Ads 728x90

Otokogirai na Bijin Shimai wo Namae Vol 1 Chapter 2

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 2 – Mengenal dua saudari Shinjo.


Bagiku, Aina Shinjo, bertemu dengan Hayato mengubah segalanya.


Belum ada yang berubah dalam kehidupan sehari-hariku, tetapi hanya memikirkannya, sang penyelamatku, membuatku bahagia… Aku ingin lebih, aku ingin lebih dekat dengannya, aku ingin meminta lebih banyak darinya.


"Apa mau kamu lakukan sekarang, Aina~?"


"Aku mau istirahat. Bisakah kamu memberitahu kakakku untukku?”


“Okey! Sampai jumpa nanti!”


“Ya.”


Aku selalu memikirkan Hayato sepanjang waktu, tetapi aku tidak pernah menunjukkannya. Ketika aku berada di dekatnya, aku tidak keberatan menunjukkannya, meskipun ketika aku berada di dekat kakakku, aku berusaha menyembunyikan kebahagiaan itu.


“Kehadiran ini… Oh, Hayato-kun ada di sekitar sini.”


Aku membiarkan kakiku membimbingku, seluruh tubuhku tertarik pada kehadiran pahlawanku. 


Saat ini kelas olahraga, tetapi karena ini adalah kelas terakhir di hari Jumat, guru telah memberi kami kebebasan sebagai hadiah untuk kerja keras selama seminggu. Jadi aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan, bahkan tidur jika aku mau, semuanya diperbolehkan selama aku tidak kembali ke kelas tanpa izinnya.


"Sekarang, aku bertanya-tanya di mana Hayato-kun berada…"


Alasanku mencarinya adalah karena kami tidak berada di kelas yang sama, dan kali ini adalah kesempatan yang istimewa, karena kelas olahraga kami hari ini digabung dengan kelasnya.


Aku mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan murid-murid yang tak biasa, tapi sesekali bertemu pandang dengan Hayato-kun mengurangi perasaan itu... Tidak, justru sebaliknya, tubuhku mulai terbakar. Hayato-lah cowok yang membuatku berbuat dosa.


“Maafkan aku, kak. Biarkan aku memonopoli Hayato-kun sedikit lagi. Itu merupakan hak istimewaku sebagai orang pertama yang menemukannya♪”


Aku minta maaf kepada kakakku, yang tidak bersamaku, dan aku kembali mencari lelaki istimewaku. Aku mulai menyerah, karena dia pasti sedang bersama teman-temannya dan aku tidak akan bisa dekat. Namun... Semua ketakutan itu sirna setelah aku menemukannya.


Dia tidur dengan nyaman di belakang pohon besar di sudut halaman sekolah. Aku terus mendekatinya perlahan, berusaha untuk tidak membuat suara dan aku duduk di sampingnya, menatap wajah tidurnya yang tampan.


“… Aku menyukaimu.”


Melihat wajahnya yang tertidur begitu tenang hingga membuatku terpesona hanya menatapnya.


Dia mungkin bukan cowok paling tampan di TV, tapi bagiku dia cowok paling tampan di seluruh dunia… Nee, Hayato, aku sangat tergila-gila padamu.


"... Kurasa tidak akan ada masalah jika aku menciumnya sedikit..."


Aku menekan detak jantungku dan mendekati Hayato-kun. Saat aku semakin dekat, aroma tubuhnya menggelitik hidungku.


“… Ini buruk.”


Hanya melihat wajahnya yang tertidur seperti itu saja sudah cukup, tapi saat aku mencium aroma keringatnya, bagaian bawahku terasa panas.


Aku mengalihkan pandanganku ke tangan kiri Hayato yang tak berdaya. Aku gugup kalau-kalau dia akan menyadari atau bangun, jadi aku meraih tangannya dan mengangkatnya.


“Mm…”


Yah, sepertinya dia tidak akan bangun, bahkan jika aku memegang tangannya. Aku mengambil kesempatan ini dan meletakkannya di pipiku.


Merasakan kebahagiaan tangannya langsung di pipiku, aku mengambil langkah yang lebih berani.


"Nee, Hayato-kun, apa kamu suka dada besar?"


Sambil menanyakan itu, aku meletakkan tangan Hayato di dadaku.


Aku sadar akan tubuhku, dan banyak cowok yang menginginkanku. Bahkan dadaku sedikit lebih besar dari kakakku. Aku baru-baru ini melampaui angka 90 an, dan itu masih bertambah.


"Apakah kamu ingat ketika aku memberitahumu tentang laba-laba? Nah, sekarang aku sedang membuat jaringku, dan kamu terjebak di dalamnya… Dan saat kamu tidak bisa bergerak, aku akan memakanmu♪"


Umm… aku masih belum puas. Jadi aku mulai menggerakkan tangan Hayato-kun ke bagian bawah tubuhku, dan aku memperhatikannya dengan hati-hati. 


“… Hah♪”


Aku tahu aku bilang aku akan memakannya, tapi, jauh di lubuk hatiku, aku ingin dimakan oleh Hayato.


***


"... Hm?"


Aku tiba-tiba terbangun dan melihat sekeliling… Aku lupa kalau aku tertidur di halaman sekolah setelah berolahraga.


Sesi olahraga terakhir dalam seminggu pada dasarnya adalah apa pun yang kau lakukan untuk menghindari kembali ke kelas, dan fakta bahwa kau bisa tidur tanpa guru marah atau mengganggumu adalah hal terbaik tentang hari ini.


Tetapi untuk beberapa alasan, aku merasakan tatapan tertuju padaku, seolah-olah seseorang sedang memperhatikanku.


“… Eh?”


“Yaho♪”


Aku tidak sepenuhnya salah, orang di sebelahku adalah Aina. Jadi aku melanjutkan untuk bangun dengan cepat untuk menjaga jarak darinya, karena kami sangat dekat satu sama lain.


