Ads 728x90

Otokogirai na Bijin Shimai wo Namae Vol 1 Chapter 4

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 4 – Diselimuti kehangatan dan rawa cinta.


Saat ini hari Minggu sore, dan aku sedang mencuci mangkuk tempatku makan mie instan. 


Hari ini cukup santai dibandingkan dengan suasana yang terus ku alami, berkat menghabiskan lebih banyak waktu dengan Arisa dan Aina. Aku mengenal mereka jauh lebih baik selama ini, dan aku merasa sangat nyaman akan hal ini. 


“Meskipun karena aku sendirian, hari ini menjadi sedikit membosankan.”


Aku ingin mengajak Sota dan Kaito keluar, tapi sayangnya, mereka berdua memiliki hal lain yang harus dilakukan. Aku masih belum bisa memutuskan apakah akan tetap berada di rumah menonton Anime atau membaca Manga... Jadi aku memilih opsi ketiga, yaitu keluar sendirian dan tersesat di tengah keramaian.


"Siapa tahu, mungkin ini hari keberuntunganku dan aku akan bertemu dengan seorang gadis yang cantik."


***


Entah apa yang kupikirkan, tapi peristiwa pertemuan ini terjadi seolah-olah tak terelakkan.


"... Eh?"


"Ara?"


Aku mengunjungi toko diskon tertentu untuk mencari pakaian, tetapi secara kebetulan, aku bertemu dengan Arisa di toko itu.e


Kami saling memandang dengan mata kosong, tetapi perhatianku tertuju pada pakaian yang dia bawa di tangannya.


"Baju Maid?"


Tentu saja, mereka menjual berbagai macam barang, tapi juga beberapa pakaian cosplay dan beberapa hal yang biasanya tidak kau lihat, seperti pakaian maid… Aku tidak menyangka dia akan tertarik dengan pakaian semacam itu.


"Halo Hayato-kun, apakah ini kebetulan bertemu di tempat seperti ini?"


“Ah, ya… Halo, Arisa-san.”


Sekarang setelah kami bertemu, aku rasa tidak ada pilihan selain melanjutkannya daripada mencoba melarikan diri seperti pengecut, karena dia pasti akan mencoba menghentikanku.


"Aku tidak tahu harus bagaimana... Tapi, aku tidak menyangka kamu berada di sini untuk membeli baju maid."


“Ya, menurutku ini pakaian yang sempurna untuk dipakai jika aku ingin memberikan kesetiaanku kepada seseorang yang spesial… Bagaimana menurutmu, Hayato-kun? Apakah baju maid ini cocok untukku?”


Ketika dia menanyakan hal itu padaku, sudah pasti aku akan menemukan jawabannya.


Meskipun kafe maid itu ada, dan aku sudah melihat foto-foto di internet yang mengenakan pakaian semacam itu di media sosial. Aku belum pernah melihat orang yang aku kenal mengenakan pakaian seperti itu.


“… Mmmm”


Dan sekarang setelah kupikir-pikir, aku sangat yakin bahwa Arisa akan terlihat sangat cocok memakainya.


Pertama, rambut hitam panjangnya nan indah, memenuhi standar Yamato Nadeshiko. Mungkin itu hanya imajinasiku, tapi atmosfir yang dipancarkan Arisa, entah bagaimana membuatku berpikir itu cocok dengannya.


Belum lagi ditambah, dengan tubuh ramping dan payudaranya yang besar, dia akan terlihat seperti salah satu karakter Manga terkenal yang diimpikan oleh setiap pria.


Sementara aku tenggelam dalam pikiranku, Arisa meraih pakaian pelayannya dan menuju ke ruang ganti.


"Arisa?"


"Aku mau mencobanya."


“Eh…”


Dia masuk ke ruang ganti dan aku ditinggalkan sendirian di koridor... Aku tidak mengerti, apakah aku harus menunggu untuk melihatnya? Atau bisakah aku pergi…? Hmm, aku rasa yang terakhir tidak akan membuatnya sangat senang.


"Kurasa aku akan menunggumu, meski aku rasa akan sedikit aneh melihat Arisa-san mengenakan baju maid."


Aku mengeluarkan ponselku dan terjun ke lautan internet sambil menunggu Arisa selesai. Dan setelah beberapa menit menunggu, dia membuka tirai dan keluar dari ruang ganti.


"… Wow.”


“Bagaimana…?”


Gadis yang muncul di hadapanku benar-benar terlihat seperti seorang pelayan. Perpaduan warna hitam dan putih, ruffles yang menggantung pada pakaiannya, memberikan sentuhan yang sangat indah.


Dan, karena itu pakaian berjenis rok pendek, paha Arisa terlihat jelas... Belum lagi, payudaranya lebih menonjol dari apapun, dan lagi garis-garis tubuhnya mudah dilihat, karena begitu ketat.


Ya Tuhan… Aku terdengar seperti orang mesum. Ada apa denganku ini? Tidak pantas bagiku untuk menganalisis pakaian seorang gadis dengan detail seperti itu.



“Kamu terlihat cocok…”


“Benarkah? Apakah itu berarti aku bisa menjadi pelayanmu?”


Aku menggigit bibirku dengan kuat. Kekuatan penghancur dari kata-kata itu hampir membuatku pingsan.


"Nee, Hayato-kun, mintalah dan beri aku beberapa perintah. Anggap saja aku sebagai pelayan pribadimu. Jadi tolong minta apapun yang kamu inginkan.”


“Emmm…”


Aku ingin tahu bagaimana menghadapi kenyataan bahwa gadis paling populer di sekolahku memintaku untuk memberinya perintah saat dia berpakaian seperti pelayan.


"Hayato-kun."


“…………”


Kurasa aku tidak akan lari dari situasi ini kecuali aku memenuhi permintaanya. Dan yup, Arisa mencengkeram erat pergelangan tanganku, jadi aku tidak punya pilihan selain menyembunyikan rasa maluku dan melakukan apa yang dia minta.


"Apa kamu bersedia untuk melayaniku ...?"


Mendengar pertanyaanku, wajah Arisa menjadi merah padam dan matanya sedikit berair.


“Ya…”


Tubuh Arisa bergetar hebat karna suatu alasan. Aku ingin bertanya padanya apa yang sedang terjadi, tetapi sebelum aku bisa menanyakan pertanyaan itu, dia berbalik dan kembali ke ruang ganti, lalu menutup tirai.


Aku merasa tidak enak karena telah membuatnya tidak nyaman. Atau begitulah yang aku pikirkan, karena setelah dia keluar dari ruang ganti, dia bilang padaku untuk tenang, karena semuanya baik-baik saja padanya.


“Hanya saja aku terkejut, yah, ini pertama kalinya seseorang menanyakan hal seperti itu kepadaku.”


“Benarkah?”


“Yeah. Itu berarti aku bisa berguna♪”


Aku benar-benar tidak mengerti perasaannya, tapi agar Arisa bahagia, itu artinya aku memilih kata-kata yang tepat.


"Dan Aina-san tidak bersamamu hari ini?"


“Tidak, aku ke sini sendirian, dia berada di rumah bersama ibu.”


“Begitu.”


Mereka bertiga tampak seperti keluarga yang sangat dekat. Meskipun aku tidak mengenal mereka sepenuhnya, dan menjadi orang asing bagi mereka, aku senang mendengar bahwa tidak ada yang berubah.


"Aku yakin kalian sangat dekat.”


“Iya, benar. Sejak ayah kami meninggal, hanya ada Aina, ibu dan aku, tetapi aku rasa keluarga kami sangat dekat seperti keluarga lainnya.”


Segera setelah aku mendengar itu, kehangatan yang luar biasa menyelimuti hatiku, dan saat itulah aku ingat hari di mana perampok menyekap mereka, dan melihat senyumnya begitu cerah, itu membuatku merasa nyaman, hingga tanpa kusadari, aku mengulurkan tanganku ke kepalanya dan mengelusnya. 


Belum sampai beberapa detik, lalu aku tersadar dan menyadari apa yang sedang kulakukan, jadi aku segera menyingkirkan tanganku.


“Maaf, aku tidak sopan.”


"Jangan meminta maaf, Hayato-kun. Um ... Kalau boleh jujur, aku bisa merasakan kebaikan yang sama dari ayahku di dalam dirimu, jadi aku sangat senang kamu melakukannya.”


"Apakah itu berarti aku sudah tua?"


"Fufu, bukan itu maksudku. Hanya saja aku merasa bisa mempercayaimu, kamu adalah seseorang yang bisa aku andalkan tanpa merasa takut.”


Apakah itu berarti aku sosok ayah yang dia butuhkan? Haruskah aku merasa terhormat dengan hal itu atau tertekan karena aku semakin tua…?


"Ah, omong-omong, Hayato-kun. Ada sesuatu yang sudah lama ingin aku sampaikan padamu."


Arisha mengangguk.


“Sudah lama sejak Aina dan aku bertemu denganmu. Tapi ibuku masih belum tahu tentangmu… Tentunya kamu pasti berpikir itu hal yang merepotkan, tetapi dia juga ingin berterima kasih karena telah menyelamatkannya seperti yang kamu lakukan pada kami.”


"Ah~."


Ibu Arisa ... ya? Yang aku tahu tentang ibu Arisa dan Aina adalah bahwa dia adalah wanita yang sangat cantik yang memancarkan daya tarik segs pada orang-orang di sekitarnya.


Aku tidak memikirkannya selama ini, aku juga tidak pernah merasa perlu baginya untuk menunjukkan rasa terimakasih padaku juga. Tetapi sekarang setelah aku akrab dengan putri-putrinya, akan sangat tidak sopan jika aku tidak menemuinya.


“Yah, Aina dan kamu sudah tahu apa pendapatku tentang masalah itu, aku tidak pernah peduli apakah kalian berterima kasih padaku atau tidak. Tapi kurasa ibumu adalah kasus yang berbeda.”


“Yup. Sejak hari itu kami merasa perlu untuk bertemu denganmu dan berterima kasih atas apa yang kamu lakukan. Dan ibuku tidak terkecuali.”


Aku bisa melihat di mata Arisa bahwa dia sangat ingin aku bertemu ibunya, jadi aku memutuskan untuk menerima undangannya.


"Begitu ya... Baiklah, aku akan pergi menemuinya."


“Benarkah? Terima kasih Hayato-kun!”


“Ya, meskipun kita berbicara tentang ibumu, itu membuatku sedikit gugup.”


“Jangan khawatir tentang itu, kamu orang yang baik, aku yakin dia akan menyukaimu.”


Dan begitulah pertemuan untuk bertemu ibu Arisa dan Aina minggu depan. Aku tidak akan berbohong, aku gugup hanya membanyangkan pergi ke rumahnya, tetapi pada saat yang sama aku merasakan rasa aman yang aneh karena kami telah memecahkan penghalang lain, dan itu adalah pergi ke rumahnya dengan santai sebagai teman.


Segera setelah kami mau berpisah, aku melihat Arisa mengambil lagi pakaian maid yang telah dia pakai sebelumnya.


"Oh, jadi kamu akan membelinya?"


“Tentu saja.”


Tak perlu dikatakan, mataku berputar ketika dia mengatakan itu.


***


"Yosh, aku di sini sekarang...”


Hari yang dijanjikan kepada Arisa datang dalam sekejap mata.


Bahkan di hari aku menyetujui pertemuan ini dengan Arisa, aku menerima telpon dari Aina yang mengatakan betapa kecewanya dia karena aku menyetujui pertemuan ini tanpa dirinya, dan kemudian dia secara lembut memaksaku untuk datang.


“Tapi aku rasa aku terlalu cepat ...”


Anehnya aku menjadi gugup setelah sekian lama. Aku sudah sampai sejauh ini dan sudah membuat janji, jadi aku tak bisa mundur.


“Yosh, ayo kita selesaikan ini.” Aku berkata pada diri sendiri sambil menekan interkom.


Segera aku mendengar suara langkah kaki di dalam rumah, dan setelah beberapa detik pintu terbuka dan Aina melompat keluar.


