Epilog
“Hayato.”
"… Huh?"
Sepertinya tiba-tiba aku mendengar suara yang familiar. Aku menoleh ke arah suara itu, dan di sana aku melihatnya, mendiang ibuku.
“Ma… ma?”
"Sudah lama sekali, ya, Hayato.”
Kenapa ibuku ada di sini? Itulah yang aku pikirkan, tetapi aku segera menyadari bahwa ini adalah mimpi.
Aku terkejut melihatnya, karena penampilannya tidak berubah sedikit pun, seolah-olah waktu telah berhenti. Hatiku benar-benar hancur dan aku melompat ke arahnya untuk memeluknya.
“Ara Ara, kamu telah menjadi anak manja, Hayato.”
“Diam… Kamu meninggalkanku sendirian.”
“… Maaf.”
Tidak, bukan itu yang aku maksud. Dan meskipun ini tidak nyata, ini adalah pertemuan pertama kami setelah sekian lama, jadi tidak adil jika percakapan pertama kami menjadi susuatu yang menyedihkan.
“Maafkan aku, Ma. Bukan itu yang ingin aku katakan, ada banyak hal yang ingin aku sampaikan kepadamu.”
"Hayato... Fufu, kamu benar-benar telah menjadi pria yang baik."
“Aku sudah hidup sendiri sejak kamu dan ayah pergi, dan kakek-nenekku banyak membantuku, aku selalu berterima kasih atas bantuan yang mereka berikan kepadaku.”
“Begitu, senang mengetahui bahwa kamu berada di tangan yang baik, dan kamu sangat kuat.”
Aku tidak cukup kuat… Aku akan menangis. Aku mati-matian menahan air mata, menatap mata ibuku.
“Aku biasanya memiliki banyak momen kepesian. Tetapi aku juga bersenang-senang, aku bisa mendapatkan teman yang sangat baik, dan juga…”
“Ada orang-orang dalam hidupmu yang berarti bagimu dan melindungimu, bukan?”
“… Ya. Aku bahkan terkejut bahwa aku bertemu orang-orang seperti itu. Mereka sangat mendukungku, dan mereka selalu memberiku cinta dan kehangatan mereka. Mereka adalah orang-orang baik, setiap hari berlalu, aku merasa lebih dekat dengan mereka.”
“Fufu, aku senang mendengarnya♪”
Pertemuan pertamaku dengan ibuku dalam waktu yang lama sangat singkat. Aku berharap aku telah menghabiskan lebih banyak waktu dengannya.
"Sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal, Hayato."
“………”
Aku berharap aku bisa mengatakan kepadanya dengan lantang bahwa aku ingin berbicara dengannya lagi. Tapi itu pasti akan membuatnya khawatir. Dan itulah yang paling tidak aku inginkan.
"Ma ... aku akan melakukan apa yang aku bisa untuk menjadi kuat. Jadi kamu dan ayah jangan khawatirkan aku, semuanya akan baik-baik saja, aku janji."
“… Hayato. Umm, ya, baiklah.”
"Ngomong-ngomong, kenapa dia tidak ada di sini? Ini agak kejam.”
“Kamu benar. Aku tidak tahu apa yang pria itu lakukan.”
Mungkin, mungkin saja, akan ada lebih banyak keajaiban seperti ini di masa depan, dan ini bukan terakhir kalinya aku bertemu dengan ibuku.
Jadi sekarang kami berpisah dengan senyuman, yakin bahwa kami akan bertemu lagi.
"Baiklah, sampai jumpa lagi, Ma...”
"Hayato... aku mencintaimu. Jangan lupa, aku senang bahwa kamu adalah anakku.”
“………”
Ini tidak adil… kenapa kau harus mengatakan sesuatu yang begitu menyedihkan saat kita mengucapkan selamat tinggal?
Aku mencoba memeluknya untuk terakhir kalinya, tetapi ketika dia hendak melingkarkan tubuhnya di lenganku.
***
-Ibu!
“Wahhh!”
“… Eh?”
Tanpa sadar aku memeluk seseorang di depanku.