"Ah! Kenapa kamu menjauh~?”


Aku pikir dia akan merasa tidak nyaman jika aku tetap dekat dengannya… Tapi begitu aku mencoba untuk menjauh, ekspresi wajahnya berubah, seolah-olah dia tidak suka aku bereaksi seperti itu.


“…”


Aku pikir siapa pun akan melakukannya jika kau sedekat ini… tetapi ketika aku mencoba menjauh, dia tampak marah dan tidak puas, jadi aku tidak melakukannya.


"Kita masih punya waktu 15 menit...”


Begitu, jadi kami masih punya waktu sampai kelas selesai, kurasa aku bisa tetap di sini dan sedikit bersantai dengannya.


"Bolehkah aku bertanya kenapa kamu ada di sini?"


“Aku sedang bermain softball, tapi kemudian aku merasa ingin istirahat sebentar. Jadi aku mencari tempat di mana aku bisa tenang, dan aku menemukanmu.”


“Begitu.”


Memang benar, di sini, di bawah rindangnya pepohonan, sinar matahari terhalang dan suara teman-temanku terasa jauh dan tenang.


“Jangan salah paham… Tapi aku merasa akhir-akhir ini kita banyak bicara, bukan begitu?”


“Ya, aku memikirkan hal yang sama, rasanya sangat menyenangkan♪”


Jawabanya sambil tersenyum.


Aku tersentuh oleh senyumnya, seindah biasanya, dan aku berusaha menyembunyikan kegugupanku dengan mengubah topik pembicaraan.


"Ngomong-ngomong, bukankah seharusnya kamu bersama kakakmu?"


"Mhm, Hayato-kun tidak mau bicara denganku?"


Itu adalah serangan balik yang kuat. Dan bukannya aku tidak suka berbicara dengannya, aku sebenarnya senang, hanya saja aku merasa aneh dia bersamaku dan bukan dengan kakaknya.


“Yah, aku hanya sedikit malu ketika berbicara denganmu, lagipula, kamu adalah gadis paling populer di sekolah selain kakakmu.”


Aku juga tidak mencoba menyanjungnya dengan cara apapun, sekali lagi, aku jujur.


Segera setelah aku mengatakan itu padanya, Aina melihat ke bawah sejenak dan tubuhnya mulai gemetar, tetapi kemudian dia dengan cepat melihat ke atas dan tersenyum lagi.


"Begitu ya, jadi Hayato-kun berpikir aku cantik..."


“Bukan hanya aku, semua orang berpikir begitu.”


Jika tidak ada yang memikirkannya, maka mereka tidak akan menjadi gadis paling populer di sekolah, bukan?


"... Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan, apa yang Hayato-kun pikirkan sudah cukup."


“Apa?”


“Tidak ada... ♪ Oh, aku ingin berbicara lebih banyak lagi, tapi ini sudah waktunya.”


“… Itu benar!”


Ketika aku melihat jam, sudah hampir waktunya untuk berkumpul di tempat di mana guru dan siswa lainnya berada.


Karena panik, kami berdiri, tetapi saat berdiri, Aina sepertinya sedikit kehilangan keseimbangannya, dan aku dengan cepat meletakkan tanganku di tubuhnya.


"Te-terima kasih, Hayato-kun..."


"Tidak... jangan terlalu dipikirkan..."


Meski tidak ada kecelakaan besar di mana Aina terluka, situasi yang agak tak nyaman memang muncul bagi kami. Dan itu... Karena dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arahku. Salah satu tanganku bersentuhan dengan payudara besar Aina.


“Ano…”


"Hayato-kun, aku tidak akan marah padamu, oke? Kamu telah menyelamatkanku, jadi aku tidak punya alasan untuk bertindak kasar, terima kasih banyak atas bantuanmu♪”


Sejujurnya, aku berpikir dia akan menamparku dan memarahiku, tapi anehnya tidak seperti itu, melihat senyumnya seperti malaikat membuatku berpikir dia semacam dewi.


“Beberapa saat yang lalu kamu bilang kalau kamu mendapat kesan bahwa kita sering mengobrol, tetapi sebenarnya akhir-akhir ini aku telah menerima banyak bantuan darimu.”


“… Ah~, itu benar, aku melindungimu dari kamus agar tidak mengenai kepalamu.”


“Aku tidak mengerti... Kenapa kamu sangat membantuku?”


“Eh? Bukankah itu sudah jelas?”


Jika seseorang memiliki masalah, wajar untuk membantu mereka. Dan tentu saja itu semua tergantung situasi. Tapi membantu orang adalah sesuatu yang aku pelajari dari ayahku... dan aku mencoba menerapkannya dalam bentuk itu.


“…………”


Aina menatapku khawatir sementara aku diam memikirkan almarhum ayahku.


“Maaf, aku baru ingat sesuatu. Atau lebih tepatnya, ini bukan waktunya untuk mengobrol, Aina-san!”


“Ya, itu benar! Ayo cepat, Hayato-kun!”


Apakah ini imajinasiku atau setiap kali aku mengobrol dengan Aina, waktu berlalu begitu cepat?


"Hei, Aina-san, bukankah menurutmu waktu berjalan lebih cepat saat kita mengrobrol?"”


"Umm, tidak, kurasa tidak juga.” Jawabnya sambil memalingkan muka.


“Ngomong-ngomong, Hayato-kun, tidak akan lama lagi, jarring-jaringku akan bekerja dengan sihirnya.”


“Jaring?”


"Ya, apa kamu sudah lupa? Sudah kubilang aku suka laba-laba.”


Aku ingin tahu apa yang dia maksud, tetapi aku merasa akan mendapat masalah jika aku mengajukan pertanyaan itu. Jadi aku hanya menganggukkan kepala dan kami berhasil mencapai murid-murid lainnya tanpa insiden.


Beberapa orang melihat kami dengan heran karena kami tiba bersama-sama, tetapi hal itu tidak menimbulkan masalah yang lebih besar dan tidak ada rumor juga.


Dan jawabannya sudah jelas, Aina adalah seorang dewi, dan aku hanyalah manusia biasa, tidak mungkin dia berkencan denganku. 


“Aneh sekali. Aku tidak tahu kalo Hayato bergaul dengan salah satu saudari Shinjo.”


“Aku tidak cocok dengannya, aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan ke sini. Jangan pikiran yang absurd.”


“Ahahahaha, aku tidak terkejut sama sekali.”


Namun, ada beberapa kecelakaan yang terjadi, seperti berbicara dengannya secara dekat dan menyentuh payudaranya, tetapi tentu saja aku tidak bisa memberitahu teman-temanku.


“Kerja bagus semuanya. Kalian bisa bubar.”


Setelah mendapat izin guru untuk pergi, kami semua mulai bergerak pada waktu yang sama, dan di tengah semua keramaian itu, ada sesuatu yang terus membuatku khawatir sejak aku berbicara dengan Aina.


“… Apa ini?”


Aku menyentuh jari-jariku, dan menyadari bahwa aku ada cairan kental di jari-jari tangan kiriku. Itu tidak terlalu lengket, tapi sedikit bertekstur… Selain itu, baunya asam dan manis, sulit untuk dijelaskan. Tapi aku juga tidak merasa tidak nyaman.


“Aina, di mana kamu saat istirahat?”


“Eh? Aku?”


Tatapanku bertemu lagi dengan Ain saat dia mengobrol dengan kakaknya, dan di tengahnya, dia mengedipkan mata padaku sesaat.


“Ada apa?”


"Bukan apa-apa~ Ayo pulang, adik kecil.”


“Eh, iya…”


Aina berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang, tapi bukan aku yang baru saja bereaksi terhadap kedipan matanya.


"Ehhhhh...? Aina-san baru saja mengedipkan mata padaku?!”


"Dalam mimpimu paling, dia mengedipkan mata padaku!"


“Kau salah!”


Sementara teman-temanku berjalan di dekatku dengan gembira karena mereka senang dengan godaan Aina yang tak ada habis-habisnya, aku sedikit senang menjadi teman mereka.


Mungkin terdengar konyol pada awalnya, tapi sebenarnya Aina-san seperti lubang hitam, begitu kau dekat dengannya, kau tak bisa melarikan diri.


Meski begitu, aku senang melihat bahwa Aina dan Arisa tampaknya menjalani kehidupan normal mereka terlepas dari apa yang terjadi. Karena, bagi seorang gadis, pengalaman seperti itu seharusnya mengerikan dan traumatis.


 Itu satu-satunya hal yang membuatnya sepadan dengan semua upaya yang kulakukan saat itu. Aku mengatakan ini di dalam hati, aku senang telah mempertaruhkan hidupku untuk menyelamatkan mereka. 


"Ada apa, Hayato?"


“Kenapa kau tersenyum? Apa kau punya sesuatu yang erotis di pikiranmu?!”


"Kenapa itu harus sesuatu yang erotis?"


Tanggapan bodoh dari teman-temanku membuatku keluar dari pikiran indahku. Menyebalkan sekali…


***


Dengan berakhirnya kelas terakhir minggu ini, yang harus kulakukan hanyalah pulang, tetapi mataku tiba-tiba tertuju pada vas bunga di dekat jendela kelas.


“… Lagi-lagi mereka lupa mengganti air untuk bunganya.”


Aku tidak tahu tentang hal ini di kelas lain, tetapi di kelas kami adalah norma bagi orang yang bertugas untuk mengganti air di dalam vas.


Namun, karena tidak ada seorang pun yang tersisa di kelas untuk jadwal hari ini, aku menghela nafas dan mengambil vas bunga itu. 


“Jangan khawatir, aku akan mengganti airnya, dan dengan begitu kau akan lebih subur.”


Aku pergi ke tempat persediaan air berada, dan mengosongkan air dari vas untuk memasukkan yang bersih dan segar ke dalamnya.


Aku tahu banyak orang akan mengatakan untuk tidak khawatir tentang hal ini, tetapi ibuku selalu mengganti air pada bunga, jadi ketika aku memperhatikan hal-hal ini, aku tidak bisa mengabaikannya.


“Yosh.”


Sekarang kau akan memiliki lebih banyak energi karena memiliki air segar.


“… Hal-hal kecil seperti ini membuatku merasa lebih dekat dengan ibuku.”


Dan, tentu saja, ayahku… Aku tak akan bisa merasa perasan ini saat memikirkan keluargaku seperti ini.


"Sebaiknya aku pergi dari sini."


Kemudian aku mengembalikan vas itu ke tempatnya dan meninggalkan sekolah.


Saat aku berjalan pulang, aku merenungkan semua hal yang telah terjadi minggu ini… Tidak, serius, banyak yang telah terjadi.


"Mungkin itu hanya imajinasiku... Tapi aku punya firasat bahwa banyak hal akan berubah dalam banyak hal."


Mungkin aku sedang merasakan suasana Nostradamus, tetapi setiap bagian tubuhku memberitahuku bahwa sesuatu yang aneh akan muncul saat Halloween berakhir.


***


Hari ini adalah hari Sabtu, dan aku pergi ke rumah Sota saat hari mulai gelap, meskipun aku juga tidak berencana untuk meninggalkan rumah selarut ini.


Di tasku, aku membawa beberapa buah dan beberapa barang yang merupakan bagian dari kostumku.


"Aku belum pernah menggunakanmu sejak hari itu..."


Aku mengalihkan pandanganku ke tas, dan melihat kepala labu mengintip keluar dari celah… Cara mata dan mulut dibentuk, seolah-olah mengekspresikan kebencian. Aku mendapat kesan bahwa ia tak peduli dengan apa yang terjadi dan malah mengatakan padaku "nikmati saja momen ini, kawan."