"Selamat datang, Hayato-kun!" Kata Aina, melompat ke arahku.


“Ughh!


Aku tidak berharap Aina melakukan itu. Jadi aku harus segera bersiap untuk menangkapnya, tetapi mundur sedikit karena kekuatan pertahanan tidak cukup.


“Hayato-kun♪ Terima kasih sudah datang hari ini♪”


“Iya…”


Apakah salah jika aku memintanya untuk mundur sedikit?


Seolah-olah dia telah membaca pikiranku, Aina sedikit menjauh dariku, tapi senyumnya yang indah tidak berubah, jadi jantungku terus berdebar karena tiba-tiba dipeluk.


Saat ini pertengahan bulan November dan cuaca semakin dingin, jadi Aina mengenakan pakaian hangat, sama sepertiku. Dia mengenakan sweter, dan payudaranya yang besar lebih lembut dari biasanya. Harus kuakui, itu dua kali lebih memuaskan untuk merasakan mereka seperti itu.


“Cepat! Ayo masuk!”


“Sabar!”


Aina menarikku ke dalam rumah seolah dia tidak sabar menunggu.


Berkat kejadian terkutuk itu, aku tahu sedikit struktur di lantai dasar, jadi bahkan tanpa bimbingannya, aku tahu ke mana harus pergi.


“Kak! Ibu! Hayato ada di sini!”


“Permisi…”


Arisa dan seorang wanita berada di pintu menuju ruang tamu.


Dia adalah wanita yang sangat cantik, dengan wajah yang mirip dengan Arisa dan Aina, dan fisiknya hampir melebihi kedua putrinya, tapi aku berhasil menahan diri untuk tidak menatap matanya.


Rambut cokelatnya yang lembut terurai ke punggungnya dengan kesan seksi. Dan tatapan matanya entah kenapa sangat mempesona. 


"Jadi... Itu kamu."


Sang ibu berdiri di depanku dengan ekspresi terkejut, dan menundukkan kepalanya dengan gerakan yang indah.


“Kita belum bertukar kata seperti ini sejak hari itu. Terimakasih banyak atas apa yang kamu lakukan pada kami. Tanpamu... Saat ini kami tidak akan tersenyum.”


Aku sama sekali tidak terbiasa dengan wanita yang lebih tua yang membungkuk hormat kepadaku dan berterima kasih kepadaku seperti itu.


“To-tolong angkat kepalamu. Putri anda telah berterima kasih kepadaku atas apa yang kulakukan… Jadi, di satu sisi, Anda juga berterima kasih kepadaku … Melihat mereka aman dan bahagia sudah lebih dari cukup bagiku.”


“Haha, Hayato-kun mulai tidak sabar♪”


"Fufu, itu sangat lucu, bukan begitu?♪”


Kalian berdua! Berhenti mengolok-olokku dan bantu aku!


Pada akhirnya, sang ibu butuh waktu lama untuk mengangkat kepalanya, tetapi dia yakin dengan apa yang aku katakan padanya. Dan dia menatapku sambil tersenyum lagi. 


Hari ini aku telah bertemu dengan mereka bertiga lagi, dan apa yang aku rasakan adalah rasa lega dan kepuasan yang luar biasa karena bisa membantu mereka.


“… Aku khawatir kalau insiden itu mungkin menyebabkan semacam trauma bagi kalian semua. Tetapi aku tidak merasakan hal itu dari Arisa atau Aina, dan aku lega, sepertinya itu juga tidak terjadi pada anda.”


Sebagai seorang wanita, pengalaman seperti itu pasti sangat traumatis… Tapi meski begitu, hanya dengan melihatnya menjalani kehidupan normal seperti ini membuat apa yang kulakukan menjadi tak sia-sia.


“Semoga kalian bertiga terus rukun dan hidup bahagia, itulah ucapan terimakasih terbaik yang bisa ku berikan.”


Aku merasa telah mengatakan beberapa hal yang sangat memalukan, tetapi itulah yang kurasakan. Dan tampaknya ibu Arisa dan Aina tidak mengharapkan jawaban itu dariku, saat dia mengedipkan matanya, dia langsung tertawa kecil.


Wanita ini luar biasa. Dia adalah ibu dari dua anak perempuan, itu berarti dia berusia 40-an, bukan? Tapi dia terlihat sangat muda sampai-sampai kau hampir percaya bahwa dia adalah kakak mereka.


Kecantikan dan daya tarik segs seorang wanita bercampur dengan pesona orang dewasa, sehingga pasti sulit bagi pria untuk berada di dekatnya saat dia bekerja.


“Baiklah. Tapi izinkan aku berterima kasih sekali lagi. Terimakasih banyak.” jawab sang ibu sambil menjabat tangan Hayato.


“Kalau begitu, izinkan aku untuk memperkenalkan diri, namaku Hayato Domoto, dan senang bertemu dengan anda.”


“Fufu, namaku Sakina Shinjo. Aku mengerti kalau kamu memanggil putriku dengan nama depan mereka, jadi aku akan sangat menghargai jika kamu melakukan hal yang sama padaku.”


"Baiklah, kalau begitu... Sakina-san?"


“Y-ya!” Dia setuju dengan senyum di wajahnya.


Aku merasa lega karena suasana menjadi lebih damai saat pertemuan pertama, tetapi kemudian, seolah-olah mengisyaratkan dari memon saat percakapan menjadi tenang, Arisa dan Aina dengan cepat menarik tanganku.


"Ayo, Hayato-kun, jangan hanya berdiri di sana, duduklah."


“Ya, ya. Hehehe, aneh sekali kalau Hayato-kun di rumah kita hanya berdiri♪”


Di sela-sela dorongan, aku duduk di sofa yang terlihat mahal, dan melihat sekeliling ruang tamu lagi. Aku bisa mengatakan bahwa ini adalah rumah yang dibangun dengan sangat baik, tapi mungkin terlalu besar untuk tiga wanita untuk tinggal di sini.


Meskipun jika ayahnya masih hidup, saya yakin kejadian itu tidak akan terjadi, dan mereka bertiga akan hidup bahagia.


