Ads 728x90

Otokogirai na Bijin Shimai wo Namae Vol 1 Chapter 5

Posted by Chova, Released on

Option


Chapert 5 – Cinta yang berat dan langsung.


Dua minggu telah berlalu sejak aku pergi ke rumah keluarga Shinjo, dalam beberapa hari ini lagi akan memasuki bulan Desember, dan hawa dingin di pagi hari semakin terasa, tubuhku menggigil lebih dari biasanya.


Aku berada di kelas pagi terkhir hari ini, dan sebentar lagi tiba waktu makan siang.


Sudah menjadi hal umum untuk tenggelam dalam pikiranku selama kelas, dan dua orang menjadi pusat perhatian. Arisa dan Aina. Aku ingat ekspresi kebahagiaan mereka ketika kami sendirian, itu adalah sesuatu yang mereka tunjukkan hanya untuk ku dan bukan untuk orang lain.


Yang paling aku sukai adalah sekarang aku bisa melihat mereka setiap hari sebelum pergi ke sekolah. Bahkan jika itu untuk waktu yang singkat, itu adalah bagian terbaik dari hari-hariku.


Saat aku memikirkan hal itu, kelas telah berakhir. Sejumlah besar teman sekelasku berdiri dari tempat duduk mereka untuk pergi makan siang. Sementara aku tetap duduk di mejaku dan lalu, Sota dan Kaito mendekatiku. 


“Aku laparr!”


“Ya, aku sudah lama menahan sakit perut.”


Sambil mendengarkan percakapan teman-temanku, aku mengeluarkan bento dari tasku. Aku biasanya tidak akan membawanya, karena aku tidak biasa membuatnya. Tapi sejak bertemu dengan Arisa, Aina dan ibunya, mereka mulai memasak untukku.


"Apa kau makan siang di sini lagi?"


"Hei, Hayato, aku mulai bertanya-tanya siapa orang yang membuatkanmu makan siang."


“Hahaha… Yah, katakanlah aku memiliki seseorang yang sangat peduli padaku.


Teman-temanku dengan teliti memperhatikan bento yang disiapkan Arisa dan Aina. Sebelumnya mereka bilang padaku bahwa mereka akan bergiliran menyiapkan makan siang untukku setiap hari. Dan entah bagaimana aku tahu bahwa Arisa yang membuatnya untukku kali ini.


“Hmm…”


Telur goreng, ayam goreng, burger mini, asparagus goreng dengan Bacon... Ini adalah makan siang yang sempurna, dan ya, sangat lezat.


“… Sepertinya sangat enak.”


Indra perasaku sedang menikmati, dan tak tahan untuk mengatakannya.


“Kau makan seperti orang yang sangat bahagia…”


"... Aku sangat ingin tahu siapa yang memasak untukmu. Tapi aku akan membiarkannya untuk saat ini."


Jika mereka mengharapkan aku mengatakan yang sebenarnya, mereka salah. Tidak mungkin aku membiarkan mereka mengetahui bahwa Arisa dan Aina-lah orang yang menyiapkan makan siang untukku. Kau tidak pernah tahu apa yang mampu dilakukan bocah-bocah itu jika mereka mengetahui hal ini.


“Oh, Onigiri hari ini hanya berisi plum kering… Hehe.”


Pipiku sangat rileks saat aku menikmati buah plum di dalam Onigiri. Tidak diragukan lagi, makan siang ini sangat enak.


Kantin sekolah juga memiliki makanan yang enak. Namun, kau tidak bisa membandingkan makanan yang dibuat untuk banyak orang dengan makanan yang dibuat khusus untuk mu.


Kalau dipikir-pikir, kudengar Sakina-san juga ingin membuatkanku makan siang. Dan kedua kakak beradik itu tidak ingin ibu mereka ikut campur dalam hal ini, jadi setiap pagi terjadi pertempuran untuk melihat siapa yang memasak untukku.


Itu adalah hal yang sangat lucu jika dipikir-pikir. Tapi harus kuakui bahwa aku penasaran untuk mencoba makanan Sakina-san. Dan aku senang mereka meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan ini untuk ku.


Aku telah menjelaskan kepada mereka berdua bahwa mereka tidak perlu bersusah payah untukku. Tetapi mereka begitu bersikerang hingga mereka ingin melakukannya sehingga aku tidak punya pilihan selain mengizinkannya.


Aku bertanya-tanya mengapa mereka begitu baik padaku … Mungkinkah mereka menyukaiku?


Tidak... Itu tidak mungkin, kurasa egoku terlalu tinggi. Memang benar bahwa aku menyelamatkan mereka, tapi itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan orang lain, kan? Meskipun… aku akui bahwa aku akan sangat senang jika aku bisa memiliki hubungan percintaan dengan mereka.