Suara itu membuatku sedikit bingung, tapi perasaan di depanku cukup menenangkan, jadi aku terus membenamkan wajahku dalam kelembutan itu sambil mempererat pelukanku.
“Ini … ini nyaman. Aku ingin tetap seperti ini selamanya.”
Rasanya sangat lembut, tetapi juga hangat dan baunya sangat harum hingga aku tak bisa melepaskan diri dari itu. Tetapi setelah beberapa saat, otakku perlahan terbangun dan pikiranku mengikuti situasiku saat ini.
“Ini … Payudara?”
“Hahaha Hayato, betapa beraninya kamu♪”
Saat aku dengan tenang mengucapkan kata "payudara", suara gadis itu mengejutkan gendang telingaku dengan penuh nikmat.
Aku segera mencoba untuk menjauh, tetapi orang di depanku tidak mengizinkannya, dia memelukku dan menahan kepalaku di dadanya yang besar.
“A-aina?”
“Ya, selamat pagi, Hayato-kun♪”
Kurasa kau bisa menyebut ini sebagai bangun pagi yang bahagia… Aku berusaha mati-matian untuk menyembunyikan fakta bahwa aku baru saja mengalami… ya… Erotis di pagi hari.
Biarkan aku menjelaskan secara detail posisi Aina dan aku saat ini.
Pertama, aku berbaring di tempat tidur, dan Aina duduk di atas tubuhku, dan dia menurunkan tubuh bagian atasnya dan menekan tubuhnya ke arahku … Dan posisi pinggulnya bertabrakan dengan selangkanganku!
"Aina-san? Tolong, bisakah kamu bisa menjauh sebentar...”
“Kenapa? Kamu menggelitikku saat kamu berbicara begitu banyak di dalam payudaraku. Tapi aku tidak keberatan sama sekali, aku senang♪”
Senang mendengarnya, tapi sekarang bukan waktunya untuk ini!
Aina dengan girang menggerak-gerakkan tubuhnya saat dia memelukku, tetapi semakin dia melakukannya, pinggulnya semakin bergerak dan merangsang teman kecilku yang energik.
"... Oh, apa itu milikmu...?"
"Ah..."
Ya... Disana, dia merasakan selangkanganku beradu dengan bagian pribadinya. Aku merasa darahku mendidih pada saat itu. Karena dia menurunkan tangannya untuk memeriksa apakah benda itu yang dia maksud.
“Ara Ara. Jadi kamu mengeras, ya. Fufu, Hayato-kun, kamu nakal♪”
“Nonono, Aina, tunggu…”
Aina dengan lembut menyentuh bagian atas celanaku, membuatku sedikit terangsang. Saat itulah dia melepaskan kepalaku dari payudaranya, tetapi dia terus berada di atasku dengan posisi yang sama.
"Nee, Hayato-kun."
Aina menatapku sambil menjulurkan lidahnya.
"Sekarang kita berpacaran, kan? Jadi itu tidaklah masalah oke, aku akan melakukan apa pun yang kamu minta, itu termasuk melakukan segsual yang memuaskan… Apakah kamu ada sesuatu yang ingin kamu tanyakan kepadaku?"
Aku menelan ludah sambil berkeringat dingin... Tanpa diragukan lagi ini adalah situasi yang sangat hebat bagiku, terlebih lagi, dalam situasi lain, tentunya aku tidak akan mungkin untuk ragu-ragu melakukannya.
Tetapi sebelum aku bisa melakukannya tidak ada jalan untuk kembali, aku harus meminta Aina untuk menjauh dan aku menolak dengan sopan.
Itu tentu saja, dia tidak akan merasa puas karena aku menolak ajakannya. Tapi, sekarang bukan waktu atau situasi yang tepat untuk melakukan hal semacam itu. Meskipun sejujurnya, aku berharap bisa melakukan hal itu dengannya dalam waktu dekat.
Setelah momen panas itu berlalu, aku aku menyapanya lagi secara normal.
“… Selamat pagi, Aina.”
"Selamat pagi, Hayato-kun!" ♪
Sepertinya seragamnya agak berantakan saat aku memeluknya, tapi Aina memperbaikinya tanpa mengkhawatirkannya sama sekali.
Namun, dia segera menjadi khawatir.
"Hayato, apa kamu mengalami mimpi buruk? Kamu memanggilku Ibu beberapa saat yang lalu”
“… Ya.”
Dari ekspresi cemas Aina, terlihat jelas bahwa dia mengkhawatirkanku, tapi untungnya itu bukan mimpi sedih atau semacamnya, jadi aku tertawa dan memberitahunya bahwa itu bukan masalah besar.
“Jangan khawatir, itu bukan mimpi buruk atau semacamnya... Aku melihat ibuku untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Aku berbicara tentang berbagai hal dengannya dan aku bahkan memberitahu dia tentang hubunganku denganmu.”
"Hehe, begitu, ya.”
Diyakinkan oleh senyum Aina, aku bangkit dari tempat tidur dan menuju ke ruang tamu. Saat aku membuka pintu, aku disambut oleh aroma sarapan yang lezat. Aku melihat Arisa mengenakan celemek, dia menghentikan apa yang dilakukannya dan berlari ke arahku seolah-olah dia telah menungguku.
"Selamat pagi, Hayato-kun."
"Selamat pagi, Arisa.”
Aku bangun setiap pagi dan disambut oleh dua gadis cantik saat mereka menyiapkan sarapan untukku, itu semua adalah mimpi tanpa keraguan.
"Harus kuakui, aku mulai terbiasa melihat kalian berdua di sini saat aku bangun setiap pagi."
“Hahaha♪ Tentu kami melakukannya, karena kita akan berada di sini selamanya.”
"Ya, Hayato-kun. Mulai sekarang, kita akan bersama lebih lama lagi.”
Begitu mereka mengatakan itu, mereka menunjukkan duplikat kunci rumahku.
Dan untuk beberapa alasan, Aina mengeluarkan kuncinya dari belahan dadanya, itu adalah tempat yang aneh untuk menyimpannya, tapi aku akan membiarkannya untuk saat ini…
Begitulah caraku menjalin hubungan baru dengan para gadis ini, dan aku memberi mereka duplikat kunci rumah ini sehingga mereka bisa datang sebanyak yang mereka inginkan.
"Aku berniat datang ke sini setiap pagi agar aroma masakanku bisa membangunkanmu... Apapun yang membuatmu bahagia. Omong-omong, Hayato-kun, apakah aku sudah berguna untukmu?” Arisa bertanya dengan banyak harapan.
Aku mendapatkan kesan kalau dia mengibas-ngibaskan ekornya seperti anak anjing yang patuh pada pemiliknya.
"... Ya, aku sangat senang, Arisa."
"Um... Baguslah, Hayato-kun."
Aku tidak suka berbicara tentang pacarku seperti dia adalah barang apakah dia berguna atau tidak. Tapi Arisa cenderung sering bertanya padaku, dan tidak ada cara untuk mengubah pikirannya.
Itu adalah sesuatu yang membuatku sedikit bingung, tapi aku memaafkannya karena gadis ini terlalu manis padaku.
Sambil memikirkan hal ini sambil menatap Arisa, Aina memelukku dari belakang dengan erat.
"Ayo, Hayato-kun, ayo sarapan. Kita akan terlambat ke sekolah."
“Oke, tapi… bisakah kamu melepaskanku?”
“Hmm~…. Aku ingin tetap seperti ini sedikit lebih lama.”
Aina menempel di punggungku dan tidak mau melepaskannya. Aina sering menempel padaku seperti ini, padahal aku merasa dia sedang mengendusku. Bagaimanapun, Aina adalah seorang gadis yang selalu membuatku merasakan tubuhnya yang menggairahkan melalui sentuhan tubuh, dan itu sama sekali tidak menggangguku.
"Hayato-kun... Kamu luar biasa... haa♪"
—……………”
Tapi suaranya yang kacau membuatku gugup. Untung Aina menjauh dariku dan membiarkanku makan pagi karena kami harus berangkat sekolah.
Setelah kami selesai sarapan, kami bersiap-siap untuk berangkat, dan saat kami akan meninggalkan rumah, Aina pergi ke kamar mandi dan Arisa dan aku harus menunggu sebentar.
"Hayato-kun."
“Ya?”
"Maukah kamu mengatakan hal itu lagi hari ini?"
"... Ah~"
Aku menggaruk-garuk kepala mendengar pertanyaan itu. Arisa menatapku, menungguku mengatakan kata-kata tertentu yang membuatku sangat malu, tapi, selama itu membuatnya bahagia...
"Sekali lagi terima kasih untuk hari ini, Arisa. Aku senang kamu satu-satunya gadisku."
“… Umm♪”
Arisa menggeliat bahagia setelah mendengar kata-kataku.
Ini jelas merupakan sarannya, dia memohon padaku untuk mengatakan itu padanya bahwa dia milikku. Aku tidak ingin mengatakan itu padanya bahkan sebagai lelucon, tapi dia sangat bersikeras sehingga aku tidak punya pilihan lain… Lagipula, dia sangat senang, jadi aku akan membiarkannya.
“… Arisa.”
“Eh? Ya-“
Ketika aku melihatnya membuat gerakan imutnya, aku memiliki keinginan untuk menciumnya. Apakah karena aku sedikit terangsang karena apa yang terjadi pagi ini dengan Aina atau karena aku masih bergairah?
"Fufu. Kamu sangat bersemangat pagi ini, Hayato-kun."
Itu adalah ciuman yang tiba-tiba, tetapi Arisa tidak menolak, dan bahkan meminta lebih.
Jadi aku terus menciumnya, setelah beberapa detik Aina muncul dan menyaksikan ciuman kami. Jadi aku juga menciumnya sebelum meninggalkan rumah.
“Sungguh… Aku merasa seperti berada di surga.”
Gumamku pelan saat aku berjalan menuju sekolah dengan kedua gadis di sisiku.
***
Sudah beberapa hari sejak Arisa dan Ania menjadi pacarku. Ujian akhir semester telah selesai dan sesi belajar dengan mereka berdua tidak memberikan hasil yang bagus, tetapi, nilaiku juga tidak buruk, jadi kurasa aku bisa lolos.
Meskipun aku tidak mendapatkan nilai yang lebih baik, dan juga tidak gagal, aku bisa menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama mereka untuk belajar.
Dan ada masalah lain yang muncul, liburan musim dingin.
Liburan dan Tahun Baru ini tidak selama musim panas, tetapi tidak menghilangkan fakta bahwa aku akan jauh dari mereka untuk sementara waktu. Agak menyedihkan memikirkan hal ini, tetapi aku juga tidak bisa egois dan meminta mereka untuk bertemu setiap hari.
"Hmm?"
Saat perjalanan ke sekolah, sebuah sepeda melaju dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan.
Arisa berada di sisi di mana sepeda itu melaju, jadi dengan tanpa sadar aku dengan lembut meraih lengan Arisa dan menariknya ke tempatku berada.
Dia tampak terkejut sesaat, tetapi begitu dia menyadari alasan mengapa aku melakukannya, dia menjadi tenang dan tersenyum.
“Karena hal semacam inilah aku mencintai Hayato-kun, bukankah menurutmu begitu Aina?”
“Iya.”
Aku tidak berpikir itu sesuatu untuk dipuji, lagipula, aku bersumpah bahwa aku akan selalu melindungi mereka.
Sebelum kami mendekati sekolah, aku berhenti di suatu tempat dan membiarkan mereka mengambil jarak lebih jauh sehingga aku bisa mengikuti mereka lebih jauh dari belakang.
Meskipun kami adalah pacar resmi, hal-hal di sekolah tetap sama. Kami bertiga memahami bahwa akan sangat aneh bagi semua orang jika mereka dan aku berkencan pada waktu yang sama, oleh karena itu, kami tidak akan pernah mengungkapkan hubungan kami.
Namun, meskipun hal itu berlaku di sekolah. Bukan berarti akan ada konseksuensinya di kemudian hari, karena menghabiskan begitu banyak waktu saling mengawasi dari kejauhan tanpa bisa melakukan atau mengatakan apapun.
Saat kami di rumah, kami melampiaskan semua yang telah kami tahan sepanjang hari.
Akhir-akhir ini aku lebih sering mengunjungi rumah Shinjo sepulang sekolah, saat aku memasuki pintu depan, dunia berubah menjadi warna yang berbeda, seolah-olah semua yang ada di luar berwarna hitam dan abu-abu, dan di dalamnya berwarna cerah.
“Fufu, ini pemandangan yang sangat indah♪”
Arisa dan Aina menyambutku dengan pelukan saat aku berjalan melewati pintu rumah, dan Sakina-san, yang pulang kerja lebih awal, ada di rumah memperhatikan kami dari kejauhan.
“… Meskipun aku sudah terbiasa, aku masih malu.”
Sangat memalukan untuk tiba di rumah pacarmu dan ibunya melihat kau dengan senyuman sepanjang waktu saat mereka memelukmu.
Ngomong-ngomong, tidak hanya Arisa dan Aina yang memberiku momen manis seperti ini, tapi Sakina-san juga memperlakukanku lebih baik dari waktu ke waktu, menunjukkan sifatnya yang dewasa dan terbuka pada waktu waktu tertentu, dan terkadang aku merasa cukup terintimidasi dalam hal itu juga, karena aku tidak ingin salah paham hal-hal di antara kami.
Aku tidak tahu apakah itu karena aku seperti anak-anak baginya, atau karena ada perasaan tersembunyi lainnya di dalamnya ... Bagaimanapun, aku merasa sudah terlalu banyak memikirkannya.
Aku benar-benar tidak bisa mengeluh, dan tidak ada yang lebih baik. Aku sangat bahagia untuk semua yang telah berubah. Aku masih memiliki saat-saat ketika aku merasa kesepian ketika memikirkan keluargaku, tetapi perasaan itu menghilang ketika Arisa dan Aina memberiku perhatian dan cinta mereka.
"Terimakasih, Arisa dan Aina. Aku sangat senang… Sejak aku bersama kalian, hidupku telah meningkat pesat, dan itulah mengapa aku akan selalu membalas budi.”
Ketika mereka mendengar kata-kata itu, mereka mengangguk dengan penuh semangat.
“Ya!”
"Aku senang mendengarnya, Hayato-kun!"
Aku sadar bahwa kesedihan dan kesulitan akan menanti kita di masa depan kita, namun, aku tidak akan menyerah pada kesulitan-kesulitan itu, apapun yang terjadi, aku akan terus maju bersama mereka, dan aku akan melindungi mereka dengan segala cara.
“Ngomong-ngomong, Hayato-kun.”
“Ya?”
"Karena penasaran, apakah kamu merasa cemas pagi ini karena kamu mengira kita tidak akan bertemu selama liburan musim dingin?"
“Bagaimana kamu tahu?”
“Aku tahu karena aku tahu kamu menyukai punggung tanganku♪… Jangan khawatir. Kita bertiga akan tetap bersama selamanya.”
"Arisa juga?"
Aku menoleh ke tempat Arisa berada dan dia mengangguk.
“Ya, aku akan memberimu semua kehangatanku selama musim dingin sehingga makmu tidak merasa sendirian walau sebentar.”
Aku sangat senang mendengarnya, tetapi di saat yang sama merasa takut, karena berasal dariku, segalanya mungkin terjadi.
Aku telah melalui banyak masa sulit sebelumnya, dan aku terus memikirkannya… Tapi aku rasa mungkin inilah saatnya untuk menurunkan kewaspaanku dan dan membiarkan diriku pergi saat bersama mereka.
"Hayato-kun, aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu, Hayato-kun."
Tetapi jika aku membiarkan diriku pergi… Mereka pasti akan membawaku ke tempat di mana aku tidak akan bisa melarikan diri. Gadis-gadis ini akan membuatku menjadi orang yang sangat egois jika terus seperti ini.
Aku sudah tidak sabar menantikan liburan musim panas tiba, untuk merasakan kehangatan gadis-gadis cantik ini di kulitku.