Ads 728x90

Otokogirai na Bijin Shimai wo Namae Vol 1 Prolog

Posted by Chova, Released on

Option


Prolog


Sebentar lagi Halloween...


Bulan Oktober hampir berakhir, dan aku sedang berjalan-jalan di kota untuk mendapatkan barang-barang yang aku butuhkan untuk kostum Halloween ku.


Di saat-saat seperti ini biasanya banyak terjadi kecelakaan, karena banyak orang gila yang mengenakan kostum dan merusak kota. Dan aku tidak berencana untuk menjadi bagian dari kelompok itu. Aku hanya ingin kostum sederhana untuk pesta kecil yang aku adakan dengan teman-teman SMA-ku. 


Aku mengarahkan pandanganku dengan senyum di wajahku ke kepala labu dan lightsaber yang kubawa di dalam tas.


Aku sempat ragu-ragu mengenai apa yang aku kenakan, karena ada tigak orang teman, termasuk aku yang akan menghabiskan liburan ini bersama, tetapi salah satu di antara mereka mengenakan kostum Otaku, dia biasanya tak akan melewatkan pada apa pun selama dia terlihat seperti karakter favoritnya. 


Jadi kau bisa membanyangkannya kalau aku tidak akan terlihat keren… Tapi tetap saja, tujuan dari ini adalah untuk bermain dan bersenang-senang dengan mereka, jadi apa pun yang aku kenakan akan baik-baik saja. 


Ini akan menjadi pertama kalinya bagiku menghabiskan Halloween bersama mereka, oleh karena itu, aku akan melakukan yang terbaik untuk menikmatinya sepenuhnya dan menciptakan kenangan indah.


Awalnya aku tidak bersemangat sama sekali, tetapi semakin dekat hari H, semangatku semakin meningkat, aku rasa aku memang masih anak kecil.


Aku sudah memiliki semua yang aku butuhkan, jadi lebih baik aku pulang.


“Hei ayah! Aku ingin pergi piknik!”


"Fufu, kedengarannya menyenangkan, mungkin kita akan melakukannya."


“Yey! Aku sangat menantikan liburan!”


Aku berjalan melewati seorang ayah dan anak yang sekilas terlihat memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Aku tidak terlalu memperhatikan mereka dan melanjutkan perjalanan pulang.


Setelah aku berjalan beberapa saat, aku menoleh ke belakang dan melihat bahwa ayah dan anak itu tidak lagi di belakangku. Aku menghela nafas dan melanjutkan perjalananku, bertanya-tanya mengapa aku melakukan itu.


Tapi, bukan hanya satu-satunya yang menarik perhatianku. Ketika aku semakin dekat ke rumah, aku bisa melihat sesuatu yang tak biasa.


“Itu… Itu adalah rumah para saudari Shinjo.”


Kakak beradik Shinjo adalah dua saudara kembar cantik yang bersekolah di SMA tempatku bersekolah.


Kedua kakak beradik itu memiliki kecantikan dan gaya yang tidak dapat ditandingi oleh idola mana pun, dan mereka sangat cantik sehingga banyak cowok-cowk di SMA kami yang telah menyatakan cinta mereka berkali-kali. 


Namun, mereka terkenal menolak setiap cowok yang mengaku kepada mereka. Jadi dapat dikatakan bahwa mereka tidak dapat dicapai oleh cowok mana pun. 


Aku tinggal beberapa rumah dari rumah mereka, jadi kami bisa dibilang bertetangga, dan oleh karena itu, tidak mengherankan jika kami saling menyapa setiap kali bertemu.


Itu adalah sapaan yang biasa, “selamat pagi” yang sederhana, tetapi aku tidak akan berbohong pada kalian. Fakta bahwa mereka memberiku sesuatu yang begitu sederhana dengan itu, benar-benar membangkitkan semangatku, dan membuatku percaya bahwa aku mampu melakukan apa saja. 


Ya, itulah tingkat kenaifanku.


Dan mereka bukan satu-satunya yang menarik. Ibunya juga… Tanpa diragukan lagi, mereka adalah keluarga yang cukup mengesankan. 


Tapi bukan itu alasan mengapa aku hanya diam dan menatap rumahnya. Hal yang tidak biasa yang aku lihat adalah…


"Kenapa pintu rumahnya terbuka?"


Benar, entah kenapa pintu depan rumah itu terbuka. 


Aku mengambil ponselku dan melihat jam, ini baru jam 6 sore. Matahari akan segera terbenam, membuat malam menyelimuti langit, dan sebagian karena ini musim dingin, membuat hawa dingin lebih kuat dari biasanya. Aku tidak melihat alasan logis mengapa belum ada yang menutup pintu.