Karena aku tenggelam dalam pikiranku, aku secara tak sengaja menghabiskan makananku. Sungguh menakjubkan cinta dan perasaan yang dimasukkan gadis-gadis itu ke dalamnya.


"Apa itu benar-benar seenak itu?"


"Kau tampak sangat menikmati dengan dirimu sendiri."


"... Apa kalian sangat bersenang-senang karena kalian dari tadi memperhatikanku makan?"


Ketika aku mengatakan itu, mereka berdua tertawa dengan keras.


“Ya. Tapi, meskipun aku penasaran siapa yang membuatkanmu makan siang. Aku perhatikan bahwa kau juga bersenang-senang, akhir-akhir ini kau lebih bahagia.”


“Tepatnya, kau lebih banyak tersenyum daripada sebelumnya.”


“Eh? Apa aku selalu melakukan itu?”


Aku tidak tahu bagaimana senyum tulus berbeda dari senyum normal. Namun, apakah itu penyebabnya atau bukan, mungkin belakangan ini aku lebih banyak tersenyum dari biasanya.


"Dan sudah cukup, kalian berdua menatapku terlalu banyak."


“Yah, ibuku menyuruhku untuk menjaga Hayato.”


"Itulah yang mereka katakan padaku. Lagipula, bagaimana mungkin aku tidak peduli dengan sahabatku?”


Aku ingin tahu apakah mereka menyadarinya bahwa yang mereka katakan itu hal-hal yang sangat memalukan… Aku merasa malu dengan kepedulian mereka padaku, tetapi aku juga sangat senang akan hal itu.


“… Kalian berdua, Terima kasih.”


“Oh, Hayato pemalu~”


“Betapa lucunya dirimu!”


“Aku menarik apa yang aku katakan sebelumnya, idiot.”


Setelah selesai makan siang dan bercanda sebentar dengan teman-temanku. Aku keluar kelas menuju toilet. Saat itu aku melihat Arisa dan Aina berjalan menyusuri lorong, mereka berjalan bersama teman-teman mereka.


“……”


“♪♪”


Kami bertiga melakukan kontak mata, tetapi kami tidak pernah saling menyapa satu sama lain… Namun, saat Aina lewat di depanku, dia mengedipkan mata padaku.


Hanya Arisa, Aina, dan aku yang mengetahui persahabatan rahasia yang kami miliki. Orang-orang lainnya masih belum menyadari perubahan yang terjadi di antara kami.


Aku melihat punggung mereka perlahan menjauh, mencoba mengingat alasan mengapa aku meninggalkan kelas. Beberapa detik kemudian aku menyadari bahwa aku harus pergi ke toilet.


“Hubungan kami tidak berubah sama sekali saat kami di sekolah… Yah, kurasa lebih baik seperti ini, karena aku tidak akan diganggu oleh cowok-cowok lain.”


Aku satu-satunya yang tahu bahwa Arisa dan Aina tidak suka dengan cowok, tetapi mereka masih menunjukkan sifat asli mereka. Gadis-gadis itu berbeda di dalam dan di luar sekolah, dan itu membuatku senang karena mereka menganggapku istimewa, meskipun hanya sebagian kecil.


Tapi aku tidak bisa terlalu berharap. Lagipula, aku adalah cowok yang tidak bisa memenuhi harapan tentang mantan pacarnya… Ugh, aku mulai merasa tertekan.


***


Hari sudah sore, dan kelas sudah selesai.


Aku sedang pulang menuju rumah ketika aku melewati rumah keluarga Shinjo, dan aku terkejut…


"Oh, kamu sudah pulang!"


Aku bertemu Arisa di depan rumahnya, dia mengenakan pakaian kasual dan dia tersenyum ketika melihatkku, meskipun dia berpura-pura khawatir dengan penampilanku.


"Aku belum melihatmu sejak jam makan siang, Hayato-kun."


"Ya… Meskipun aku terkejut kalo kamu pulang begitu cepat setelah sekolah berakhir."


“Aku hanya ingin cepat pulang … nah, Hayato-kun, bisakah kita pergi?”


“Tentu.”


Aku sudah berjanji pada Arisa bahwa kami akan bertemu hari ini sepulang sekolah, dan hari ini dia akan pergi ke rumahku. Ini telah menjadi salah satu perubahan terbesar yang terjadi dalam seminggu terakhir. Lebih khususnya lagi, Arisa dan Aina lebih sering datang ke rumahku, maksud tujuan mereka membuatkanku makan malam.


"Bagaimana makan siang hari ini?"