Sambil memikirkan hal itu, Sakina-san membawakanku secangkir teh.



“Silahkan. Cuman ada teh, tidak apa-apa?”


“Tidak apa-apa. Terimakasih banyak!”


Minum teh adalah lah yang benar-benar baru bagiku, karena aku biasanya tidak mengkonsumsinya. Tapi, teh yang ini satu ini sangat harum dan memiliki rasa yang ringan tidak terlalu manis. Rasanya yang menenangkan menghangatkan seluruh tubuhku.


“Kami juga punya beberapa makanan ringan, jadi kamu bisa memakannya.”


“Terimakasih banyak.”


Di atas meja terdapat sebuah keranjang dengan beberapa makanan ringan, dan aku sedikit malu karena menyalahgunakan keramahan mereka, tetapi ketika ketiga wanita itu menatapku, aku merasa tidak enak karena aku tidak menyentuh cemilan yang mereka siapkan untukku.


"Arisa, Aina."


“Ya?”


"Ada apa~?"


Dari tadi, ada sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman. Dan jarak antara aku dan kedua gadis itu sangat dekat, karena mereka duduk di sebelahku. Gerakan sekecil apapun yang kulakukan, akan membuatku tidak sengaja menyentuh payudara kedua gadis itu.


"Aku akan memintamu untuk tidak terlalu mengganggu Hayato-kun."


"Apa Hayato merasa terganggu~?"


“… Hmm.”


Sebenarnya, aku merasa senang bisa menyentuh payudara yang begitu lembut. Tapi siapa pun yang mengatakan itu sangat tidak adil, dan itu untuk alasan yang jelas.


"Huh, maaf, aku hanya sedikit senang. Nee, kak, bagaimana kalau kita menjaga jarak?”


“… Aku mengerti.”


Kedua gadis itu menjauh dariku, dan Sakina-san memperhatikan kami sambil tertawa kecil seolah dia menikmatinya.


Aku tidak pernah merasa malu tentang hal itu, tetapi yang aku alami adalah sedikit nostalgia, karena mata Sakina-san yang menatapku adalah mata yang sama seperti yang biasa dilakukan oleh ibuku.


"Hmm...?"


Sensasi aneh apa ini? Aku mulai merasa ngantuk... Apakah ini karena kerja teh? Aku pernah mendengar bahwa kopi membuatmu mengantuk, dan teh adalah sebaliknya… Atau mungkin karena aku kurang tidur semalam karena kegelisahan yang menyerangku?


"Ara, Hayato-kun, apa kamu mengantuk?"


“Kurasa begitu… Mungkin karena aku begadang.”


Saat aku mengatakan hal itu, Sakina menutup mulutnya dengan tangannya dan tersenyum. Arisa dan Aina, yang duduk di sebelahku, mulai berdebat tentang siapa yang akan meletakkan kaki mereka untuk menyandarkan kepalaku.


Kesadaranku tenggelam ke dalam kegelapan sedikit demi sedikit, sampai aku tidak bisa lagi mendengar apapun.


***


Kehilangan anggota keluarga secara tiba-tiba disertai dengan kesedihan yang luar biasa. Namun, kesedihan pada saat itu dan rasa kesepian setelahnya, menjadi sangat membuat frustrasi. Bagaimanapun, itu adalah sesuatu yang akan terbiasa seiring berjalannya waktu.


Ketika ayahku meninggal dalam kecelakaan dan ibuku meninggal beberapa tahun kemudian karena sakit, aku merasakan kekosongan di hatiku.


Meskipun kakek nenek dari ayah membenciku karena alasan yang agak rumit, kakek nenek dari ibu merawatku dengan baik, dan bahkan menawarkanku untuk tinggal bersama mereka saat aku ditinggal sendirian.


Tetapi aku tidak ingin meninggalkan rumahku, aku sangat berterima kasih kepada mereka karena telah memberiku kesempatan itu, tetapi aku tidak ingin meninggalkan tempat di mana aku memiliki banyak kenangan bersama orang tuaku. Dan itu juga tempat di mana aku menghabiskan seluruh hidupku, yang merupakan sesuatu yang penting.


Mereka mengerti dan memahami keinginanku, bahkan membuatku berjanji bahwa aku akan selalu datang kepada mereka jika sesuatu yang buruk terjadi padaku. Bagimanapun, aku adalah satu-satunya cucu mereka, jadi wajar jika mereka sangat peduli padaku.


Setelah itu, aku harus menyesuaikan diri untuk tinggal di tempat di mana aku tidak memiliki orang tua. Itu akan menjadi rintangn yang sulit untuk dilalui, karena meskipun aku tidak menginginkannya, mereka akan tetap muncul di hadapanku dalam mimpiku.


[Hayato.]


[Hayato.]


Aku masih bermimpi bahwa orang tuaku masih hidup dan mereka memanggilku dengan namaku, dan kemudian aku menunduk sedih karena mereka masih menjadi bagian dari imajinasiku.


Yang ingin aku katakan adalah, meskipun aku sudah terbiasa dengan kesepianku, keinginan untuk merasakan kehangatan sebuah keluarga tidak hilang. Terkadang aku memikirkan orang tuaku yang telah meninggal dan merindukan mereka, bahkan jika aku tidak menyadarinya, tetapi setiap kali aku melakukannya, aku mengingatkan diri sendiri bahwa aku tidak boleh terus menerus berada dalam suasana hati yang muram.


Meskipun aku merasa kesepian, orang-orang yang aku temui di sepanjang jalan itulah yang membuatku terus maju. Aku tidak membiarkan kesepian menguasaiku, atau membelenggu diriku dalam penderitaanku sendiri. Aku mencoba untuk tidak berpikir pesimis dan melihat hal-hal baik dari setiap kemalangan.


Aku tidak hanya menghabiskan waktu dengan teman-teman terbaikku, tetapi sekarang aku juga menghabiskan waktu dengan Arisa dan Aina, yang mengasyikkan dan sangat menyenangkan.


Jadi aku akan baik-baik saja, mereka tidak perlu khawatir…


"Hayato-kun, Hayato-kun?"


Siapa yang memanggilku?