Seolah belum cukup, lampu di dalam rumah juga padam. Semua ini memberiku firasat buruk tentang apa yang terjadi di sana.


"Mereka tidak diserang perampok, kan? Tidak, tidak, tidak, aku banyak memikirkannya...”


Aku menertawakan dugaanku dan mencoba melanjutkan langkah kakiku... Tapi, perasaan buruk itu masih menyeliputi tubuhku.


Lalu aku menuruti rasa ingin tahuku, dan perlahan mendekati pintu depan.


“………”


Aku berharap jika aku terlalu dekat, aku akan mendapat teguran dari dua saudari Shinjo, lalu aku akan segera pergi. Dan itulah yang benar-benar ingin aku harapkan, sampai… Aku mendengar suara seorang pria datang dari dalam rumah. 


"Kuku, aku datang ke tempat ini berharap menemukan uang untuk dicuri, tapi melihat tiga wanita cantik seperti kalian membuatku berpikir aku telah memenangkan lotere. Hei, gadis-gadis, buka baju kalian jika tidak ingin ibumu mati.”


Kata-kata itu mengguncang gendang telingaku, dan secara refleks aku meletakkan tanganku ke dahiku.


Ini tak mungkin terjadi. Aku tidak menyangka pikiran bodohku itu menjadi nyata.


Aku bergerak dari satu sisi ke sisi lain, sangat berhati-hati untuk tidak menarik perhatian, dan aku berhasil mengintip ke dalam rumah dari halaman, di mana aku dapat melihat seorang pria gemuk yang sedang menahan ibu dari saudari perempuan Shinjo sambil meremas payudaranya dan terus mendesak para saudari itu untuk melepas pakaian mereka.


[... Bajingan sialan]


Sang ibu menangis, dan tampak sangat ketakutan untuk berbicara, sedangkan kedua saudari perempuan itu, sebaliknya, tidak beranjak dari tempatnya, meskipun mereka tidak disandra. 


Tampaknya mereka berusaha membantu ibu mereka dengan cara tertentu. Sejak ayah mereka meninggal dalam kecelakaan, mereka bertiga sangat dekat. Ikatan kekeluargaan dan perasaan itu mencegah mereka meninggalkan ibu mereka.


"Aku tidak punya pilihan selain memanggil polisi, karena secara realistis... apa lagi yang bisa kulakukan?"


Aku memeriksa barang-barangku dan yang aku miliki hanyalah pumpkin head yang baru saja aku beli dan lightsaber.


Ketika aku melihat ke dalam rumah lagi, aku melihat bahwa para saudari telah mematuhi kata-kata pria itu dan hanya mengenakan pakaian dalam mereka.


Aku tidak bisa melihat wajah mereka dari jarak sejauh ini, tapi pasti mereka takut… Tidak, itu fakta bahwa mereka itu normal untuk merasa seperti itu dalam situasi seperti ini.


Ini membuatku sangat marah... Pria itu perlu belajar bahwa wanita tidak boleh dibuat menangis.


Bertekad untuk melakukan sesuatu, aku mengenakan pumpkin headku, dan memegang erat lightsaberku. 


Aku selalu suka menyembunyikan wajahku ketika melakukan sesuatu seperti ini, dengan cara ini aku bisa memamerkan keahlian ku tanpa merasa malu atau takut. Aku telah berlatih kendo saat SMP, dan bahkan berkompetisi di turnamen nasional, jadi di satu sisi, aku memiliki pengalaman bertarung.


Seorang teman sekelas pernah mengatakan kepadaku bahwa kepribadian dan suasana hatiku berubah ketika aku menyembunyikan wajahku, meskipun aku tidak begitu yakin seberapa benar itu.


"Sep, ayo pergi.”


Aku memperhatikan lagi, dan menyadari bahwa pria itu sedang memegang pisau di tangannya, oleh karena itu, kemungkinan besar aku sendiri akan terluka dalam pertemuan ini.


Tidak ada yang akan memarahi atau menyalahkanku jika aku melarikan diri dari sini dan memikirkan keselamatanku sendiri… Tapi sejujurnya, aku tidak bisa meninggalkan keluarga itu.


“Mama, papa... Tolong beri aku kekuatan dan keberanian untuk menghadapi kesulitan ini.”


Aku mengatakannya dengan suara rendah berdoa kepada orang tuaku yang ada di surga…


Aku menelepon polisi, dan bersiap untuk menyerang.


***


“…Kugh.”


"Nee-san…"


Kami tidak pernah berpikir bahwa… Suatu hari kami akan berada dalam situasi seperti ini.


Saat itu akhir bulan Oktober, Halloween sudah dekat. Aku pergi keluar dengan saudari perempuanku untuk berbelanja, dan kami kembali ke rumah hampir menjelang senja.


Kakakku dan aku masuk ke dalam rumah tanpa berpikir, meskipun kami merasa aneh karena pintu depan terbuka.


“… Ibu?”


"Ini sangat gelap ... Apa yang terjadi?"


Aku melihat sepatu ibuku di pintu masuk, jadi dia pasti ada di rumah, meskipun aku dan kakakku bertanya-tanya kenapa lampunya mati.


“… Eh?”


Dalam kesunyian yang menakutkan, kami melihat ibuku diikat oleh seorang pria gemuk.


"Nah, siapa gadis-gadis ini?"


“Pe-pergi dari sini!”


Pria itu menodongkan pisau ke ibuku, dan dia mendesak kami untuk melarikan diri dari rumah ... Saat itulah kami menyadari dia menjadi korban perampokan. 


Tetapi sebelum kami sempat bereaksi, pria itu mengarahkan pisaunya ke arah kami agar kami tidak melarikan diri, dan mengancam akan membunuh ibu kami jika kami bergerak. 


Ketakutan menyelimutiku, jauh di dalam diriku, aku ingin melarikan diri, dan lalu, meminta bantuan... Tapi aku takut jika aku melarikan diri dari sini, ibuku bisa mati. Jadi aku tak bisa menggerakkan kakiku. 


Begitu kami membeku, pria itu menyuruh kami melepas baju kami, dan aku hanya menurut, berniat membantu ibuku.


“Kau… Apa kau benar-benar tidak akan melakukan apa pun pada ibu kami jika kami melakukan apa yang kau katakan?”


"Selama kalian melakukan apa yang aku katakan, tidak ada yang akan terluka, kukuku." 


Tidak ada pilihan lain, itu adalah harga kecil yang harus dibayar untuk menyelamatkan ibuku.


Dengan pemikiran itu di benakku, aku melepas bajuku, dan kakakku melakukan hal yang sama. Kami berdua melepas baju kami.


Senyum jahat terbentuk di wajah pria itu ketika dia melihat kami seperti ini.


Pria adalah makhluk yang keji dan buas. Satu-satunya pria yang kuinginkan berada di sisiku adalah mendiang ayahku.


Ayahku mencintai ibuku sampai saat-saat terakhir hidupnya dan merawat kami seperti putri-putrinya yang berharga.


“Kuku, aku tidak pernah membayangkan bahwa aku akan bertemu dengan dua gadis cantik di rumah ini. Nah, sebelum kalian melakukan sesuatu, aku akan mengikat tangan dan kaki kalian.”


Pria itu melemparkan tali ke kakakku dan memerintahkannya untuk mengikatku.


Menghadapi kenyataan ini, aku menyadari bahwa ibuku berada dalam situasi yang sama dengan diriku, jadi tujuannya adalah untuk merampas kebebasan kami semua secara setara. 


Arisa meminta maaf kepadaku dengan suara pelan, dan mengikat tangan dan kakiku. Dan lalu dia diikat oleh pira itu. 


Setelah melakukan itu, korban pertama dari pikiran jahatnya adalah Arisa. 


“Hentikan! Singkirkan tangan kotormu dari kakakku! Lakukan apa yang kau inginkan padaku sebagai ganti melakukan sesuatu padanya atau ibuku!” Aku berteriak kepada si perampok dengan sekuat tenaga.


Terlepas dari tindakan berani seperti itu, sebenarnya aku sangat takut.


“Diam! Aku akan berurusan denganmu nanti, jadi tutup mulutmu!”  kata si perampok sambil menancapkan pisaunya ke lantai.


Ibu dan kakakku mengeluarkan jeritan kecil saat pisau itu jatuh dengan keras, dan aku juga membeku ketakutan.


[Kenapa ...... Kenapa kami mengalami ini?]


Air mata menggenang di mataku pada keadaan yang tidak masuk akal ini.


Pada akhirnya, aku pasrah pada nasib kejam yang harus aku hadapi… Bahkan insiden yang menyebabkan kematian ayahku disebabkan oleh alasan yang tidak masuk akal. 


"Sialan... aku benci... aku benci ini..."


Aku tak bisa berbuat apa-apa dan aku merasa frustrasi dengan diriku sendiri karena harus menerima kemalanganku dengan pasrah.


Segera setelah aku mengepalkan tanganku dengan erat, kuku-kuku ku menusuk kulitku, menyebabkan rasa sakit. Tepat di depanku, kakakku akan melampiasan hasrat pria menjijikkan itu dengan tubuhnya.


Menghadapi irasionalitas ini, aku menangis.


"Tolong..."  kataku dengan suara serak.


Aku sangat putus asa sehingga aku berharap seseorang, siapa pun, datang untuk menyelamatkan kami.


“Eh?”


Tiba-tiba, sesuatu menggelinding ke tengah ruangan dengan suara keras. Ternyata itu adalah bola tenis yang menggelinding masuk dari pintu.


“Apa itu? Bola tenis?”


Pria itu berbalik untuk melihat bola dan mencoba meraihnya.


Aku tidak ingin mengalihkan perhatianku ke objek yang dilihat kakakku, dan tiba-tiba, ada sesuatu yang memasuki ruangan dengan kecepatan tinggi.


“Apa itu…?”


Sebelum pria itu bisa bereaksi, sebuah benda mirip tongkat bercahaya menghantam bahunya dengan keras.


Pria itu menjatuhkan pisaunya saat dia menggeliat kesakitan, dan dalam sekejap mata, benda bercahaya yang sama menghantam perutnya dengan sangat kuat.


"Gaah…! Apa-apaan ini…?!


“?!”


"Apa itu... Labu?"


Penyusup yang tak terduga membuat kakakku, ibuku, dan aku, tercengang.


Kami sangat terkejut dengan tontonan aneh ini hingga kami lupa sejenak, situasi mengerikan yang kami alami, dan ketakutan yang kami simpan di dalam diri kami.


Dilihat dari fisik orang misterius itu, aku tahu dia laki-laki, tetapi, aku bertanya-tanya mengapa dia memakai labu di kepalanya.


"Aku tidak tahu apa niatmu dengan mereka, tapi itu berakhir di sini."


Saat pria misterius itu mengatakan itu, aku mendengar suara sirene di kejauhan.


"Ah...”


“Kamu… Apakah kamu datang untuk membantu kami?”


Tidak pernah dalam hidupku aku membayangkan bahwa suara sirene akan begitu menenangkan. 


Lelaki Labu itu melanjutkan untuk mengikat tangan dan kaki pria yang mencoba menyakiti kami untuk mencegahnya melarikan diri. Dan begitu kami aman, dia melanjutkan untuk membebaskan kami dari ikatan kami.


“Sialann… Lepaskan aku sekarang.”


“Tentu saja tidak. Penjahat seperti kau layak untuk dihukum.”


Mata lelaki itu yang mengintip melalui Labu begitu tajam dan menyeramkan hingga membuat perampok itu ketakutan.


“Kalian sekarang sudah aman, kamu bisa pakai bajumu lagi, tidak ada hal buruk yang akan terjadi padamu sekarang.”


“… Baik.”


Baru setelah aku mendengar kata-kata itu, aku bisa merilekskan seluruh tubuhku, dan menyadari bahwa memang seperti itu, semuanya akan baik-baik saja.



Ada sesuatu di tenggorokanku, aku tidak bisa memikirkan apa pun selain menangis dengan keras sambil memeluk kakak dan ibuku. Aku bahkan tidak peduli bahwa aku masih mengenakan celana dalam.


"... Aku menemukan selimut ini di ruang tamu, kuharap kamu tidak masalah, tapi lebih baik kamu menutupnya."


Lelaki Labu itu memegang selimut dari sofa di tangannya, berjalan ke arah kami dan tidak meletakkannya di bahu kami, dan segera menjauh, mungkin agar tidak membuat kami takut.


Namun, meski kedengarannya aneh, aku tidak merasa takut. 


Aku memiliki banyak masalah di masa lalu, jadi aku tidak pandai bergaui dengan laki-laki… Tidak, sebenarnya, aku tidak menyukai mereka sama sekali.


Meski begitu, dia berbeda, sebaliknya, aku merasa aman dan nyaman bersamanya di depanku. Aku bahkan merasakan kedamaian dan kenyamanan bahwa dia ada di sini.


Mata yang melihat melalui labu itu dingin dan tajam, tetapi kebaikan dan kepeduliannya terhadap keselamatan kami sangat jelas.


"Sungguh... aku lega kalian bertiga baik-baik saja."


Suara lelaki itu penuh kelembutan, hampir sama dengan suara ayahku.


Pipiku tiba-tiba memerah, dan tampaknya kakakku juga mengalami hal yang sama, aku bisa melihat bahwa dia menatapnya dengan bingung.


Pada akhirnya, pria yang mencoba menyakiti kami ditangkap, baik ibuku, kakakku, dan aku tidak terluka.


Dalam situasi putus asa seperti ini di mana kami akan kehilangan segalanya, seorang pahlawan tak dikenal datang untuk menyelamatkan kami. Aku… merasa bahwa ini memang sudah ditakdirkan.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset