Chapter 4 - Tekanan
atmosfir.
Ito Minase
selalu sangat menderita saat ada perubahan pada tekanan atmosfir.
Dia sering
sakit kepada pada hari-hari ketika musim berganti atau di hari hujan.
Dan pada
hari-hari itu, dia akan selalu mengirimiku SMS semacam ini.
[Tekanan atmosfir.]
Itu adalah
dua kata yang tiba-tiba tanpa konteks apapun di dalamnya, tetapi kesan aneh
terasa.
Tampaknya terlalu
sulit baginya untuk mengirim sesuatu yang lebih dari ini.
Awalnya aku
juga pusing, karena aku tidak tahu bagaimana menjawab pesan-pesan itu, namun setelah
terbiasa, aku hanya bisa membalasnya dengan pesan bercanda.
Sudah
beberapa tahun telah berlalu, tetapi sampai sekarang, Ito masih terus mengalami
perubahan tekanan atmosfer sebagai musuh alaminya.
Senin pagi
ini, aku terbangun oleh suara notifikasi yang masuk ke ponselku.
Tapi kali
ini aku tidak menerima pesan tekanan atmosfer yang khas dari Ito.
[Tekanan atmosfernya parah.]
Sangat
sulit untuk menguraikan apa yang dia katakan.
Meski, tak
lama setelah bangun tidur dan masih berbaring di tempat tidur, aku berhasil
menebak arti kata itu.
Kata 'parah'
mengungkapkan kalau rasa sakit yang dia alami lebih hebat dari biasanya.
Atau apakah
dia hanya ingin mempertegas kalimat dengan menambahkan kata itu? Yah, bagaimanapun,
itu adalah fakta kalau kepalanya lebih sakit dari biasanya.
Meskipun
kalimat itu menimbulkan keraguan, karena aku sudah ahli dalam situasi seperti
ini, aku memutuskan kalau kebenaran adalah pilihan terakhir yang kupikirkan.
Ya, pasti
sulit baginya untuk mengirimiku pesan karena menambahkan kata 'parah'
menunjukkan kalau dia sangat menderita. Namun, aku tidak tahu mengapa,
tetapi kepalaku juga mulai sedikit sakit, jadi aku menulis kepadanya hal
pertama yang terlinta di benakku.
[Apa kamu mau pergi bekerja lebih awal? Masih ada dua puluh atau
tiga puluh menit lagi untuk bersiap.]
Berkat
suara notifikasi dari pesan teksnya, aku bangun tiga puluh menit sebelum jam
alarm aku berbunyi.
Sekarang, aku
tidak tahu apakah Ito masih di rumah atau dia sudah naik kereta, tetapi karena
pekerjaan kami dimulai pada waktu yang sama, aku menganggap dia masih di tempat
tidurnya.
Dan
kemudian, aku mendapat balasan beberapa detik kemudian.
[Semut dan belalang,]
"Apaapaan
ini!"
Itu
membuatku bersiap untuk pergi bekerja sambil membuat tsukkomi.
Ito pernah bilang
padaku kalau meskipun bersama seseorang tidak akan meringankan sakit kepalanya,
tampaknya berbicara dengan seseorang akan meningkatkan suasana hatinya, karena ketika
dia menderita sendirian, dia cenderung lebih pesimis. Karena itu, ketika aku
keluar rumah, dia tidak bosan meneleponku beberapa kali ke ponselku untuk
mengeluh tentang tekanan atmosfer.
Pada
kesempatan ini pertemuan disepakati karena pengalaman yang pernah ku jalani
dengannya sebelumnya.
Aku tiba di
stasiun terdekat dengan tempatku bekerja tiga puluh menit lebih awal, ditambah
dengan langit mendung.
Tampaknya
Ito masih berada di dalam kereta, jadi aku masuk ke toko roti yang paling dekat
dengan stasiun kereta sebelum dia tiba.
Begitu
masuk aku membeli kopi panas dan beberapa roti manis dan gurih. Setelah
itu aku pergi ke ruang makan dan tepat pada saat itu, aku melihat Ito masuk ke
toko roti.
Tapi begitu
dia semakin dekat ke tempatku berada, aku terkejut melihat wajahnya.
"…
Hmm."
“Minase…
apa kamu baik-baik saja…?”
"Tekanan
atmosfernya parah."
Tidak, dia
sebenarnya terlihat sangat buruk karena wajahnya sangat pucat.
Tampaknya 'parah'
dari 'tekanan atmosfer' itu sebenarnya 'parah' dalam arti sangat
menyakitkan. Kemudian, Ito duduk sambil menggosok pelipisnya dengan
jari-jarinya dan pada saat yang sama aku berdiri dari tempat dudukku.
"Aku
akan membelikanmu sarapan. Apa teh susu baik-baik saja?"
"Terima
kasih dan maaf sudah mengganggumu."
"Apa
kamu bisa makan sesuatu?"
"Terserah...
aku hanya ingin segera memasukkan sesuatu ke dalam perutku untuk minum
aspirin."
Ito, yang
hidup dan hanya memikirkan makan, kini hanya ingin minum aspirin.
Tidak,
masalah ini memang serius, jadi aku segera mencari sesuatu untuk dia makan.
"Ini
pertama kalinya aku melihatmu begitu kesakitan."
“Aku merasa
semakin buruk dari tahun ke tahun. Itu terjadi padaku sekali atau dua kali
sebulan~. Aku bangun pada waktu yang enggak biasa hari ini dan enggak bisa
tidur setelah itu karena sakit kepala. Aku rasa, lima tahun dari sekarang,
kepalaku bisa meledak."
Tidak, jangan
pernah berpikir untuk tertawa.
"Apa
enggak mungkin ... bagimu untuk mengambil cuti?"
"Aku
rasa bosku akan memarahiku jika aku melakukan itu, jadi sebaiknya aku
beristirahat sebelum pergi bekerja."
"Betapa
sulitnya."
Di
saat-saat ini, setiap kali dia mengeluh tentang perusahaan tempat dia bekerja,
Ito memiliki senyuman yang menunjukkan rasa sakit yang membunuhnya. Aku
yakin perutnya mau muntah.
Serius, aku
merasa kasihan sama rasa sakit yang dia alami di kepalanya, tetapi dia harus
mengubah penampilannya, karena tidak banyak waktu tersisa sampai kami pergi
bekerja, oleh karena itu, aku harus berbicara dengannya tentang sesuatu yang
menyenangkan untuk menghiburnya.
“Kamu enggak
tahu betapa cemasnya aku untuk hari Jumat. Aku mencari di internet untuk
beberapa informasi tentang toko spesialis craft beer dan…”
"Maaf…"
"Eh?"
“Tolong
jangan bicara tentang alkohol sekarang… hanya mengingat mabuk membuat kepalaku
semakin sakit…”
“Ba-bagaimana
bisa…?”
Karena aku
tidak memiliki banyak pengalaman dengan sakit kepala yang disebabkan oleh tekanan
atmosfer, aku tidak tahu sedikit pun tentang rasa sakit yang dialami Ito saat
ini, atau apa yang dapat memperburuknya, jadi lebih baik aku segera mengganti
topik pembicaraan.
"Mmm, kalo
begitu... bagaimana kalau kita mengingat kisah lama?"
"Jangan. Mengingat
hal-hal indah yang kita miliki di masa lalu saja membuat sakit kepalaku
bertambah.”
Dia
mengatakannya tanpa ragu-ragu.
"Sudah
beberapa jauh kamu di Eva?"
“Maaf, tapi
aku masih belum bisa melewati fase ketiga dan selain itu, aku enggak ingin
memikirkannya lagi. Permainan itu sangat sulit."
“Jatuhnya
pasar saham di Amerika Serikat mencapai rata-rata terendahnya…”
"Itu
sama sekali enggak lucu."
Sepertinya
dia menyadarinya. Bahkan, itu sangat cepat.
Aku tidak
berpikir sakit kepala Ito yang tiba-tiba adalah kebohongan.
Dia adalah cewek
yang sangat kuat, karena dia mencoba untuk mendapatkan kembali titik kehidupan
yang menghilangkan sakit kepalanya dengan mengejekku.
"Yah,
kalau begitu, cerita seperti apa yang ingin kamu bicarakan?"
Ito
menjawabku sambil memegangi kepalanya dengan berlebihan.
"Ceritakan
tentang hal-hal mesum."
“Hal-hal
mesum…?”
"Saat
kamu mendengarnya, katakan padaku sesuatu yang kotor yang akan membuat kepalaku
hilang, katakan padaku sesuatu yang belum pernah kamu ceritakan kepada siapa
pun sebelumnya."
Hal-hal apa
yang dia katakan di toko roti di pagi hari?
"Ah,
itu benar. Kamu tahu Fuyu-kun, aku ingin mendengar fetish mesummu. Aku
berjanji padamu jika kamu memberitahuku, sakit kepalaku akan hilang."
Setidaknya
sekarang dia tertawa kecil.
Meskipun
kami sedang berada di toko roti di pagi seperti ini, aku mencoba berpura-pura kalau
apa yang dia tanyakan kepadaku tidak gila jadi aku juga tertawa.
Bukankah sikapnya
jauh lebih mesum?
Namun, jika
aku menghindari pertanyaannya, aku tidak tahu bagaimana aku bisa mengatasi ekspresi
kekecewaannya. Terutama, harga diriku tidak akan membiarkanku melarikan
diri. Oleh karena itu, jika aku berperilaku menyedihkan, dia akan
menentangku selamanya dan aku akan dicap sebagai orang yang tidak berpengalaman
olehnya.
Jadi, aku
menatap mata Ito dengan serius dan menjawabnya.
“Fetishku
adalah laktasi erotis.”
"Apa--------"
Aku tahu
itu, aku membuat Ito tertawa, meski sebenarnya kemenangan itu miliknya.
“Bagaimana
kamu bisa seperti itu!? Ya Tuhan, lucunya! Apa kamu bodoh?"
"Kupikir
kamu memintaku untuk memberitahumu."
“Aku enggak
pernah benar-benar mengira kamu akan memberitahuku… dan terlebih lagi kamu
mengatakannya di toko roti pagi-pagi hari pula. Pada akhirnya, kamu orang aneh
Fuyu-kun."
Mungkin
berhasil memberitahunya sesuatu yang sangat memalukan tentangku atau mungkin
itu efek dari aspirin yang dia minum beberapa waktu lalu, karena wajah Ito
sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Karena
waktu berangkat kerja semakin dekat, kami memutuskan untuk meninggalkan toko
roti.
“Terimakasih
untuk semunya, Fuyu-kun. Maaf pesanku membuatmu bangun sepagi ini, Okay?"
"Jangan
khawatir, terkadang ada baiknya melakukan sesuatu di pagi hari."
Berkat roti
dan kopi yang enak, ditambah percakapan tak berarti yang kami lakukan,
sepertinya aku bisa melewati rapat pagi pertama yang membosankan di tempat
kerja tanpa rasa cemas.
Melihat
tidak ada orang di sekitar saat kami berjalan menuju gedung tempat kami bekerja,
Ito merendahkan suaranya dan berkata kepadaku.
"Nee,
nee, Fuyu-kun, bisakah aku memberitahumu sesuatu yang mesum?"
"Apa?"
"Haruskah
kita mencoba laktasi erotis lain kali?"
“Bisakah
kamu memberitahuku sesuatu yang lebih mesum? Itu akan bagus."
Setelah menyelesaikan
parodi paling menyedihkan yang pernah ada, Ito melebarkan matanya dan tertawa
dengan keras dalam keheningan. Aku yakin jika dia menyentuh bahuku
sekarang, dia akan mengolok-olokku dan mengatakan 'Kamu bodoh'.