Aku merasakan tepukan di bahuku, dan ketika sebuah suara lembut memanggil namaku, aku membuka mataku tanpa sadar.


"… Mmm?”


Segera setelah aku membukanya sepenuhnya, aku tidak bisa berkata apa-apa pada kejutan di depanku. Ya, payudara besar terbungkus sweter.


Aku sempat bingung sesaat, karena aku tidak ingat apa yang terjadi, tetapi kemudian aku menyadari bahwa aku bersandar di atas kaki seseorang.


"Begitu ya... aku pasti tertidur."


Aku ingat mengantuk saat berbicara dengan Arisa, Aina dan Sakina-san. Lalu aku tiba-tiba tertidur… huh?!


“Ma-maafkan aku!”


“Tidak apa-apa, tidak apa-apa, tetaplah berbaring sedikit lagi.”


Aku mencoba untuk bangun, tetapi dia meletakkan tangannya di bahuku. Dan orang yang berbicara kepadaku adalah Sakina-san, ternyata aku sedang berbaring di kakinya.


Menyandarkan kepalaku di atasnya memberiku rasa aman daripada merasa malu. Apakah ini yang disebut orang toleransi?


Hal pertama yang kulakukan adalah menenangkan diri sejenak untuk memikirkannya dengan tenang, tetapi sepertinya itu ide yang buruk, jadi aku memanfaatkan momen itu dan mengangkat tubuh bagian atas.


“Ouh…”


Sakina-san mengeluarkan suara penyesalan, dan aku merasa sedih meliat matanya yang tampaknya bertanya-tanya mengapa aku melakukan itu-


Kalau dipikir-pikir, mengesampingkan fakta bahwa Sakina-san memangku-ku, aku bertanya-tanya apa yang terjadi pada Arisa dan Aina, ketika aku melihat mereka berdua sedang memasak di dapur.


“… Curry?”


Udara berbau curry.


"Oh, kamu sudah bangun, Hayato-kun."


"Akulah yang akan memangkumu, tapi... Mamaku curang."


Sakina-san sangat gugup ketika dia bertemu dengan tatapan Arisa.


Aku bertanya-tanya kenapa mereka membuat kari, tapi hari sudah siang, jadi kedua gadis itu mungkin sedang membuat makan siang.


Aku berencana untuk pergi sebelum jam makan siang, tapi aku ingin tahu apakah ini berarti aku akan diundang makan siang.


“Kami berdua ingin Hayato-kun untuk makan siang. Aku tahu ini mungkin mendadak bagimu, karena kamu tertidur. Tetapi, jika kamu tidak memiliki rencana lain, aku akan menghargainya jika kamu bisa ikut.”


“… Kalau begitu, aku akan menerima undanganmu.”


Aku tidak menyangka akan diundang makan siang, tetapi aroma yang telah melayang di udara selama beberapa menit, membangkitkan napsu makanku. Dan saat itulah perutku berbunyi, sementara Sakina-san tetap berada di sisiku.


"… Huh.”


“Fufu♪”


Sialann, itu sangat memalukan. Meskipun wajahku memerah, Sakina-san, yang menutup mulutnya dengan tangan, memiliki senyum yang sangat indah.


Aku tidak bisa berhenti menganggapnya sebagai kakak perempuan daripada seorang ibu.


“Apa ada sesuatu?”


“Tidak, uh... Aku hanya berpikir bahwa anda lebih terlihat seperti seorang kakak daripada seorang ibu.”


“Ara ara, mendengar itu membuatku bahagia.”


Tidak ragu lagi, dia seorang wanita dewasa. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda malu pada kata-kataku. Pada saat itu Aina memanggil kami, tampaknya karinya sudah siap.


"Ayo makan~!"


"Ayo, Hayato-kun.”


“I-iya.”


Kami berempat duduk mengelilingi meja. Dan kari di depanku terlihat sangat menggugah selera. 


"Kelihatannya sangat enak..."


Sudah lama sekali aku tidak makan kari buatan sendiri seperti ini. Untuk mengatakan bahwa aku mengeluarkan air liur mungkin berlebihan, tetapi aromanya sangat menggugah selera sehingga kata seperti itu sangat cocok.


"Ayo, Hayato-kun."


“Ya, ayo makan♪”


Biasanya, aku akan lebih bersemangat, ingin segera memakannya, tetapi baik Arisa maupun Aina mendesakku untuk mencobanya, maka kegugupanku menguasai diriku.


“… Itadakimasu.” Kataku sambil menyatukan kedua tanganku.


Aku mengambil nasi dengan sendok, dan mencampurnya dengan kari lalu memasukkannya ke dalam mulutku. 


“Ini… enak.”


"Yay!"


“Aku senang mendengarnya.”


Arisa dan Aina melakukan tos setelah aku memberikan pendapatku tentang makanan mereka. Aku bisa menunjukkan lebih banyak kebahagiaan daripada yang aku rasakan sekarang, tetapi tanganku tidak mau berhenti. Rasanya sangat enak sampai-sampai aku makan hanya dengan respons tubuhku, bukan aku yang mengendalikannya.


Aku menjadi ketagihan dengan masakan ini bukan hanya karena kelezatannya, tetapi juga karena nostalgia. Rasanya tidak berbeda dengan kari biasa, tetapi perasaan yang dimasukkan oleh gadis-gadis itu ke dalam kari ini seakan membangkitkan kenangan masa kecilku.


Rasanya seperti kari yang dimasak ibuku. Kupikir itu akan cukup kuat untuk mengingat nostalgia ini tanpa terlihat di wajahku, tetapi usahaku sia-sia, karena Arisa, Aina, dan Sakina-san secara tidak sengaja menatapku dengan rasa ingin tahu.


"Hayato-kun?"


“Apa yang terjadi padamu?”


Tentu saja aku tidak memberitahu mereka apa yang sebenarnya terjadi padaku. Sebaliknya, aku tersenyum dan memberitahu mereka bahwa semuanya baik-baik saja, dan berusaha menjaga agar suasana keluargaan di sekitarku tidak rusak.


Setelah itu, aku menghabiskan kari tanpa meninggalkan sedikitpun.


“Aku berharap kamu menyukainya, Hayato-kun, jika kamu memberi kami kesempatan lagi, kami ingin memasakkan hidangan lezat lainnya untukmu.”


“Um…”


Selama makan kami berbicara banyak tentang bagaimana Arisa dan Aina diajari oleh Sakina-san agar mereka dapat meningkatkan keterampilan memasak mereka. Kari untuk mereka adalah sesuatu yang sederhana untuk dibuat, tetapi mereka ingin menyiapkan sesuatu yang lebih rumit.


Aku berharap bisa mencoba semua jenis masakan yang disiapkan oleh mereka, tetapi aku juga harus mengakui bahwa aku ingin mencoba makanan Sakina-san, jika dia adalah guru dari putri-putrinya, maka hal-hal yang bisa dia buat dengan tangannya membuatku imajinasiku menjadi liar.


Dan pada saat aku memikirkan hal itu, perutku terasa seperti akan berbunyi lagi.


“Umm… Tentu, aku akan menyukainya.”


“Ya! Maka sudah diputuskan… ♪”


Saat aku hendak pulang, mereka bertiga mengantarku sampai depan pintu. Dan yang paling mengejutkanku adalah mereka tidak mengucapkan selamat tinggal, mereka terus berjalan di belakangku.


“Kalian mau ikut bersamaku?”


"Kami hanya ingin mengantarmu sampai jalan."


"Ya, kamu tidak keberatan, kan?"


Arisa dan Aina mengantarku sedikit lebih jauh dari rumah, aku ingin memberitahu mereka bahwa itu tidak perlu, tetapi ketika aku menyadarinya, mereka sudah berada di luar, jadi aku menerimanya.


"Aku sangat bersenang-senang hari ini. Aku merasa gugup tentang banyak hal, tetapi sekarang setelah aku bisa berbicara dengan Sakina-san dan menyelesaikan semuanya, sekarang aku bisa lebih tenang.”


“… Ya, aku rasa begitu.”


“… Aku setuju.”


"Hmm... Apa ada sesuatu dengan kalian berdua?"


Saat kami akan mengucapkan selamat tinggal, aku dapat melihat bahwa mereka agak tidak senang. Aku khawatir kalau aku telah melakukan kesalahan, tetapi sayangnya aku tidak bisa mengingat apapun, jadi aku tidak tahu apa yang terjadi di kepala mereka.


Kalau dipikir-pikir. Sakina-san memiliki ekspresi yang mirip dengan mereka beberapa waktu lalu.


“Nee, Hayato-kun, saat makan siang... kenapa kamu sedih?” Arisa bertanya sambil menatapku.


“……”


Begitu ya, sepertinya mereka berdua khawatir tentang apa yang terjadi di meja tadi.


"... Maafkan aku, Hayato-kun. Mungkin aku terlalu berlebihan. Hanya saja, aku sedikit khawatir karena kamu memiliki ekspresi dan suasana yang tidak biasanya kamu tunjukkan pada kami.”


Memang benar, jadi wajar bagi mereka untuk bertanya pada diri mereka sendiri.


"Tunggu, sebelum kamu menjawab, bagaimana kalau kita pergi ke taman?"


“Ya, akan lebih mudah jika kita duduk di tempat yang nyaman untuk berbicara.”


“… Baiklah.”


Taman yang kami tuju adalah tempat yang sama, di mana aku mengungkapkan identitasku kepada mereka ketika aku mengenakan kepala labu. Dan tempat itu lumayan dekat, jadi tidak ada alasan untuk menolak.


"Aku belum pernah ke sini sejak hari itu."


"Mm-hm! Itu adalah hari di mana kita mengetahui bahwa Hayato-kun adalah ksatria kepala labu!”


“Jangan katakan itu lagi!”


Aku menghela nafas sementara Aina tertawa kecil dan aku duduk di bangku, terjepit di antara mereka berdua, seperti saat itu.


“Kari yang kamu buat adalah yang paling enak yang sudah lama pernah aku makan, aku benar-benar bisa merasakan perasaan yang kamu masukkan ke dalamnya. Itu membuatku merasa sangat hangat di dalam, dan akhirnya, mengingatkanku pada kari yang biasa dibuat oleh ibuku.”


“Biasa dibuat ...? Apa maksudmu…?”


"Ibu Hayato-kun sudah tidak lagi...?"


Tampaknya, mereka berdua bisa menebak, tetapi aku mengangguk dan menceritakan kelanjutan ceritanya.


"Saat ini aku tinggal sendirian. Ayahku sudah lama meninggal, dan kemudian ibuku meninggal beberapa saat kemudian… Sudah lama aku tidak ingat seperti apa kehangatan sebuah keluarga, dan aku tidak bisa menahan perasaan sedikit bernostalgia saat aku mengalami suasana itu bersama kalian di meja.”


Aku jujur tentang mengapa aku mengubah suasana hatiku saat itu. Aku tidak ingin terus lari dari kenyataan yang cenderung mempengaruhiku.


"Maaf, aku mengatakan sesuatu yang aneh. Tapi jangan merasa bersalah, kakek nenek dari ibu merawatku, dan aku terus hidup dengan baik di rumah yang ditinggalkan orang tuaku, jadi—”


Pada saat aku akan memberitahu mereka bahwa aku baik-baik saja, Arisa dan Aina memelukku seolah-olah mereka mengunciku di antara mereka berdua.


"Kenapa kalian tiba-tiba memelukku ?!"


"Hayato-kun, bisakah kamu membiarkanku melakukan ini sebentar?"


“Ya. Aku minta maaf menjadi orang yang membuatmu mengingat hal-hal menyakitkan seperti itu.”


"Tidak, sebenarnya itu tidak menggangguku..."


Sota dan Kaito tahu tentang orang tuaku dan caraku hidup, aku tidak punya masalah memberitahu mereka. Itu sama sekali bukan masalah yang menggangguku.


Dan, saat aku hendak menyuruh mereka berdua untuk tenang, Arisa menutupi mataku dengan sapu tangan... Dia menyeka air mata yang mengalir. Aku tidak menyadarinya.


“Aku… Aku menangis?”


"Mungkin hati Hayato-kun selalu ingin mengeluarkannya?"


Mungkin begitu. Aku sendirian sejak orang tuaku meninggal, tetapi aku tidak pernah ingin mereka mengkhawatirkanku, jadi aku berusaha keras untuk selalu tersenyum... Tapi aku tidak pernah menyangka bisa meneteskan air mata di depan orang lain.


"Aku akan beli minuman dari mesin penjual otomatis di sana." Kata Arisa sambil berdiri.


Aina masih memelukku, tapi kemudian dia melepaskannya sejenak, lalu berubah ke posisi di mana dia membelai kepalaku dengan lembut.


"Hayato-kun. Sini, ini akan menenangkanmu.”


"Apa yang-?!”


Sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku. Aina menempatkan payudaranya yang besar di wajahku.


Meskipun aku tergoda untuk mengatakannya bahwa itu akan membuatku gugup daripada menenangkanku, namun aku terkejut karena keharuman, kelembutan, dan kehangatan di seluruh tubuhnya benar-benar menenangkanku.


“Mmmm?”


“Aah…”


Perasaan yang aku alami sama dengan rasa nyaman yang diberikan Sakina-san saat aku berada di pangkuannya. Perasaan dipeluk oleh payudara Aina, sama seperti tenggelam dalam kehangatan yang menenangkan, membuatku ingin tetap seperti ini selamanya… 


Sial, ini tidak baik, aku sudah terlalu nyaman seperti itu, aku merasa akan merusak kesehatan jiwaku jika aku mencoba melepaskannya... Dan begitulah yang terjadi, karena begitu Aina melepaskanku saat dia melihat kedatangan Arisa, aku merasa sendirian dan tidak terlindungi.


“Itu tidak adil, aku juga mau memeluk Hayato-kun.” Seru Arisa.


“Eh?”


Begitu Arisa kembali, dia mengambil kepalaku dan menekannya ke payudaranya. Dan perasaan yang aku rasakan dengan Aina, sama memuaskan dan hangatnya dengan Arisa. Aku merasa seperti berada di surga.


Namun sayangnya, ada batas waktu dimana kami bisa berada di surga. Jadi setelah beberapa detik, Arisa melepaskanku, dan memberikan sekaleng soda yang dibelinya.


Minuman dan pelukan tiba-tiba membuatku mendapatkan energi dan suasana hati yang baik. Aku sangat berterima kasih kepada gadis-gadis ini karena telah begitu perhatian kepadaku.


“Terima kasih untuk kalian berdua. Aku tahu tidak menyenangkan atau menarik untuk mendengar tentang kemalangan orang lain, tetapi aku senang kalian berusaha menghiburku.”


"Jangan berpikir seperti itu, Hayato-kun. Aku senang kamu menceritakannya, aku merasa seperti sudah mengenalmu lebih baik sekarang. Dan itu membuatku ingin melakukan lebih banyak untukku daripada yang pernah aku lakukan sebelumnya.”


"Itu benar, Hayato-kun. Kamulah pahlawan yang menyelamatkan hidup kami, dan terlepas dari semua keberanian yang kamu miliki di dalam dirimu, kamu juga memiliki kelemahan. Itu sebabnya aku ingin menjadi lebih kuat dan melakukan yang terbaik seperti yang kakakku rencanakan♪”


Aku bisa merasakan tekad yang luar biasa yang terpancar dari mereka berdua. Jadi, ketika aku berterima kasih kepada mereka untuk terakhir kalinya, mereka berdua saling memandang dan kemudian mengangguk dengan senyuman di wajah mereka.


“Nee Aina, bagaimana menurutmu kalo kita mulai besok?”


“Tidak masalah bagiku. Nee, Hayato-kun, aku dan kakakku akan membuatkanmu bento untuk makan siangmu.”


“… Bento?”


Kata-katanya mengejutkanku.


Aku merasa bahwa banyak hal akan berubah sekarang setelah mereka mengetahui sebagian dari kisah sedihku.


***


Saat ini hampir jam 23:30. Arisa turun dari tempat tidur dan mengenakan mantelnya. Meskipun dia biasanya tertidur pada jam segini, namun, dia menuju ke balkon yang mengarah ke jendela kamar tidurnya. Dan begitu dia membuka jendela, badai salju yang kuat bertiup, meskipun dia tampaknya tidak peduli.


"Aina?"


"Ada apa, kak? Kamu berada dalam situasi yang sama denganku?”


“Ya.”


Aina muncul di belakangnya dan berdiri di samping kakaknya menatap langit malam.


Arisa telah memikirkan Hayato sejak dia pulang, dan sepertinya Aina juga memikirkannya.


“Perasaanku pada Hayato-kun semakin kuat.”


Begitu dia mendengar kisah sedih penyelamatnya, dan melihat air mata jatuh dari matanya, perasaan kuat ingin melindunginya dan mendukungnya dengan setiap bagian tubuhnya menghantam dengan keras di dalam hatinya.


Keinginan ingin diperbudak oleh Hayato tidak berubah, namun, perasaan lain telah lahir dalam dirinya, dan itu menjadi sangat kuat.


“Sepertinya aku juga sama. Sangat tidak adil orang yang lembut dan baik seperti dia harus menderita seperti ini.”


Arisa mengangguk pada kata-kata Aina. 


Namun, meskipun Hayato mengatakan kepada mereka yang sebenarnya tentang apa yang dia alami, mereka berdua tidak bisa tidak berpikir bahwa dia menyembunyikan sesuatu yang lain, dan di satu sisi, itu membuat para saudari itu sangat khawatir.


“… Nee, Aina.”


“Ada apa?”


“Aku sedikit tidak yakin pada diriku sendiri.”


“Apa maksudmu? Kamu bisa bilang apa saja.” Jawab Aina, menatap kakaknya dengan lembut.


"Yah... Kamu tahu aku ingin menjadi budak Hayato. Yang aku inginkan hanyalah melanyani, membantunya dalam cara apapun yang kubisa, mendukung keinginannya, aspirasinya, tujuannya, dan tentu saja, mendedikasikan diriku 100% untuknya... Tetapi karena kita menghabiskan lebih banyak waktu bersama, aku punya juga mengembangkan cinta yang tulus padanya.”


“Begitu.”


"Jadi, aku tidak tahu apa yang harus menjadi prioritasku..."


Arisa sangat khawatir karena dia tidak bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan itu. Mendengar kekhawatiran kakaknya, Aina menghela napas lega.


"Kamulah yang keras kepala, kak. Jawabannya jelas, lakukan keduanya.”


“Eh?”


Sambil tersenyum, Aina berdiri di belakang Arisa dan, sambil merentangkan tangannya lebar-lebar, dia meletakkan tangannya di atas buah besar Arisa.


“Apa yang sedang kamu lakukan?”


“Dengar, kamu harus berpikir dengan lembut, seperti sepasang payudara ini.”


“… Apa maksudmu?”


Payudara Arisa diremas dari belakang, tapi dia tidak peduli karena dia bersama adiknya dan membiarkannya melakukan apa yang diinginkannya.


"Jangan memikirkan hal-hal yang rumit, ikuti saja kata hatimu dan lakukan apa yang ingin kamu lakukan untuk Hayato-kun. Jadilah lebih sepertiku, biarkan perasaanmu memandumu♪”


“… Aku tidak tahu apakah itu baik-baik saja.”



“Lakukan apa yang aku katakan!”


"Kyaaaa!"


Arisa dengan kuat meremas bagian lemah payudara kakaknya, dan itu membuatnya mengeluarkan suara bernada tinggi dari mulutnya. Itu menyebabkan Arisa menatap Aina dan bertanya-tanya apa yang sedang dia lakukan.


Tapi selain terintimidasi oleh cara kakaknya menatapnya, dia tertawa seperti anak kecil yang kenakalannya berhasil.


“Kak, kita berdua mencintai Hayato. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Dan semakin banyak waktu yang kita habiskan bersamanya setiap hari, semakin kuat perasaan itu.”


“Ya.” Jawab Arisa mengangguk.


Aku, aku tidak ingin kehilangan dia, aku ingin memiliki cintanya… aku ingin dia tenggelam dalam cinta kami, aku ingin dia bergantung pada kami.


“Bergantung…”


Arisa tidak yakin apakah membuat Hayato bergantung pada mereka akan menjadi hal yang baik. Tapi dia juga tidak menyangkal ide itu, dan jika itu terjadi, itu berarti Hayato akan selalu berada di sisi Aris dan Aina… Atau setidaknya itulah masa depan yang diinginkan Arisa.


"Perasaan kita jauh lebih berat dari sebelumnya, kamu mengerti itu, kan?"


“Ya, aku mengerti. Aku tahu dari awal kalo ini tidak normal.”


Arisa mengerti bahwa dia dan perasaan kakaknya tidak sama dengan gadis-gadis lain yang sedang jatuh cinta. Dan bahkan jika mereka berusaha keras untuk menghentikan perasaan itu, itu tidak mungkin, karena mereka berdua menginginkan Hayato lebih dari siapa pun di dunia ini.


“Orang-orang akan menertawakan kita karena jatuh cinta dengan seseorang yang menyelamatkan kita dari nasib buruk. Tapi aku tidak peduli tentang hal itu, aku ingin menikuti kata hatiku.”


“Kamu benar ♪ Itu sebabnya kita harus menjadikan Hayato hanya kita berdua, kak. Kita akan mengisi lubang di hatinya dan menenggelamkan Hayato-kun di rawa dengan cinta kita.”


Setelah obrolan itu, hawa dingin menyerang tubuh mereka. Saat itu sudah sekitar pukul 12 malam, dan hawa dingin semakin terasa di udara. 


Mereka berdua tahu sudah waktunya untuk tidur, tapi sebelum mereka mengucapkan selamat malam...


"Ngomong-ngomong, kenapa kamu datang ke sini?"


"Aku ingin tidur bersamamu. Bukan hal yang buruk melakukannya sesekali, kan?♪”


“Benar.”


Para saudari itu memutuskan untuk tidur bersama malam itu. Karena tempat tidurnya tidak terlalu besar, tetapi jika mereka saling berdempetan, mereka berdua bisa muat.


“Kak, aku tahu kita bertemu Hayato-kun pada saat yang paling tidak indah, tapi aku sangat mencintainya, itu sesuatu yang tidak bisa aku tolak. Aku ingin dia menjadi hanya kita berdua, aku tidak ingin memberikannya kepada orang lain.”


Aina tertawa dan Arisa pun ikut tertawa, meskipun itu tidak begitu murni, karena ada sedikit kebendian di dalamnya.


"Kamu tahu, apa yang kamu katakan sebelumnya ...”


“Ya?”


"Kurasa bukan ide yang buruk baginya untuk tenggelam dalam rawa cinta kita."


“Kan?!”


Pikiran Arisa menjadi lebih jelas setelah obrolan itu dengan adiknya, dia tidak ingin menjadi penghalang bagi Hayato, juga tidak ingin mengesampingkan perasaan yang lahir di dalam dirinya. Jadi dia akan melakukan segala hal yang dia bisa untuk menaklukkan hati kekasihnya.


“… Oke, kurasa aku akan ikut♪”


“Baguslah! Aku senang kakakku ikut bergabung!


Takdir sudah bergerak, dan laba-laba betina ini tidak akan membiarkan mangsanya kabur, yang telah terjerat dalam sarang yang dibuat dengan benang cinta dan kesetiaan mereka.


“Ngomong-ngomong, kak.”


“Ya?”


“Hayato pernah bilang kepadaku kalo dia memiliki hubungan singkat dengan seorang gadis di masa lalu, tetapi mereka putus setelah beberapa hari. Kita harus membuatnya melupakannya dengan segala cara.”


"... Apakah itu berarti aku bodoh karena menyia-nyiakan kesempatan sekali seumur hidup untuk menjadi budak Hayato?"


“Kurasa kamulah yang tidak memahamiku.”


Sayangnya, Arisa gagal memahami niat adiknya.  

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset