Epilog –
Hati yang Dicuri.
Akhirnya … ketika ia kembali ke rumah Tsuyu, menggendongnya di punggungnya, matahari sudah menghilang.
Meski begitu, mereka berhasil mencapai rumahnya.
Itu adalah rumah Tsuyu dan Himawari. … ia telah datang ke rumah keluarga Shishido beberapa kali.
"Permisi."
Tampaknya tidak ada anggota keluarga lain yang kembali ke rumah tersebut, karena tidak ada lampu yang menyala.
Tsuyu membuka pintu depan rumah, mereka masuk dan Oshima membawanya ke kamarnya di lantai dua.
"Ugh ... akhirnya kita sampai."
"Terimakasih."
Oshima menarik napas dalam-dalam setelah membuat Tsuyu duduk di tempat tidur di kamarnya.
“Apa kamu tidak lelah, Oshima? Kenapa kamu tidak duduk?"
Mengatakan itu, Tsuyu menepuk tempat tidurnya … dan menunjukkannya pada Oshima.
"Kemarilah, sini, sini."
Oshima, agak bingung dengan situasinya, duduk di sebelah Tsuyu.
“… Karena aku sudah sampai sejauh ini, aku tidak tahu apakah ini ide yang bagus.”
Meski sudah terlambat, Oshima melakukan serangkaian tindakan yang akan sangat mempengaruhi hidupnya tanpa mengkonfirmasi niat Tsuyu.
Menyadari fakta itu, Oshima menjadi kesal.
"Tidak apa. Jangan khawatir tentang itu."
Sementara itu, itulah yang dikatakan Tsuyu.
Di sisi lain, Oshima memiliki ekspresi mendung di wajahnya … tetapi wajah Tsuyu memiliki ekspresi kegembiraan.
“Kamu menyelamatkanku Oshima, selain itu…”
Oleh karena itu, Tsuyu meraih tangan Oshima yang duduk di sebelahnya.
“Saat kamu meraih tanganku, Oshima dan mulai berlari … untuk pertama kalinya setelah sekian lamanya, aku bisa berlari sekuat tenaga. Entah bagaimana, rasanya sangat menyenangkan, jadi terimakasih banyak."
"Tsuyu..."
Ia lega setelah mendengar kata-kata Tsuyu.
Penilaiannya tidak salah.
“Tsuyu, Aku yakin ada kemungkinan orang itu akan melecehkan atau menyakitimu lagi ke depannya. Jika orang itu melakukan sesuatu padamu lagi, aku ingin kamu memberitahuku kapan saja, karena aku berjanji akan melindungimu."
"… Ya."
… Keduanya diam.
Rumah itu sunyi … dan kamar Tsuyu sunyi.
Keduanya saling memandang dalam keheningan yang menghancurkan itu.
Mereka hanya bisa mendengar napas satu sama lain.
Oshima merasakan tatapan penuh nafsu Tsuyu.
Tangannya diletakkan di dada Oshima.
Dan begitu saja, Tsuyu mendekatkan wajahnya.
“… Tsuyu.”
Mengambil tangan yang dia letakkan di dadanya, Oshima berkata.
“… Aku ingin membantumu Tsuyu, jadi aku akan melakukannya. Aku ingin melindungimu mulai sekarang. Aku menghargaimu Tsuyu …”
Cinta yang ia rasakan untuk Tsuyu belum hilang.
Ia tahu betul.
Namun, saat ini, ia tidak berhak meneriakkannya dengan lantang.
"Tapi, tidak lebih dari ini."
Mendengar kata-kata itu, ekspresi penuh nafsu Tsuyu menghilang dan malah menunjukkan ekspresi terkejut, seolah-olah dia didorong dari tebing.
“…Oshima, aku…”
Tsuyu ingin menyampaikan apa yang dia rasakan untuknya.
Tidak peduli seberapa tidak berperasaannya Oshima, panas yang dipancarkan dari tubuhnya, ekspresi wajahnya terlihat seperti melihat mata itu.
"… Hanya untuk saat ini".
Tsuyu, seolah ingin memegangnya, meminta Oshima untuk hal berikut.
"Kumohon, cium aku sekali lagi."
"... Maaf, tapi aku tidak bisa mengkhianati Himawari... aku tidak bisa mengkhianatinya lagi."
“…………”
Dalam kegelapan yang muram, Tsuyu menunduk.
Oshima tidak bisa melihat ekspresi apa yang dia miliki di wajahnya sekarang.
Tapi saat itu...
"Aku pulang".
Terdengar suara pintu depan terbuka.
Tiba-tiba, suara yang terdengar seperti lonceng terdengar di dalam rumah.
"Ehh? Tidak ada siapa pun?" … Itu Himawari.
Ia telah kembali ke rumahnya.
Ia harus menjelaskan kepada Himawari mengapa ia sendirian dengan Tsuyu di rumahnya.
Oshima berdiri dari tempat tidur.
Tapi pada saat itu … Tsuyu menarik lengan Oshima, yang mencoba untuk menemui Himawari. Dia menindih Oshima, yang jatuh kembali ke tempat tidur …… dan mereka berciuman.
Bagian dalam mulutnya dihancurkan oleh lidah licin Tsuyu.
Kehangatan, sentuhan, bau, detak jantung, emosi, segala sesuatu tentang dirinya ditransmisikan.
Dia tidak bisa melepaskan diri dari bibirnya.
Kedua air liur bercampur.
Ia memaksa dirinya untuk menelan semua air liur yang menggenang di mulutnya seperti racun manis.
"Mmm... Oshima."
Tsuyu mengeluarkan suara sambil menekan bibirnya ke bibir Oshima.
Mereka terus berciuman sambil mengatakan sesuatu satu sama lain.
Ia merasakan dampak suaranya, desahannya, yang diterapkan langsung ke otaknya.
“Jika kamu mengatakan bahwa aku belum mengubah cara lamaku. Apa itu berarti kamu masih tidak mencintaiku?"
Rasa kesemutan yang manis mengguncang otaknya.
“Aku menyukaimu, Oshima. Aku tidak bisa mengendalikannya lagi."
"Ts-tsu..."
"Aku menyukaimu, aku menyukaimu, aku menyukaimu, Oshima... Seharusnya aku mendukung hubunganmu dengan Himawari, tapi aku tidak bisa melakukan itu lagi. Apa yang harus aku lakukan, Oshima?" Mereka direkatkan dari kulit ke kulit.
Tubuh ke tubuh.
Desahan melelehkannya.
Sebuah suara yang terdengar dan bergema di dalam tubuhnya.
"Aku tidak tahu harus berbuat apa! Aku tidak bisa mencurimu dari Himawari... tapi aku ingin memilikimu untuk diriku sendiri, aku ingin mencurimu, Apakah kamu membenciku, Oshima?” Suara itu menyakitkan.
Air mata Tsuyu jatuh di pipi Oshima.
Tsuyu menanyakan pertanyaan semacam itu dengan perasaan yang sangat berat.
“Apakah aku memiliki kualitas yang diperlukan agar kamu jatuh cinta padaku, Oshima?”
"Kamu tidak memiliki kewajiban untuk berubah demi kebaikan mereka yang menderita untukmu."
"Hanya saja, jangan mengubah apa yang telah kamu putuskan."
…………
Itu benar.
Ia ingat kata-kata itu.
Ia pasti mengatakan itu padanya.
Seorang pria yang menyiksanya dengan memberinya keinginan yang seharusnya tidak dia miliki.
Tsuyu berusaha mempertahankan apa yang telah dia putuskan untuk dilakukan tanpa menyerah.
Itu saja.
Itu adalah kutukan yang diberikan Oshima pada Tsuyu.
Mulai sekarang, Oshima Kamome akan mengingatnya.
Berapa banyak tanggung jawab yang diperlukan untuk 'mencuri hatiku'?