“Tapi aku tidak bisa mengabaikannya sebagai sesuatu yang buruk, karena labu ini, aku memiliki keberanian untuk menghadapi perampok itu... Kurasa aku akan meminta bantuanmu sekali lagi untuk menghadapi apa yang menantiku.”


Aku meletakkan tanganku di labu dan melanjutkan perjalanan ke rumah Sota.


Kaito tiba di waktu yang sama denganku, dan ketika kami mengetuk pintu, ibu Sota menyambut kami, lalu membawa kami ke halaman tempat pesta akan berlangsung. Dan di sanalah dia, mengenakan setelan yang menakutkan yang sangat keren.


"Selamat datang kembali teman-teman, siap untuk bersenang-senang?"


"Kau terlalu bersemangat!" 


“Untuk sesaat aku berpikir: 'Siapa kau?'


Dan kami tidak bermaksud merendahkannya. Tapi kostum yang dikenakan Sota sangat keren, dia berpakaian seperti seorang penyihir, bahkan tongkat sihirnya memiliki kualitas yang sangat bagus.


“Aku seorang otaku, apa yang kau harapkan? Aku melakukan semua hal-hal ini dengan sangat serius!”


"Sudah kuduga...”


Aku telah melihat foto-foto orang yang bercosplay di internet, tetapi menurutku, cukup adil untuk mengatakan bahwa tingkat kesempurnaan dalam kostum mereka berada pada level yang sama.


Aku selalu tahu bahwa Sota adalah seorang otaku, dan cosplay adalah salah satu hobinya, tapi aku tidak berpikir dia akan sampai sejauh ini.


"Nah, sana ganti baju, tunggu apa lagi?"


"... Apa kau mau pergi dulu?"


"Ayo kita selesaikan ini dengan cepat."


Kaito dan aku segera mengenakan kostum kami dan berkumpul kembali di halaman. Dia bercosplay Dracula, mengenakan setelan jas, jubah dan merias wajahnya agar kulitnya terlihat lebih pucat.


“Dracula lebih klasik.”


"Tidak terlalu buruk, kan? Dibandingkan dengan…”


Mereka berdua mengalihkan pandangan padaku. Aku hanya mengenakan pakaian yang kubawa, kepala labuku, dan lightsaber mainan di tanganku.


"... Kau tidak terlalu kreatif, kan?"


“Diam. Aku suka penampilanku.”


Tidak penting bagiku kostum seperti apa yang aku kenakan atau apakah itu sesuatu yang sangat rumit. Aku hanya ingin memakai sesuatu yang aku rasa nyaman dan bisa menghabiskan waktu bersama teman-temanku.


Juga, ini adalah hal yang sama yang aku gunakan pada saat aku menyelamatkan saudari Shinjo dan ibu mereka. Jadi itu memberiku kepercayaan diri untuk memakainya begitu saja. 


Dan kurasa ini akan menjadi yang terakhir kalinya aku melakukan hal seperti ini… Aku tidak tahu apakah kami akan mengulangi acara ini yang sama tahun depan.


Sementara aku memikirkan hal ini, mereka berdua menatapku dengan serius dan berkata.


"... Tapi itu memiliki sesuatu atmosfer di dalamnya."


“Itu benar… Berpakaian seperti itu, dia terlihat seperti pria yang kuat.”


"Apa yang kalian bicarakan?"


Tampaknya, bagi mereka sekarang aku terlihat seperti pria yang sangat kuat.


Seolah-olah menanggapi tatapan mata mereka yang dipenuhi dengan harapan yang tak ku mengerti, aku mengayunkan dengan lincah seolah mengingat masa-masa kendoku dengan lightsaber di tanganku, dan mereka bertepuk tangan.


“Oh, itu keren.”


“Aku rasa aku mulai sedikit takut.”


“Kenapa lagi?!”


Jarang sekali teman-temanku mengatakan bahwa mereka takut padaku. 


Lelah karena memberikan pertunjukan kendo dan bercanda, aku duduk di kursi dan melepaskan kepala labuku.


"Oke, sekarang pertunjukan cosplaynya selesai, ayo makan!"


Meja di sekitar kami penuh dengan makanan yang disiapkan oleh ibu Sota, dan perutku sudah keroncongan dari tadi.


“Itadakimasu.”


Sejak saat itu, acara makan malam itu tidak lebih dari sekedar makan malam dalam bentuk pesta cosplay. Kaito dan aku menyukai makanan yang disiapkan ibu Sota untuk kami, dan karena kami sedang masa petumbuhan, makan banyak tidak bisa dihindari.


Hah… Masakan rumah tak tertandingi oleh siapapun.


Selain di kantin sekolah, saat aku di rumah, aku biasanya makan mie instan atau bento dari minimarket. Aku jarang membuat makanan sendiri... Itu sebabnya aku iri dengan makanan buatan sendiri yang dibuat dengan cinta dan perhatian.


"Aku membawa lebih banyak makanan. Fufu, Hayato-kun, aku melihat kamu selesai dengan cepat, aku senang melihatmu menikmatinya.”


“Terima kasih! Aku tidak melebih-lebihkannya ketika aku mengatakan bahwa makanan anda adalah yang terbaik!”


Yang disiapkan ibu Sota untuk kami adalah ayam goreng, kentang goreng, dan sup labu ala Halloween, tentu saja makanan yang kami sukai.


"Senang sekali mendengarnya. Aku berharap putrakku akan setulus itu ketika dia berterima kasih padaku.”


“Itu hal yang memalukan, Bu.”


Mungkin memalukan untuk mengungkapkan rasa terimakasih kepada anggota keluarga yang sering bersamamu, tetapi menurutku tetap penting untuk melakukannya kapanpun kau bisa.


“Itu tidak susah, Sota, sangat penting untuk berterimakasih dan memberitahu orang yang kau cintai.”


“… Ya, itu benar, kau benar. Terimakasih, Bu.”


Kaito dan aku tersenyum saat melihat Sota bisa terbuka pada ibunya.


Dia mungkin menganggap tanggapanku menyedihkan, dan dia menerimanya karena dia tahu orang tuaku sudah meninggal. 


“Tidak masalah. Itu selalu menyenangkan menerima ucapan terimakasih dari anakku… Eh, Hayato-kun, tidak ada yang mengganggumu, kan?”


Ekspresi ibunya saat menatapku adalah salah satu perhatian, perubahan total dari senyum yang dia tunjukkan pada Sota beberapa saat yang lalu.


"Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dan seperti yang telah aku katakan sebelumnya, kakek nenekku dari ibu merawatku dengan baik.”


Karena aku masih muda, mereka mencoba mengirimiku uang yang cukup sehingga aku tidak khawatir sama sekali… Aku sudah lama tidak bertemu mereka, jadi akan lebih baik jika aku melakukan perjalanan di akhir tahun dan membawa mereka hadiah.


“Hei Hayato, jika terjadi sesuatu yang mengganggumu, kau bisa bicara denganku, oke?”


"Ya, kita adalah teman baik. Jangan menyimpan apapun sendiri, oke?”


“Ah, iya.”


Meskipun kami biasanya melakukan hal-hal konyol bersama, mereka sangat peduli padaku. Tampaknya aku memiliki teman-teman terbaik di dunia.


“Hei, alangkah baiknya memiliki kenangan hari ini.”


"Ya, benar, ayo kita berfoto bersama."


“Ya!”


Tanpa ragu, akan sangat disayangkan jika kami berusaha payah untuk mengadakan pesta ini dan mengenakan kostum hanya sekedar untuk bercanda dan makan. Meskipun akan tetap berada dalam ingatan kami, sebuah foto adalah sesuatu yang membuatnya lebih istimewa untuk masa depan.


Kami berdiri bersebelahan, dan kami meminta ibu Sota untuk memfoto kami. 


Meskipun kami hanya bertiga, suasananya tidak terasa sepi, atau jika perlu ramai-ramai, mengadakan pesta besar dengan orang-orang yang kau hargai adalah salah satu kesenangan kecil dalam hidup yang suatu saat pasti kita semua alami.


"Baiklah, terimakasih untuk semuanya hari ini. Sudah waktunya bagiku untuk pulang.”


"Okey, sampai jumpa di sekolah."


"Hati-hati~!"


Kaito bilang kalo dia akan disana lebih lama, jadi aku meninggalkan rumah Sota sebelum dia.


Hari sudah malam dan sangat sepi berjalan sendirian di jalan dengan tiang lampu jalanan yang menyala dalam perjalanan pulang. Begitu berbeda sekali dibandingkan beberapa saat lalu dengan semua kebisingan yang ada di rumah Sota... Tapi itu menyenangkan, dan sekarang semuanya sudah berakhir. Apa yang menantiku adalah keheningan yang luar biasa di rumahku.


Jika ayahku tidak mengalami kecelakaan, jika ibuku tidak jatuh sakit, sekarang dan seterusnya, akan ada seseorang yang menungguku dengan lampu menyala di rumah.


Tak diragukan lagi, kenangan hari-hari ketika aku bersama orang tuaku, terlintas di kepalaku.


[Hei, Hayato, kenapa kau tidak lebih menurut sama ibumu. Bukankah anak-anak seharusnya dimanja oleh orang tuanya?]


[Itu benar. Kamu harus membiarkanku untuk sering memanjakanmu. Ketika kamu besar nanti, aku tidak akan bisa melakukannya lagi.]


Bagaimanapun, mereka benar. Meskipun aku tidak berharap untuk menjadi seperti itu ...


"Aku pasti terlihat menyedihkan sekarang."


Aku mengambil kepala labu untuk menutupi suasana hatiku yang buruk dan memakainya kembali. Tidak ada lagi wajah sedih di wajahku. Itu sepenuhnya digantikan oleh ekspresi monster Machiavellian.


"Yah, karena ini masih Halloween, aku akan berjalan-jalan di sekitar area ini, setidaknya jalan pulang akan sedikit lebih menyenangkan dengan cara ini."


Aku yakin, jika seseorang melihatku menggunakan ini sekarang, mereka akan sangat ketakutan, kurasa hal ini tidak biasa terjadi di pusat kota, tetapi karena aku berada di daerah perkotaan, aku bisa mengharapkan reaksi seperti itu.


Tetapi aku memutuskan untuk tidak lagi khawatir tentang hal itu dan melanjutkan perjalananku.


***


“… Eh?”


Segera setelah aku berbelok di ujung jalan di mana rumahku berada, aku menemukan kejutan besar, yaitu aku bertemu dengan dua orang di depanku... Dan yang terburuk sejauh ini. 


"… Oh."


"... Ah?!"


Apakah itu sebuah takdir atau hukuman karena terlalu percaya, dua orang yang ada di depanku adalah Arisa dan Aina. Dua gadis yang seharusnya tidak melihatku memakai kepala labu ini untuk apapun di dunia.


Kenapa mereka berdua ada di sini?! Mereka berdua menatapku dengan ekspresi terkejut di wajah mereka dan tidak bergerak.


Dan karena ketegangannya sangat berat, aku tidak tahan lagi, jadi aku meninggalkan mereka dan berjalan pergi secepat mungkin. 


Namun, tekanan yang kuat dan tiba-tiba mencengkeram bahuku.


“Tunggu!!”


Dia tidak hanya mencengkeram bahuku, dia juga berteriak sekeras suaranya membuatku terdiam.


Orang yang melakukan itu adalah Arisa-san. Keinginan untuk melarikan diri pada saat itu sangat jelas, tetapi itu tidak mungkin, lalu aku menghela nafas dalam hati dan berbalik.


“Apa yang kamu inginkan?”


Aku terdengar terlalu tidak jelas, tapi sepertinya aku akan menjadi orang yang berbeda saat aku menyembunyikan wajahku seperti ini.


Aina-san adalah orang yang melempar batu ke suasana yang terlalu nyata ini, dengan komposisi seorang gadis cantik menatapku dengan labu di kepalanya.


“Lihatlah, kak, sepertinya cowok itu sedang dalam masalah, jadi tenang dulu. Ada taman di dekat sini, bagaimana kalau kita pergi ke sana?”


“… Baiklah.”


Aku rasa aku tidak akan bisa lepas dari ini, kan?


Aku tidak punya pilihan selain menemani mereka ke taman kecil di daerah itu, dan kami bertiga duduk di bangku di bawah tiang lampu besar.


“…………”


“Hehe…”


Aku duduk di tengah, sementara mereka diam-diam mulai duduk di kedua sisiku.


Di sebelah kiri adalah Arisa, yang tidak pernah mengalihkan pandangan dariku, dan di sebelah kanan adalah Aina, yang selalu tersenyum seperti biasa.


Serius, tidak bisakah ada adegan yang lebih nyata dari ini? Aku seorang cowok dengan kepala labu duduk di antara dua gadis cantik. 


Tapi di satu sisi, aku sangat beruntung gadis-gadis ini tidak melihat wajahku bercucuran keringat dingin. Aku menoleh untuk melihat Arisa-san, yang dengan sungguh-sungguh menatapku untuk sementara waktu.


"Aaah…! Kamu…… sangat menawan!”


Kenapa dia memiliki ekspresi kegirangan di wajahnya? Dan karena itu, Aina-san menyadari betapa anehnya perilaku kakaknya, dia turun tangan untuk menenangkan keadaan. 


“Kak, aku bisa mengerti bahwa kamu senang dengan pertemuan yang menyentuh ini, tapi tetap tenang, oke?”


“Huh… Ya, kamu benar.”


Saat itulah aku akhirnya merasakan kontak mata Arisa padaku melemah. Kemudian dia terbatuk dan menoleh ke arahku dengan lebih tenang. 


“Terima kasih banyak atas apa yang kamu lakukan untuk kami saat itu. Kamu menyelamatkan keluarga kami.”


Tangan Arisa-san, yang berada di tanganku sejak kami duduk, mengeratkan cengkeramannya.


Aku menatapnya saat dia berterima kasih padaku, dan Arisa-san menatapku dengan mata yang dia tunjukkan padaku saat itu, mata yang tampak melekat padaku, mata yang tampak melihat harapan pada makhluk yang bisa kupercaya.


Sampai sekarang aku hanya memusatkan perhatianku pada Arisa, tapi Aina, yang duduk di sisi lain, meletakkan tangannya di pundakku, dan membelaiku dengan lembut.


“Bisakah kamu memberitahuku namamu?” Tanya Arissa.


Nada suaranya sangat serius. Aku yakin dia tidak akan melepaskan tanganku sampai aku memberitahunya namaku, dan aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang, tapi aku memutuskan untuk menjawab dengan jujur. 


Kurasa tidak perlu bagiku untuk memberitahunya nama asliku, bukan? Ini hanya akan menjadi kencan satu malam, aku tidak berpikir kami akan melakukannya lagi, dan dia akan melupakannya seiring berjalannya waktu.


“Namaku adalah…”


“……”


Arisa sudah lama menunggu kata-kataku. Ini adalah nama yang aku berikan untuk keluar dari situasi ini, tanpa memberitahukan nama asliku.


"Jack... Namaku Jack."


Tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang untuk menggunakan nama Jack O'Lantern, bukan? Namun, ekspresi mereka justru sebaliknya.


"Jack-san♪"


"Fufufufu."


Wajah Arisa memerah, dan dia menggumamkan namaku pada dirinya sendiri. Dia terlihat sangat bersemangat, sementara Aina tertawa histeris dengan tangan di atas perutnya.


Namun, raut wajah Arisa menjadi lebih menakutkan ketika aku memberitahunya bahwa namaku adalah Jack. Aku tahu sudah terlambat untuk menariknya kembali, terutama saat Jack sudah tidak ada... Apakah aku melakukan kesalahan? Aku tidak memiliki kepercayaan diri atau sifat untuk menjadi sombong dan ingin mengambil pujian karena telah menyelamatkan mereka. 


Aku hanya ingin kabur, aku tidak ingin mereka melihat wajah maluku. Dan fakta bahwa mereka berdua ada di setiap sisiku akan mencegah upayaku untuk kabur.


Itu juga tidak membantu mereka begitu dekat denganku sehingga aku bisa merasakan payudara mereka. Aku merasa otakku meleleh. Ukuran dan kelembutan payudara itu akan membuatku pingsan jika ini terus berlanjut. 


"Fufu, sepertinya kamu dalam masalah, Hayato-kun."


"Itu benar ... eh?"


Tanpa sadar aku mengalihkan pandanganku ke arah Aina-san menyadari bahwa dia baru saja memanggil namaku.


"Hayato-kun?"


Suara bingung terdengar dari Arisa-san, tapi aku tidak punya waktu untuk mengalihkan pandanganku saat ini. Aku pikir Aina-san akan menggodaku, tetapi sebaliknya, ekspresi wajahnya seolah-olah dia memberiku kepercayaan diri untuk jujur ​​kepada mereka.


Maafkan aku. Tapi sebenarnya aku selalu tahu siapa kamu, tidak seperti kakakku yang baru tahu.”


Aina-san mengatakan itu dengan senyum dan ekspresi minta maaf, dan aku menghela nafas kecil di balik topeng.


"Kamu Hayato-kun?!"


Awalnya aku terkejut, tetapi setelah beberapa detik aku menjadi tenang. Aku terjebak pada saat Aina memanggil namaku meskipun aku menyembunyikan wajah asliku. 


"Maka tidak ada gunanya aku terus menyembunyikan wajahku."


Jika mereka sudah mengetahuinya, aku tidak punya pilihan selain melepas topeng labuku. 


Segera setelah aku melakukannya, Aina-san menjerit kecil, dan semakin dekat ke wajahku daripada sebelumnya. Sementara Arisa-san terkejut.


"Aina-san? Ini agak memalukan, jadi bisakah kamu menjauh...”


“Ehhh~ Tapi ini pertemuan yang tak terduga!”


Tak terduga? Tapikan kita sudah berbicara kemarin, dan lusa, ini bukanlah semacam reuni setelah bertahun-tahun… Dan yang lebih penting, bagaimana dia tahu itu aku? Aku penasaran, jadi aku bertanya kepadanya, dan jawabannya membuatku semakin tercengang.


“Saat itulah aku menemukanmu di pintu atap saat kamu sedang menonton pengakuan kakakku♪”


Jadi apa gunanya bagiku untuk tetap waspada dan menjaga jarak antara aku dan mereka? Menurut Aina, dia benar-benar menyadarinya saat kami bertatapan di kantin, tapi kemungkinan bahwa itu aku meningkat menjadi 80% saat kami mengobrol di atap.


“Aina…”


"Maaf kak, aku ingin memonopolinya, walau hanya sebentar..."


“Sial… Aku tidak menyalahkanmu, aku akan melakukan hal yang sama.”


Kedua saudari itu saling bertukar kata denganku di tengah, tapi cengkeraman Arisa di tanganku sangat erat.


Kupikir jika aku sampai sejauh ini, aku tidak punya pilihan, jadi aku melihat kembali ke arah Arisa dan membuka mulutku.


“Um… Maaf, kamu pasti tidak suka aku berbohong tentang namaku.”


Tentu saja aku tidak berniat memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa akulah yang menyelamatkan mereka sejak awal, seperti yang telah kukatakan sebelumnya, aku tidak mencari pujian atau ucapan terima kasih dari mereka. Aku melakukannya karena aku berpikir itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.


Namun, fakta bahwa aku terekspos seperti ini hanyalah hasil dari kombinasi nasib buruk dan kebetulan... Tapi, kurasa cepat atau lambat hasilnya akan sama, karena Aina-san tahu siapa aku dari awal.


"Hayato... sama..."


"Sama...?"


Wajah Arisa jatuh sesaat, tapi dia langsung mendongak.


"Senang bertemu denganmu, aku Arisa Shinjo. Dan aku sangat senang akhirnya bisa bertemu denganmu.”


Aku khawatir tentang Arisa-san, dia menyempitkan matanya dan membuat wajah seolah-olah sedang melihat sesuatu yang menyilaukan. Aku merasakan sesuatu yang mengganggu dalam tatapannya, tapi, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.


"Senang bertemu denganmu... Shinjo-san."


Saat aku menjawab, Aina-san menatap wajahku ke samping dan berkata


“Kamu dan aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi, kita sudah melakukannya sejak hari pertama hehehe ♪”


"Hei, Aina-san…"


"Aina...?"


Arisa-san tiba-tiba menciptakan suasana yang suram, tapi suasana itu segera memudar dan dia mencondongkan tubuh ke depan seolah sedang bersaing dengan Aina-san.


"Hayato-sama, maukah kamu memanggilku dengan nama depanku juga? Itu akan membuatku sangat bahagia.”


“……”


Aku tidak punya masalah memanggil orang dengan nama depan mereka. Tapi seperti yang kulakan dengan Aina, aku merasa ada sesuatu yang tak terkendali jika aku melakukannya dengan Arisa juga. Dan rasa takut yang menyerangku setelah keinginan itu adalah buktinya.


Juga, aku tidak bisa menolak untuk melakukannya, karena jika aku memanggil Aina dengan nama depannya, dan Arisa dengan nama belakangnya, itu tidak adil sampai batas tertentu... Tapi tidak peduli apakah itu tidak adil atau tidak, hanya ada satu pilihan yang benar.


"Arisa-san…"


“Haah… Kumohon, jangan berhenti. Perlakukan aku seperti aku benda, gunakanku, panggil aku seolah-olah aku bukan apa-apa… Umm, maafkan aku, kumohon, aku akan sangat menghargai jika kamu mau memanggilku seperti teman dekat.”


Respon macam apa itu?! Aku ingin tahu apakah gadis ini akan baik-baik saja.


Arisa-san tidak berhenti menatapku dengan mata birunya yang indah, seolah memberitahuku bahwa dia tidak akan mengalihkan pandangannya dariku sampai aku melakukannya.


“Oke, aku akan melakukannya. Tapi aku butuh waktu, ini pertama kalinya kita bicara dan aku tidak ingin bersikap tidak sopan, apalagi saat ada teman di sekolah.”


“Begitu … Jadi itu membuatmu khawatir.”


"Ya, aku tidak bisa melakukannya.”


Arisa-san sangat khawatir, dia merasa sangat membutuhkanku untuk memanggilnya tanpa kehormatan, tetapi itu adalah sesuatu yang sulit kulakukan ketika tidak ada kepercayaan penuh yang ada.


“Aku mengerti, tidak apa-apa… Senang bertemu denganmu, Hayato-kun.”


“Ya. Senang bertemu denganmu, Arisa.”


“Fufufuf♪”


Pipi Arisa rileks saat dia menunjukkan senyum indah di wajahnya. Meskipun ekspresinya berubah drastis. Aku sangat takut padanya, dan maksudku bukan karena ekspresinya, tapi karena dia menggumamkan sesuatu sambil melihat ke bawah. 


Aku tanpa sadar menoleh untuk mencari jalan keluar, tetapi aku menemui rintangan lain. Aku melakukan kontak mata dengan Aina, yang memperhatikanku dari tadi.


"Tidak adil kalo kamu memanggil kakakku tanpa kehormatan. Bisakah kamu melakukan hal yang sama padaku?”


"... Aina?"


“… Aku menyukainya. Itu membuatku senang♪”


Segalanya menjadi tak terkendali. Di satu sisi, ada Arisa, yang melihat ke bawah dan menggumamkan hal-hal yang tak bisa kumengerti, dan di sisi lain, ada Aina, yang gemetaran dan menggerak-gerakkan tubuhnya. Dan di antara semua kekacauan itu, aku berada di tengah memegang labu.


Adegan ini sangat aneh, bukan? Untungnya, semuanya berakhir dengan cepat dan sudah waktunya bagi kami untuk pulang.


“Aku ingin menanyakan sesuatu kepada kalian berdua, bisakah aku menemani kalian pulang? Tidak… Sebaliknya, biarkan aku mengantar kalian pulang.”


Hari sudah malam, dan setelah kejadian itu, aku lebih mengkhawatirkan keselamatan gadis-gadis ini daripada diriku sendiri. 


“Setelah apa yang terjadi, polisi meningkatkan patroli mereka di daerah itu, tapi sejujurnya, aku akan merasa lebih tenang jika melihat kalian tiba dengan selamat. “


"Apakah kamu mengkhawatirkan kami?"


“Itu jelas.”


“… Hayato-kun♪


Perempuan harus dilindungi, dan aku tidak bermaksud memberikan perlindunganku pada mereka, tetapi dalam kasus mereka itu berbeda.


Untungnya, mereka menerima usulanku, dan kami bertiga berjalan bersama ke rumahnya. Meskipun adegan itu sendiri lebih terlihat seperti melindungiku.


"Kita sudah sampai, Hayato-kun!"


"Sampai jumpa di sekolah."


Begitu kedua gadis cantik itu mengucapkan selamat tinggal padaku, aku melanjutkan perjalanan menuju rumahku. Aku sangat lelah setelah waktu intens yang aku habiskan bersama mereka. 


Tapi pipiku menghangat mengingat kehangatan, kelembutan, dan bau badan yang kualami karena begitu dekat dengan mereka. 


"... Kurasa aku memang anak SMA brengsek."


***


Jika mereka memberitahuku bahwa ini adalah sebuah takdir, maka aku akan mempercayainya. Aku akhirnya bertemunya lagi, dan ini baru beberapa hari sejak kejadian itu. 


Awalnya dia memperkenalkan dirinya padaku sebagai Jack, tetapi ternyata Aina sudah mengenalnya, dan dia adalah teman di sekolah yang sama.


"Hayato... Domoto... Hayato-kun... Hayato-sama."


Begitu dia melepas kepala labunya dan menunjukkan kepada kami wajah aslinya, aku merasakan jantungku berdebar saat melihat rambutnya yang sedikit acak-acakan dan matanya yang penuh kebaikan. 


Aku membayangkan bahwa dia akan menjadi seseorang yang berotot, tetapi ternyata tidak, meskipun aku tahu kalau dia berolahraga, mungkin dia berlatih. 


Ini mungkin terdengar sangat mendadak, tapi aku rasa aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Aku ingin lebih banyak berbicara dengannya, aku ingin dia lebih sering melihatku, dan aku juga ingin dia memanggilku dengan namaku setiap saat.


"Fufu."


Aku tidak pernah merasa begitu aktif.


Cowok itu milikku... Aku merasakan getaran jauh di dalam diriku saat membayangkannya. Aku ingin lebih banyak bersamanya, aku ingin membahadiakannya, aku ingin mendukungnya dengan semua yang kumiliki…. Hanya itu yang bisa kupikirkan.


"Dan bagaimana jika dia menjaga kami selama ini...?"


Hayato-kun sudah memperhatikan kami sejak lama. Dalam banyak kesempatan ketika kami pergi ke kelas setiap pagi, kami selalu bertemu dengannya, terkadang aku menyapanya, meskipun aku tidak menunjukkan ketertarikan.


Aku ingin mengutuk diriku sendiri karena tidak bertemu dengannya lebih cepat. Dia selalu dekat untuk melindungi kami.


"Jika Hayato-kun melindungi kami sepanjang waktu… Tidak bisa dipungkiri bahwa dia akan menyelamatkan kami pada saat itu.”


Jadi… apa yang telah kulakukan padanya? Aku tidak melakukan apapun. Aku baru saja mengabaikannya. Ya Tuhan, betapa jahatnya aku ini. Aku tidak punya pilihan selain menjadi alat pendukung baginya.


Jika dia mendedikasikan hidupnya untuk melindungi kami, maka aku harus tetap di sisinya sebagai miliknya. Selalu ada untuknya dan merawatnya setiap saat.


“Luar biasa♪”


Aku akan hidup sebagai miliknya satu-satunya, itulah alasan mengapa aku dilahirkan. Tidak ada salahnya, memiliki keinginan untuk diperbudak oleh Hayato-kun, kan? Yah, tak peduli apa yang dipikirkan orang lain … Aku akan mendengarkan hatiku dan melakukan apa yang dinginkan dariku.


“Fufu…… Ahahahahaha♪”


Luar biasa, sungguh indahnya dunia ini.


Hayato-kun… Hayato-sama… Nama manis itu mengalir di tubuhku seperti kenikmatan. 


Dan ini adalah bagaimana aku akan memulai hidup baruku. Aku, Arisa Shinjo, adalah budak Hayato-sama… Ufff, aku merasa sangat panah di bawah sana.


“Tapi… Aku takut dia akan menjauh dariku jika aku melakukan itu. Aku harus memikirkan sesuatu, aku harus menemukan cara untuk membuat Hayato-kun menerimaku sebagai budaknya...”



Itu adalah masalah yang mengganggu keinginanku.



 

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset