadari bahwa Ichinose-san sedang menunggu di lorong.
Kalau dipikir-pikir, hanya ada satu kamar mandi perempuan di seluruh
gedung.
"Ah, maaf."
Aku meminta maaf padanya dan mencoba pergi, tapi Ichinose-san meraih
lengan bajuku.
“--- Eh?”
“… Aku sedang berpikir untuk menutupi lenganku dengan majalah.”
“--- Ya?”
“Saat melawan zombie, risiko lenganmu tergigit cukup tinggi, jadi lebih
baik tutupi lenganmu dengan majalah dan melakbannya…”
Ichinose-san menggumamkan kata-kata itu dengan kurang percaya diri dan
menunggu jawabanku.
"… Begitu ya. Kupikir akan lebih mudah jika memiliki sarung
tangan, tapi memang benar kalau majalah bisa digunakan sebagai gantinya.”
Meski aku tidak membutuhkannya sekarang, tapi aku akan menggunakannya
sebagai referensi saat mengajak Haruka keluar.
“Terimakasih banyak atas saranmu yang penting. Aku melihat
beberapa majalah saat aku melihat-lihat asrama, jadi aku akan segera
mencobanya.”
"Hehehe…"
Saat aku berterima kasih padanya, Ichinose-san tersenyum puas.
Dan tanpa masuk kamar mandi, dia kembali ke ruang makan.
Mungkinkah dia hanya menungguku untuk mengucapkan kata-kata itu
kepadaku…?
Kembali ke ruang makan, Haruka kembali menyerang kakiku sementara
Hoshimiya-san menyuapiku. Jadi aku selesai makan tanpa hampir merasakan
rasa makanannya.
Saat mencuci piring, aku melihat Tsukishiro-san sedang memisahkan
peralatan makan dari plastik dengan sisa makanan yang baru saja kami
makan. Namun, aku merasa hal itu tak perlu dilakukan lagi karena belum ada
yang akan mendaur ulang sampah plastik…
Tak lama setelah meja dirapikan, 5 orang duduk mengelilingi meja lagi. Kemudian,
Tsukishiro-san berdiri, melihat ke arah kami semua, dan mengatakan hal berikut
ini…
“Mulai hari ini, kita berlima akan tinggal sendirian di tempat
ini. Aku rasa akan ada banyak kesulitan, tapi mari kita saling
membantu. Terimakasih banyak untuk semuanya. Izinkan aku
memperkenalkan diri lagi. Namaku Mai Tsukishiro, tahun ketiga SMA. Aku
adalah bagian dari klub panah, jadi aku yakin dengan kemampuanku menggunakan
busur.”
"Ayo! Pemimpin!!!"
Hoshimiya-san terlihat cukup ceria. Aku rasa dia merasa seperti
itu karena mengetahui dia memiliki banyak makanan yang tersedia.
“Jadi, mari perkenalkan diri kita searah jarum jam. Sekarang giliranmu,
Hoshimiya-san. Silahkan."
"Ya. Baik, aku Lisa Hoshimiya. Hobiku adalah bermain
game… Aku tidak memiliki keahlian khusus seperti Tsukishiro-san, tapi biarkan
aku yang mengurus pekerjaan rumah!”
“Aku Yuma Kousaka. Kemampuan spesialku adalah… mengikat
zombie. Tolong biarkan aku mengurus persediaan makanan dan
sebagainya. Jika kamu menginginkan sesuatu, jangan ragu untuk mengatakannya
padaku."
“Aku Haruka Hinata. Aku juga tidak punya kemampuan khusus apa pun
yang bisa berguna, tapi… Aku punya video Senpai yang sangat menarik, jadi jika
ada di antara kalian yang mau melihatnya---”
"Berhenti."
"Oh, aku penasaran untuk melihatnya. Video apa itu?"
“Fufufu, Jika ada kesempatan, aku akan menunjukkannya
padamu Hoshimiya-senpai.”
Mengatakan itu, Haruka tersenyum penuh arti.
Dalam situasi macam apa kesempatan itu muncul…?
“Kalau begitu, Ichinose-san, tolong perkenalkan dirimu.”
Saat Tsukishiro-san mendesaknya untuk memperkenalkan dirinya,
Ichinose-san berdiri dengan ekspresi gugup di wajahnya.
“… A-aku Ayumi Ichinose. Aku tidak punya... keahlian khusus,
tapi... Aku suka membaca buku. Saat ini aku sedang membaca beberapa buku
yang agak rumit. Aku sering membaca buku ilmu teknik dan… aku juga bisa
melakukan perbaikan mesin sederhana.”
"Oh! Kamu gadis yang sangat berguna!”
Hoshimiya-san berteriak gembira. Yah, aku juga merasakan hal yang
sama.
“Suatu saat, jika ada yang tidak berfungsi, kami akan memintamu untuk
memperbaikinya. Kami akan senang jika kamu bergabung.”
"Hehehe…"
Setelah Ichinose-san tersenyum malu, dia duduk diam.
Lalu, setelah kami selesai memperkenalkan diri, Tsukishiro-san berdiri
lagi.
“Karena kita baru saja memperkenalkan diri, sekarang kita punya waktu luang. Karena
tidak ada lagi pekerjaan yang harus dilakukan di asrama, kalian bisa
bersenang-senang sesuka kalian.”
“Bagaimana kalau kita mandi…?”
"Itu ide yang bagus."
"Yeyyyy!!!"
Hoshimiya-san berteriak kegirangan lagi dan melompat dari kursinya.
Di sisi lain, Ichinose-san menutup mulutnya dengan tangannya dan
menguap.
“Aku mau tidur di kamarku… Aku tidak bisa tidur sampai sekarang karena
aku sangat cemas…”
“Aku akan membangunkanmu saat waktunya makan malam.”
"Terimakasih…"
Dengan begitulah, waktu makan siang telah berakhir dan kami semua
meninggalkan meja, tapi segera setelah itu, Hoshimiya-san mendekatiku.
“Kousaka-kun, apa yang mau kamu lakukan sekarang? Jika kamu tidak
keberatan, maukah kamu bermain game bermasaku? Tentu, setelah aku selesai
mandi.”
“Maaf, tapi aku berencana pergi ke supermarket lagi. Kali ini aku
akan pergi bersama Haruka.”
“Begitu… tidak masalah. Pergilah dan jaga dirimu baik-baik.”
Hoshimiya-san terlihat sedikit kecewa dan meninggalkan ruang makan. Mungkin
ada sesuatu yang ingin dia bicarakan denganku…?
“Seperti yang diharapkan. Kamu menjadi sangat populer, Senpai.”
Sebelum aku menyadarinya, Haruka sudah berdiri tepat di
sampingku. Dia menatapku seolah sedang memeriksa sesuatu.
“Aku tidak populer. Dia hanya berterima kasih padaku.”
“Kamu idiot ya, Senpai? Jika hanya berterimakasih, tidak ada
alasan kenapa Hoshimiya-senpai harus menyuapimu dengan mengenakan baju terbuka
seperti itu.”
“Kamu salah, selain makanan, baju tidak penting. Lagipula, mungkin
dia hanya suka memakai baju seperti itu.”
“Senpai, kamu benar-benar idiot. Ini pertama kalinya aku melihatmu
begitu bodoh.”
“Berhentilah memakiku…”
“… Yah, aku senang mendengarnya meskipun Hoshimiya-senpai mengajakmu
untuk bersamanya, kamu lebih mengutamakan janjimu denganku…”
Mengatakan itu, Haruka tersenyum malu dan saat kami sedang mengobrol,
Tsukishiro-san mendekati kami.
“Aku ingin memutuskan di ruangan mana kalian berdua akan tinggal,
Hinata-san, Kousaka-kun. Aku akan sangat menghargai jika kamu bisa memberitahuku
di lantai mana kamu ingin tinggal atau jika kamu menginginkan kamar di sudut.”
“Aku lebih memilih lantai satu, karena, jika ada zombie yang menerobos gerbang,
aku akan segera membereskannya.”
“Terimakasih sudah memikirkan keselamatan kami. Sebentar lagi aku
akan membersihkan ruangan yang paling dekat dengan pintu masuk gedung agar kamu
bisa menggunakannya. Dan kamu Hinata-san?”
“Sama dengan Senpai.”
“………? Maksudmu kamu ingin berada di kamar sebelah kamar Kousaka-kun?”
"Eh? Bukankah dia dan aku akan berbagi kamar?”
Haruka sedikit memiringkan kepalanya, sementara Tsukishiro-san
menatapku dengan heran, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang ini, jadi aku tak
tahu bagaimana aku harus bereaksi terhadap situasi ini.
“Asrama ini melarang masuknya anak laki-laki, kan? Tapi karena itu
tidak masuk akal, kalian memutuskan untuk membiarkan Senpai tinggal di tempat
ini, jadi untuk menghindari masalah, aku akan menjadi teman sekamarnya dan
menjaganya.”
“Kamu tidak perlu melakukannya. Kami sudah memutuskan bahwa
Kousaka-san adalah orang yang bisa dipercaya. Tolong pilih ruangan lain.”
"Tidak, tentu saja tidak. Meskipun Senpai terlihat tenang dan
dapat dipercaya, dia sebenarnya adalah laki-laki yang haus akan nafsu, jadi
kamu tidak boleh lengah---”
“Jangan katakan apapun yang bisa menyebabkan kesalahpahaman!”
Haruka hendak mengatakan sesuatu yang buruk, jadi aku buru-buru
memotongnya. Aku tidak tahu apa yang ingin dia katakan, tapi ada banyak
hal yang ingin dia katakan, seperti bagaimana aku memijat payudaranya di tepi
sungai atau bagaimana aku melihatnya telanjang melalui kaca buram.
Karena tidak menjawab akan menjadi masalah, aku memutuskan untuk
mengatakan hal ini.
“Aku tidak punya masalah berbagi kamar dengan Haruka. Selain itu,
jika terjadi sesuatu, aku akan bisa membuktikan bahwa aku bukanlah pelakunya
karena aku punya alibi.”
“Tapi, bukankah tidak pantas jika laki-laki dan perempuan belum menikah
tidur di kamar yang sama? Ngomong-ngomong, jika benar kamu adalah
laki-laki yang haus akan nafsu, bukankah Hinata-san akan berada dalam bahaya
karenamu?"
“… Senpai bisa bertanggung jawab…” Haruka bergumam dengan malu.
Jika memungkinkan, aku ingin dia menyangkal kemungkinanku bahwa aku menyerang
dia…
“Aku sudah mengenal Senpai sejak Sekolah Dasar, jadi kupikir aku akan
bisa mengatasinya. Tolong izinkan aku tinggal sekamar dengannya untuk menjaganya.”
Dia mengatakan hal-hal yang sangat tidak sopan, tetapi jika aku
mengatakan sesuatu, percakapannya akan menjadi rumit, jadi sebaiknya aku akhiri
ini untuk selamanya.
“… Jadi sejak Sekolah Dasar…”
Tsukishiro-san bergumam tanpa ada yang tahu. Dia tampak merasa
sedikit kesepian, namun dia kembali memasang ekspresi serius.
"Baiklah. Kalau kalian berdua ingin menggunakan ruangan yang
sama yang paling dekat dengan pintu masuk gedung ini. Ngomong-ngomong,
saat ini aku adalah pengurus seluruh asrama, jadi aku harus bertindak cepat
jika terjadi sesuatu. Karna itulah, aku akan mengganti kamarku di sebelahmu. Kamu
tahu, jika aku mendengar sesuatu yang aneh atau terjadi kecelakaan, aku akan
segera menemuimu, jadi ingatlah itu.”