"Itu sangat enak, dan jika aku harus menebak, aku akan bilang itu dibuat olehmu, kan?"


“Benar. Fufu, aku rasa kamu sudah belajar membedakan rasa kami.”


“Hmm, sekarang aku sedikit tidak yakin, setelah kamu bilang begitu. Aku mungkin akan salah saat kamu menanyakan pertanyaan yang sama padaku.”


"Aku tidak akan marah padamu karena hal itu, Hayato-kun. Teruslah mengakatakan hal yang sama bahwa kamu menyukai makananku, itu membuatku sangat bahagia♪” Arisa menjawab sambil tersenyum.


Senyuman itu… Sialan, senyuman indah itu sangat mempesona.


Aku rasa aku cukup tidak sopan dengan menatapnya terlalu lama, jadi aku mengalihkan pandanganku secepat mungkin sambil menelan ludah.


"Hayato-kun?"


“… Apa hanya aku atau memang panas?”


"Apakah kamu merasa panas? Aneh sekali, aku kedinginan—”


Arisa menyadari kebohonganku. Lalu, dia sedikit tersipu malu... Aku senang dia begitu jeli dalam hal itu, akan lebih buruk bagiku untuk memberinya kesan buruk dan lancang.


“Silakan.”


“Permisi…”


Begitu kami berdua memasuki rumah, dia pergi dulu ke altar Buddha.


Dan tidak hanya dia yang biasanya melakukan itu, ketika Aina datang berkunjung, dia juga yang langsung pergi ke altar Buddha dan berdoa kepada orang tuaku.


“Aku datang mengunjungimu hari ini, ayah dan ibu.”


Foto orang tuaku, Kanata Domoto dan Kasumi Domoto di altar memiliki wajah tersenyum. Aku ingin tahu apa yang akan mereka katakan jika mereka tiba-tiba melihat dua gadis cantik pulang untuk memasak untukku.


Tentunya ibuku mungkin akan tertawa kecil sementara ayahku mengacungkan jempol… Ya, itu mungkin akan terjadi. Aku rasa lebih buruk membayangkan adegan yang tidak pernah bisa terjadi.


"Baiklah, aku akan menyiapkan makan malam."


"Arisa, bisakah kita bicara sebentar?"


“Iya?”


Aku berdiri, menatap Arisa.


"Kamu tahu... aku sangat senang dengan bento yang kamu buatkan untukku, dan juga sangat berterima kasih karena kamu memasak makan malam untukku. Apa yang aku katakan sekarang, aku juga merasa bersalah pada Aina.”


“Ya…”


"Tapi ... apakah kamu yakin tidak terlalu memaksakan dirimu? Aku berpikir bahwa Arisa dan Aina membuang-buang waktu kalian untukku. Itu sebabnya kamu tidak perlu melakukan—”


Sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku, Arisa dengan lembut meletakkan jari telunjuknya di bibirku.


"Tidak masalah, tenang saja. Aku tidak akan berlebihan atau memaksakan diri sampai batas yang tak bisa kulakukan, karena jika aku melakukannya, itu akan membuat Hayato-kun khawatir, bukan? Itulah mengapa Aina dan aku mencoba melakukan sesuatu dengan sangat hati-hati."


Jika dia bilang begitu, kurasa aku tidak bisa membantahnya. Bahkan ibu mereka, Sakina-san, rela membiarkan putrinya melakukan itu untukku. 


"Kalau begitu, aku akan memasak makan malam."


“… Sungguh, aku sangat berterima kasih.”


"Fufufu ♪ Imutnya, kenapa kamu tidak berterima kasih padaku setelah selesai makan?"


Arisa mengatakan itu sambil meletakkan jari telunjuknya ke mulutnya dengan gerakan nakal.


Aku hendak mengatakan "Aku menyukaimu" dengan lantang, tapi aku berhasil menahan diriku, meski begitu, perasaanku yang gelisah, trik lain dari itu, dan aku ragu aku akan menolaknya lagi.


***


“… Ah, manakan hari ini sangat enak!”


“Terimakasih, Hayato-kun.”


Aku sangat senang bisa makan sup daging sapi yang disiapkan Arisa untukku. 


“Aku sangat senang menjadi wajah bahagiamu saat kamu mencoba masakanku. Masih banyak yang tersisa, jadi silakan makan sebanyak yang kamu mau, dan sisanya bisa kamu simpan di lemari es dan panaskan dengan microwave besok.”


"Dan kenapa kamu tidak makan bersamaku?"


“… Baiklah. Aku akan makan sedikit.”


Seolah-olah Arisa sedang menunggu jawabanku, dia mulai menyiapkan sup dan duduk bersamaku untuk makan.


"Ngomong-ngomong, Hayato-kun, bagaimana ujian akhirmu?"


"... Ah~"


Pada dasarnya aku bukan siswa yang buruk, tetapi aku tidak cukup pintar untuk mendapat nilai tinggi di setiap ujian akhir, aku hanya rata-rata.


"Aku melakukan hal yang sama seperti biasanya. UTS dan UAS semester pertama dan keduaku mendapat nilai normal, itu tidak luar biasa, tetapi aku juga tidak gagal. Jadi kurasa aku akan melakukan hal yang sama.”


Akan menyenangkan untuk mendapatkan nilai yang bagus, tetapi aku tidak akan berusaha sekeras itu karena aku akan puas dengan nilai yang sedikit lebih baik daripada rata-rata.


"Begitu... Apa kamu mau belajar dengan kami?"


“Dengan Kami, maksudmu Aina dan kamu?”


“Iya. Aku tidak ingin menyombongkan diri, tetapi Aina dan aku memiliki nilai yang sangat bagus. Jadi kami bisa mengajarimmu dengan sangat baik. Bagaimana?”


“… Aku akan sangat menghargainya.”


"Okey, aku akan menantikan hari itu♪”


Jadi sudah diputuskan, meskipun dalam waktu singkat, kami akan belajar bersama untuk ujian berikutnya. Meskipun kami nanti akan memutuskan nanti di mana tempat belajarnya, apakah di rumah mereka atau di rumahku.


"Nee, Arisa... kenapa kamu pakai baju maid?"


Setelah dari tadi memikirkannya, tetapi baru sekarang aku berani bertanya padanya. Ketika aku bertemu dengannya saat perjalanan pulang, dia membawa sebuah tas di tangannya, aku tidak menyangka bahwa yang ada di dalamnya adalah pakaian pelayan yang dia beli.


Kupikir dia hanya akan memakai celemek memasak sederhana, tapi begitu aku melihat pakaian maid yang terlipat rapi, aku berkedip berkali-kali mengira itu hanya imajinasiku.


“Aku memakainya karena aku ingin melakukan sesuatu yang spesial untuk Hayato-kun. Aku belum menggunakannya sejak hari itu di toko, jadi ini adalah waktu yang tepat.”


“Benarkah?”


“Ya… Bagaimana menurutmu?”


Arisa berdiri dan berputar. Pakaian pelayan yang dia kenakan sama dengan yang dia coba di toko, dengan banyak ruffles, yang membuat garis tubuhnya mudah terlihat, dan jenis rok mini juga memperlihatkan pahanya yang mempesona.


“Um… aku rasa kamu terlihat luar biasa.”


“Fufu, begitukah? Melihatku seperti ini bukankah membuatmu ingin menjadi tuanku?”


Dengan tangan menutupi mulutnya, Arisa mengatakan itu dengan aura yang mempesona.


Ini pertama kalinya seorang gadis cantik mengatakan sesuatu seperti itu padaku. Lalu aku membeku, tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu.


Dia telah mengatakan kepadaku sebelumnya bahwa dia ingin melayani seseorang, dan aku bisa melihat tingkat keseriusan di matanya.


"Hayato-kun, apakah semuanya baik-baik saja?"


"......"


Aku tidak memperhatikan Arisa, yang telah memperpendek jarak denganku, mungkin karena dia tenggelam dalam pikirannya.


Aku mengambil langkah mundur untuk menjauh darinya, yang dekat, tapi aku kehilangan keseimbangan dan jatuh.


"Hayato-kun!"


Hampir di atas sofa, dan karena teksturnya lembut, saya tidak melukai diri sendiri sama sekali. Tapi Arisa dengan cepat mengulurkan tangannya kepadaku ketika aku jatuh, jadi dia berada di atasku.


“Kamu tidak apa apa…?”


“Ya… Ah.”


Sensasi lembut yang kurasakan di tangan kiriku, hanya itu satu-satunya yang bisa perhatikan saat ini. Tidak diragukan lagi, itu adalah dada besar Arisa yang kupegang, jari-jariku tenggelam saat aku memberikan sedikit kekuatan padanya. 


“Ma-maafkan aku…”


Aku memberikan lebih banyak kekuatan untuk mencoba mendorongnya menjauh dan jari-jariku tenggelam lebih dalam ke dadanya. Arisa mengeluarkan suara panik dan mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil menatapku.


"Apa yang kamu ingin kita lakukan mulai sekarang? Katakan padaku apa yang kamu inginkan, Hayato-sama…”


Kata-katanya depenuhi dengan banyak rasa manis hingga menyerang otakku, dan kehangatannya benar-benar menyerang hatiku.


"Kamu tidak perlu terlalu memikirkannya… Itu bisa apa saja."


Dengan ekspresi dan senyum seksi, dia meletakkan tangannya di kancing di dadanya.


“A-arisa!”


Dengan cepat, dua kancing teratas terbuka, memperlihatkan belahan dada yang menonjol, yang bahkan melebihi kain pakaian maid.


Aku mencoba untuk memalingkan wajah, tetapi itu tidak mungkin. Arisa tertawa kecil, meletakan jarinya ke payudaranya, dan terus berbicara, sambil menghembuskan nafas lembut.


"Aku adalah seorang pelayan, pelayan pribadi Hayato-sama. Aku akan melakukan layanan apa pun untukmu, bahkan hal-hal yang nakal.”


"Ari... Sa..."


Pelayan yang seksi dan nakal bagiku adalah impian setiap pria, tapi ini… Terlalu menggoda.


Juga, justru karena penampilan polos Arisa-lah yang membuatnya menonjol, atau lebih tepatnya karena erotisnya, dan memang benar, ada sesuatu tentang dirinya yang begitu dia memikatmu, itu tidak bisa dilepaskan.


"Nahh, Hayato-sama, katakan padaku, apa yang kamu ingin aku lakukan?" Dia bertanya sambil berbisik di telingaku.


“… Aku.”


Tanpa sadar, tanganku mencari dadanya seolah dipandu oleh suaranya.


Tapi aku bisa menarik tanganku kembali hingga beberapa inci saja untuk menyentuh dadanya yang telanjang. Hanya dengan sedikit dorongan, dan aku bisa langsung merasakan kelembutan itu secara langsung.


“Hei! Jangan menggodaku, Arisa.”


Aku merasa ingin menapar diriku sendiri karena bisa bertahan dengan sangat baik. Arisa menatap tanganku yang ditarik dengan frustrasi dan menggembungkan pipinya.


“Aku tidak menggodamu… Hmph, kamu lawan yang tangguh.”


Sebagai akibat dari kecelakaan tak terduga ini, berapa kali aku secara tak sengaja menyentuh tubuh Arisa dan Aina menjadi tiga kali lipat.


Tidak seperti Arisa, Aina tidak melemparkan tubuhnya ke arahku untuk melakukanya, tetapi menggunakan kata-kata dan suasana untuk melakukannya. Dia melepaskan feromon manis untuk meruntuhkan akal sehatku.


Aku masih tidak mengerti kenapa mereka melakukan ini.


"Hayato-kun." Kata Arisa sambil menekankan wajahnya ke payudaranya.


“Aku ingin menjadi wanita yang akan selalu menyambutmu ketika kamu pulang, dan menjadi orang yang menyenangkanmu dan membuatmu merasa bahagia, membuatmu tidak akan sendirian lagi.”


Sekali lagi kata-katanya menyerang pemikiranku dan menghancurkannya. Meskipun aku memiliki tekad yang kuat dan berusaha untuk tetap waspada setiap saat. Tubuh dan pesona gadis ini berhasil melelehkan dinding seperti racun dan menangkapku.


“Jika kamu merasa nyaman dengan kehadiran kami, dalam suara kami, pada saat-saat seperti ini, jangan ragu untuk meminta agar kami membuatmu bahagia. Aku akan selalu menerimamu, aku akan berada di sana untuk memberitahumu seberapa baik yang telah kamu lakukan, bahkan jika itu tampak berbahaya, kami akan menjadi tempat perlindungan dan penghangatanmu. Jadi jangan menahan diri.”


Kata-kata Arisa tidak hanya setajam belati yang paling mematikan. Tetapi juga semanis nektar yang menembus ke dalam telingaku. Kehangatan dan kelembutan seperti itu membuatmu ingin tenggelam di dalamnya.


“Aku akan mendukungmu. Aku akan selalu dan selamanya ada untukmu. Aku akan berada di sisimu apapun yang terjadi... Aku sepenuhnya milikmu.”


Ini tidak lagi tenggelam dalam cinta yang diberikan Arisa padaku. Ini sudah tentang ketertarikan yang tak tertahankan oleh cinta dan kasih sayang yang dia berikan padaku, dengan tulus,


aku ingin sekali bersamanya.


Setelah itu, aku mengantar Arisa ke rumahnya, tetapi sebelum meninggalkan rumah, aku memintanya untuk mengganti pakaiannya. Tidak baik baginya jika para tetangga melihatnya mengenakan pakaian maid berjalan-jalan di saat gelap.


"Sampai jumpa besok, Hayato-kun. Selamat malam.”


“Ya. Selamat malam Arisa.”


Aku memperhatikannya sampai keberadaannya menghilang di pintu depan, lalu aku berbalik dan berjalan kembali ke rumahku, sedikit menggigil kedinginan.


***


Saat ini hari Jumat, beberapa hari setelah Arisa pulang untuk membuatkanku makan malam. Aku berada di kamar mandi membasuh tubuhku, tetapi tiba-tiba aku mulai merasa tidak nyaman.


"Sebaiknya aku segera membasuh tubuhku dan keluar dari sini. Aku punya firasat buruk.”


Dan alasan mengapa aku mengatakan ini adalah karena Aina datang hari ini untuk membuatkanku makan malam. Begitu dia tiba, dia memintaku untuk pergi mandi sementara dia memasak, dan itulah mengapa aku ada di sini. Meskipun begitu, aku memiliki sedikit firasat bahwa Aina akan melakukan sesuatu.


Jika Arisa mencoba melontarkan semua artilerinya ke arahku dengan pakaian maid, maka aku bisa mengharapkan apapun dari Aina. Mereka melakukan hal yang ekstrim seperti itu ...


"Hayato-kun, apa kamu sudah berendam di air panas?"


Sial, itu dia. Aku tidak tahu apakah itu karena aku membicarakannya dalam hati, atau karena dia memiliki detektor di kepalanya untuk mengetahui kapan harus muncul pada saat yang paling tidak tepat.


Aina memasuki ruang ganti dan mengetuk pintu kamar mandi, mengisyaratkanku bahwa dia ingin masuk.


“Belum! Aku… aku masih membasuh tubuhku.” Jawabku dengan nada suara gugup.


Aina sebelumnya bilang padaku bahwa dia ingin mandi di sini setelah memasak, jadi sebaiknya aku cepat-cepat menyelesaikannya. Namun yang terus menggangguku adalah Aina masih berada di ruang ganti, sama sekali belum kembali ke dapur.


"Apa ada sesuatu, Aina?"


“Ya… Sebenarnya, aku tepumpahan saat memasak, jadi semua bajuku basah kuyup. Bisakah aku masuk bersamamu? Aku akan mendapat masalah jika aku masuk angin♪”


“Tunggu, apa?”


Kata-kata yang tak pernah aku bayangkan mendengarnya menembus gendang telingaku. Aku tertegun oleh pertanyaan tiba-tiba Aina. Dan begitu aku menoleh untuk melihat ke arah pintu, aku bisa mendengar di sebelah, dia mulai melepas pakaiannya, lalu, tiba-tiba, pintu terbuka. 


"Maaf sudah mengganggumu~"


"Hei, hei, apa yang kamu lakukan?!"


Pemandangan yang di mataku begitu menakjubkan sehingga meledakkan semua pikiran dan kekhawatirankku sebelumnya. Mengatakan bahwa aku panik, itu merupakan pernyataan yang berlebihan.


Tentu saja, Aina tidak sepenuhnya telanjang, tetapi handuk membungkus tubuhnya, dan dia menatapku dengan senyum polos di wajahnya, seperti anak kecil yang sedang bercanda.


“Aku akan membasuh punggungmu ♪ Kamu tidak punya hak untuk menolak ♪”


"......"


Yang bisa kulakukan hanyalah menatapnya dengan mulut terbuka. Dan ketika dia menggigil dan berkata dingin, aku tidak bisa menyuruhnya keluar dari kamar mandi.


"Biarkan aku akan membasuh punggungmu, oke?"


“O-oke…”


Entah bagaimana aku bisa tetap tenang, dan mulai memberinya mandi spons yang ada di tanganku. Segera setelah dia mengambilnya, dia dengan lembut menekan spons itu ke punggungku dan menggosoknya.


“Fufufu~fufu♪ Fufu~fufu♪”


Aina bersenandung sambil menggerakkan tangannya dengan lembut di punggungku, menunjukkan bahwa dia sedang dalam suasana hati yang sangat baik. Aku merasa sangat nyaman sehingga aku tidak lagi merasa malu, bahkan aku berpikir ingin melakukannya lagi.


Air panas mengalir ke tubuhku dan membuat busa-busa itu menghilang. Lalu tangannya melingkari perutku dari belakang dan Aina langsung memelukku dari belakang.


“Permisi. Sekarang aku harus melakukan bagian ini.”


“… Aku mengerti.”


Aku rasa aku berbicara terlalu cepat. Aku merasa malu lagi. Dan banyak pikiran panik menyerbuku.


"Hayato-kun, punggungmu sangat besar. Meskipun kamu masih muda, punggungmu sangat lebar dan kencang… Itu membuatku merasa percaya diri, membuatku merasa nyaman. Ini adalah punggung yang melindungiku… Aku menyukainya…”


Dengan gumaman terakhir, Aina tertawa kecil, menjauh dariku, dan mulai membasuh tubuhnya sendiri.


Aku mencoba untuk segera keluar dari kamar mandi, tetapi dia menghentikanku. Jadi aku tidak punya pilihan selain masuk ke bak mandi.


“Aku akan masuk juga♪”


Kamar mandi di rumahku sangat besar, dan bak mandinya juga cukup luas untuk menampung dua orang.


Aina duduk di sebelahku dengan suara gemericik, dan aku melakukan yang terbaik untuk mempertahankan sikap normal, dengan berusaha untuk tidak terlalu sering menatapnya.


“… Umm.”


"Fufu, apa aku membuatmu takut?"


Ketika aku menoleh ke samping, pandanganku bertemu dengan mata Aina. Matanya yang indah tertuju pada mataku, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya, dan aku tidak bisa menghindari untuk melihat bagaimana rambut cokelatnya yang indah menempel di kulitnya. 


Belahan dadanya, yang terlihat meski terbungkus handuk, serta kulitnya yang indah, putih dan sehat, membuatmu bertanya-tanya, apakah ada gadis secantik ini di dunia ini.


"... Aku juga malu, tahu? Dan kamu pasti bertanya-tanya; lalu kenapa kita mandi bersama? Yah, alasannya sederhana… Aku ingin mandi bersama Hayato-kun!”


“Kamu sangat terus terang ...”


“Ya, dan apa yang kita lakukan sangat berbahaya. Aku bisa hamil, lho.”


“Apaan maksudmu itu?!”


Jangan bilang kau sedang hamil atau apapun itu, itu terlalu mengejutkan. 


Maksudku, dalam situasi saat ini, kata itu sangat buruk, dan terlalu sulit untuk tidak mengetahuinya.


"... Aina?"


“… Iya?”


Aku bertanya-tanya apakah Aina, yang wajahnya memerah menyadari bahwa dia telah memegang tanganku sejak dia masuk ke bak mandi.


“Nee, Hayato-kun, aku ingin tahu lebih banyak tentang orang tuamu.”


“Orang tuaku?”


“Ya.”


Sepertinya ini agak mendadak bagiku, tetapi aku menghargai pertanyaannya.


“Aku tidak tahu harus mulai dari mana.”


“Katakan apa yang kamu mau, aku akan mendengarkannya baik.”


Aina menatapku, menungguku berbicara. Kurasa aku bisa membertahunya lebih banyak tentang kehidupan pribadiku, lagipula, kami hampir telanjang di bak mandi. Aku mungkin juga harus memberitahu Arisa tentang orang tuaku suatu hari nanti.


“Orang tuaku sangat penting bagiku. Ayahku baik dan ibuku sangat kuat.”


“Kuat?”


"Ya... Definisi itu mungkin tidak cocok. Tapi itu persepsiku tentangnya… Ibuku mengalami kecelakaan ketika aku masih di sekolah dasar, dan ibuku jatuh sakit dan meninggal saat aku masuk SMP. Meskipun mereka menghabiskan waktu singkat denganku, mereka membesarkanku dengan banyak cinta dan kasih sayang.”


Meskipun aku tidak lagi mengingat detail bagaimana kami menghabiskan waktu bersama, kenangan tentang orang tuaku belum pudar.


“Aku tidak bisa menilai bagaimana Hayato menghabiskan waktu bersama orang tuanya, tetapi dari apa yang kamu katakan, itu sudah sangat jelas bahwa mereka sangat menyayangi satu sama lain.”


"... Ya, kami sangat dekat... Sama seperti kamu dengan kakakmu dan Sakina-san, bukan? Bisa kubilang kalian sangat menyayangi satu sama lain, dan kalian terus memiliki ikatan dengan ayahmu.”


“Menurutmu begitu?”


“Ya. Aku melihat banyak cinta di antara kalian.”


“... Ya.”


Begitu aku mengatakan hal itu, Aina terdiam. Aku khawatir kalau aku telah mengatakan sesuatu yang salah, tetapi dia tertawa dengan mata yang berair.


“Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?”


“Ya, aku baik-baik saja. Maaf, hanya saja... Bagaimana mengatakannya, senyum Hayato-kun mirip dengan ayahku.”


Sekali lagi dia membandingkanku dengan ayahnya... Aku tidak tahu apakah harus menganggapnya sebagai sesuatu yang baik atau buruk.


“Seperti yang kakakku katakan, ada kalanya Hayato-kun mirip dengan ayah kami. Aura yang terpancar darimu di mana aku bisa merasa aman, bahwa aku bisa mempercayaimu. Seolah-olah kamu selalu ada untuk kami dengan tujuan melindungi kami.”


“Ya? Meskipun tidak ada hal penting yang terjadi sejak hari itu, jadi aku tidak tahu seberapa benar itu.”


“Fufu, keberadaanmu di sisi kami memberi kami kenyamanan dan keamanan. Itu berarti kami bisa mengandalkanmu♪” Kata Aina sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.


Aku terkejut dia begitu tenang. Aku tidak tahu apakah itu karena dia sudah terbiasa dengan situasi ini, atau mungkin berbicara tentang keluarganya membuatnya lebih tenang.


Setelah itu, aku dan Aina terus bercerita tentang keluarga kami masing-masing, hingga sampai pada titik pahit dari cerita.


“Tak perlu dikatakan, betapa bahagianya orang tuaku dan aku. Tapi tidak semuanya indah, karena keluarga ayahku membenci kami.”


“Apa?”


Bola mata Aina berputar.


Ketika aku bertanya apakah kami dapat melanjutkan obrolan, dia mengangguk.


“Okey.”


Kedua orang tuaku bertemu saat di Universitas, dan mereka memiliki kisah cinta yang membuat mereka ingin menikah. Bagian yang mengharukan sampai pada titik ini, karena keluarga ayahku sangat mementingkan garis keturunan.


Karena ibuku lahir dan dibesarkan dalam keluarga biasa, mereka dengan keras menentang rencana ayahku untuk menikahinya. Tentu saja, itu adalah cinta yang mustahil di antara mereka… Namun, ayahku memutuskan untuk mengikuti kata hatinya, dan dia melarikan diri bersamanya untuk tetap bersama.


“Itu tidak diragukan lagi menyebabkan kakek nenek dari ayah tidak ingin ada hubungannya dengan kami. Mereka sangat membenci ibuku dan aku.”


“… Begitu.”


“Beberapa hari setelah kematian ayahku, mereka muncul untuk berkunjung, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Saat itu aku tidak memahaminya, aku masih sangat kecil... Tapi sekarang setelah aku mengingat semuanya dengan jelas, aku mengerti bahwa mereka sangat jahat kepada ibuku.”


Menghadapi pemandangan seperti itu, aku merasa perlu melindungi ibuku, jadi saya berdiri di depannya dan melindunginya, karena secara mental, ia masih hancur akibat kematian suaminya.


Sejak hari itu aku tidak melihat mereka lagi. Tapi aku masih ingat benar apa yang dikatakan ibuku malam itu.


[Punggung Hayato benar-benar besar. Sama seperti ayahmu, aku sangat senang kamu ada di sini, anakku.]


Meskipun telah mengucapkan kata-kata itu, air matanya tidak berhenti mengalir. Aku menangis tak mampu melihatnya seperti itu.


Kejadian itu membuatku merasa bahwa aku harus melindungi ibuku.


“Mama sering berkata padaku untuk selalu kuat. Dia terus mengingatkanku bahwa anak-anak harus dilindungi oleh orang tuanya, bukan sebaliknya. Tapi saat aku melihatnya menangis, aku merasa sebaliknya, aku ingin menjadi orang yang melindunginya.”


Aina mendekatkan jarinya ke mataku dan menyeka air mataku. Aku menangis mengingat hari-hari itu. Aku merasa malu dengan kelemahanku, dan mencoba untuk berpaling darinya, tetapi tidak bisa.


"Sekarang aku mengerti semuanya. Dan aku juga tahu mengapa aku sangat menyukai punggung Hayato-kun… Bagaimana mungkin aku tidak terpesona oleh seseorang sekeren dirimu?” kata Aina sambil membelai kepalaku dengan lembut.


“Kamu adalah orang yang sangat kuat… Tapi tidak cukup kuat, kesepian yang kamu jalani ini menghancurkanmu dari dalam.”


“………”


"Izinkan kami untuk mengisi kesepian itu. Kami akan membuatmu tidak pernah merasa kesepian lagi. Kami akan selalu ada untukmu apa pun yang terjadi, kapan pun dan di mana pun. Jadi, serahkan tanggung jawab itu di tangan kami, dan tenggelamlah di dalam cinta kami.”


Tenggelam dalam cintanya… Kata-kata itu memasuki otakku seperti obat bius yang lembut. Ketika aku mendongak, Aina sedang menatapku dengan mata perhatian.


Aku terpantul tanpa daya di matanya, seperti anak hilang yang mencari kehangatan dan kasih sayang orang lain.


“Ngomong-ngomong, aku akan memberitahumu sebuah rahasia… Aku ingin sekali mandi bersamamu, karna itulah aku sengaja merendam diriku di air ♪”


“… Eh?”


 

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset