Chapter 1 Part 2
***
Waktu berlalu dan waktu makan siang
tiba.
Saat guru kami meninggalkan kelas,
meja dipindahkan dan kelompok makan siang dibentuk.
Ketika aku mengeluarkan kotak makan
siang yang disiapkan ibuku untukku dari tasku, aku mendengar suara indah yang
terdengar seperti bel bergema di seluruh kelas.
"Permisi, apa kamu di sini,
Sasaki-kun?"
Begitu suara itu terdengar, ruang
kelas yang berisik menjadi sunyi.
Orang yang memiliki suara itu, yang
berdiri di pintu masuk kelas dengan penampilan yang mengesankan, sedang melihat
ke sekeliling kelas.
Akan berlebihan untuk mengatakan kalau
tidak ada seorang pun di sekolah yang tidak dapat mengenali gadis itu, tetapi
mengingat profesi yang dia lakukan, sangat sulit untuk keliru.
Dia adalah ketua OSIS, Iori Honjou, kakak
kelas.
“… Ah, kamu di sana.”
Setelah menemukan Osamu, Iori
Honjou----- sebut saja dia Iori karena namanya panjang------ menuju ke
arahnya. Banyak teman sekelas kami yang mencoba berdiri dari tempat duduk
mereka untuk berbicara dengannya, tetapi pada akhirnya mereka semua menyerah.
Ini karena aura dingin yang
dipancarkan Iori, yang membuat mereka merasa kewalahan dan alhasil, mereka
tidak dapat berbicara dengannya dengan benar.
Namun, bahkan gadis seperti dia
sedikit melunakkan ekspresinya setiap kali dia berada di depan Osamu.
"Kenapa kamu enggak segera datang
ketika aku memanggilmu?"
“… Ah, aku merasa itu akan
merepotkan.”
“Jangan katakan apapun Osamu-kun, apa
kamu mau ikut denganku? Dan bawa makan siangmu bersamamu.”
“Aku akan menggunakan hakku untuk
menolak-----”
“Ditolak.”
"Haaa..."
Osamu diberitahu kalau dia tidak punya
hak untuk menolak, jadi dia berdiri sambil menghela nafas panjang, setelah itu
Osamu melihat ke arah Ayana dan aku, tapi dalam situasi ini, Iori tidak bermaksud
agar aku tidak mematuhinya, jadi dia membawanya pergi dengan tenang.
Saat aku melihat punggung keduanya
meninggalkan ruang kelas, tiba-tiba, aku merasa seseorang sedang menatapku,
jadi aku mengalihkan pandanganku dan…
"... Ah~"
Orang yang memperhatikanku adalah
Ayana.
Dia melakukannya sambil memegang kotak
makan siangnya dan teman-temannya di sekitarnya tertawa dan
tersenyum. Ayana menatap mataku dengan tekad yang tak tergoyahkan
seolah-olah dia akan berkata, 'Aku nggak akan makan siang sampai kamu
mengundangku untuk makan bersamamu.'
Pada saat itu, dengan senyum lebar di
wajahnya, dia berlari ke arahku dan berkata.
"Ada apa, Towa-kun!?"
"Enggak, emm. Kamu mengerti,
kan?"
“Aku enggak akan tahu kalo kamu enggak
memberitahuku. Itu karna aku idiot."
Jika Ayana, yang selalu mendapat nilai
A di setiap ulangan, adalah seorang idiot, maka sebagian besar murid di kelas,
termasuk aku, adalah orang yang sangat idiot.
Aku berdiri dari tempat dudukku dan
meminjam kursi kosong di sebelahku untuk memberi ruang bagi Ayana untuk duduk.
"Sini, ayo kita makan siang
bersama."
"Ya♪"
Senyum indah itu pasti memikat setiap cowok
yang melihatnya.
(... Kekuatan penghancur itu terlalu
berbahaya.)
Aku akan hancur hanya dengan respons
ceria dan senyuman yang menarik perhatian siapapun.
Meskipun memahami dunia ini dan
bersumpah untuk tidak menghalangi mereka berdua, aku masih merasakan jantungku
berdebar ketika seseorang seperti dia tersenyum padaku seperti itu.
"Ada apa?"
"Engga ada. Kita makan siang
aja, oke?"
Dan akhirnya, aku mulai makan siang
bersama Ayana.
"Itu benar, kemarin------"
"Huh? Mungkin------”
Aku sedang makan siang sambil
mengobrol dengannya, tapi selain gadis di depanku, aku mendapati diriku
memikirkan Iori sekarang.
(Iori Honjou… Dia adalah Heroine
senpai yang tak setia.)
Ya, Iori juga salah satu heroine di
dunia ini.
Aku tidak tahu bagaimana atau mengapa
dia menyukai Osamu, tapi meski begitu, ketua OSIS yang dingin dan cantik itu
mengakuinya sebagai teman yang tiada tara, tetapi begitu cerita asli game
dimulai, perasaannya harus berubah menjadi cinta.
Namun, pada akhirnya, dia menyerah dengan
perselingkuhan, sehingga skenario Eroge menjadi agak rumit lagi.
(Aku yakin dia akan kuliah dan bergabung dengan Yarisa. Itu tipikal eroge.)
Di dalam game eroge di mana dia masuk
ke Yarisa dan akhirnya diperkosa.
Dia masuk tanpa menyadari kalau itu
adalah lingkaran yang sangat berbahaya, jadi untuk menyambutnya, mereka
mengundangnya ke sebuah pesta dan di dalamnya, mereka memaksanya untuk minum
alkohol dalam jumlah yang cukup banyak sampai dia tertidur dan saat
melakukannya mereka memperkosanya.
Ada banyak hal yang ingin aku katakan,
seperti kau harus berhati-hati dan menyelidiki lingkaran itu terlebih dahulu,
tetapi pada dasarnya heroine eroge cenderung kehilangan beberapa sekrup dari
kepala mereka, jadi semuanya menjadi sia-sia pada akhirnya.
"............?"
Ketika aku memilah semua informasi
tentang Iori di pikiranku, aku merasakan sesuatu menyentuh kakiku, jadi aku
sedikit menundukkan kepala.
"Ayana?"
"… Hehehe."
Ayana melepas sepatu dalam ruangannya dan meletakkan kakinya di atas kakiku.
Itu sedikit menggelitikku dan pada saat yang sama aku merasa malu diperlakukan seperti itu di tengah kelas.
Karena dia melakukannya di bawah meja,
teman-teman sekelasku yang lain tidak peduli mereka hanya terlihat oleh Ayana
dan aku.
(… Kenapa Ayana… bertindak begitu
provokatif…?)
Cara dia menatapku agak bergairah...
Aku tidak tahu apakah harus menyebut ini terlihat bergairah karena aku tidak
mengenalnya dengan baik, tapi meski begitu, pasti ada makna dalam tatapan itu
saat dia menyentuh kakiku di saat yang bersamaan.
“… Ayana?”
"Ya. katakan saja ♪”
Begitu aku berbicara dengannya, Ayana
mencondongkan tubuhnya untuk sedikit menutup jarak kami.
Di antara kami ada dua meja, jadi kami
tidak bisa mendekat, namun, jika aku mengulurkan tanganku sedikit, aku bisa
menyentuh pipinya.
“… Makan siangmu terlihat enak.”
"Eh? Makan siangku?"
Agak sulit bagi kami untuk saling menatap.
Tentu saja, aku tidak keberatan gadis
cantik seperti Ayana menatap wajahku, tapi bagaimanapun juga, itu akan menarik
perhatian seluruh kelas dan aku mungkin akan membuat Osamu merasa tidak enak tentang
ini, jadi aku memaksakan diri untuk membuat topik pembicaraan apapun.
"Apa kamu ingin mencobanya?"
"Apa kamu yakin?"
"Tentu saja."
Dia memberiku kotak makan siangnya dan
aku memutuskan untuk makan telur dadar.
Ini juga merupakan adegan dari
game. Hal ini terlihat kalau Ayana membuat makan siangnya sendiri dan
terkadang membuatkannya untuk Osamu juga.
Oleh karena itu, makan siang ini telah
disiapkan oleh tangan Ayana sendiri.
“*Nyam* … *nyam* …
ya, enak.”
“Terima kasih banyak♪”
Telur dadarnya cukup manis dan pas
untuk seleraku.
"Apa kamu ingin aku membuatkanmu
makan siang, Towa-kun?"
"Kamu seius?"
Bagi Cowok SMA, makan siang yang
disiapkan oleh tangan seorang gadis seperti mimpi.
Aku juga tergoda oleh mimpi itu, yang
kini berada dalam genggamanku dan membuat hatiku sedikit goyah, tapi meski
begitu, aku menolak sambil menggelengkan kepala.
“Aku akan menolak tawaran
itu. Saat ini, ibuku sepertinya senang membuatkanku makan siang setiap
hari. Terlebih lagi, dia mengatakan padaku kalo dia suka membuatnya.”
Alasan utama mengapa aku menolak tawarannya
adalah karena Osamu.
"… Begitu. Aku sedikit
kecewa, tapi kurasa aku nggak bisa mengalahkan rasa makan siangku."
“Makan siangmu pasti sangat enak. Aku
ingin kamu mengundangku kapanpun kalo memungkinkan.”
Apa yang aku katakan sepenuhnya benar.
Kemudian, setelah Ayana memikirkan
sesuatu, dia membisikkan hal ini padaku.
“Jika itu masalahnya, tolong beri tahu
aku kapan saja. Demi Tuanku, aku akan selalu siap♪.”
"… Tuanku?"
Tuan mana...?
Entah dia tahu hal bodoh yang baru
saja dia katakan atau tidak, pipinya memerah dan terus berbicara meskipun aku
agak bingung.
"Tuanku adalah tuanku. Aku
akan selalu ada untukmu, bahkan jika kamu ingin makan siangku atau kamu ingin
memakanku… Yey♪”
“……….”
Aku tidak berpura-pura terlalu muda
untuk tidak mengetahui arti dari kata-kata yang baru saja dia ucapkan.
Ketika aku mendengar kata-kata itu
keluar dari mulut Ayana, aku merasa dia terlihat sangat menarik, dan ketika aku
memikirkan dia menyentuh tubuhku, aku merasa kami memiliki hubungan khusus.
(... Tidak, tidak mungkin. Apakah itu
Towa Yukishiro? Mungkin dia mengatakan hal itu karena dia memang melakukan
sesuatu, kan!?)
Aku berteriak sangat keras di dalam
hatiku.
Pada akhirnya, Ayana kembali bersikap
normal, namun aku terpaksa memikirkannya sepanjang waktu.
***
Setelah jam makan siang berakhir, yang
harus kami lakukan adalah kelas olahraga.
"Bukankah sulit untuk melakukan olahraga
setelah makan siang?"
"Begitulah. Mereka harus
mempertimbangkannya…”
Karena ini setelah makan siang, aku
masih memiliki sisa makanan di perutku. Sejujurnya aku tidak ingin
melakukan olahraga sebagai kegiatan pertama di sore hari jika memungkinkan.
Meski begitu, mengeluh tentang jadwal
tidak akan membantu, jadi kami tidak punya pilihan selain melakukan kelas
dengan tenang.
"Yah, aku senang itu
menyenangkan."
Terutama, selama kelas olahraga, kami
berlatihan seperti lari, tetapi kami mengubah tempat dari halaman sekolah ke
gym karena kami akan melakukan olahraga di dalam ruangan.
Cowok dan cewek dipisahkan dengan
memasang jaring di tengah gym. Masing-masing kelompok bermain bola mereka sendiri dan itu membuat para murid senang.
"Dengan kata lain, kita punya
waktu satu jam untuk bersenang-senang!"
"Ini enggak akan menghiburku, tetapi
akan terasa seperti istirahat satu jam!"
Tidak semua orang di kelas begitu saja
bisa bermain bola, itu sebabnya mau tak mau akan ada beberapa kelompok yang
salah satunya terdiri dari mereka yang mampu secara fisik dan yang tidak.
"... Ayana."
"… Luar biasa."
Beberapa teman sekelasku sedang
bermain bola voli di lapangan, sedangkan Osamu duduk di sebelahku sebagai
bagian dari kelompok yang ingin istirahat.
Dia tidak menonton pertandingan cowok,
melainkan dia menonton gadis-gadis di sisi lain jaring.
(Yah, aku tidak tahu siapa yang dia
lihat.)
Dengan asumsi kalau Ayana lah yang dia
liat dan puji, tak perlu dikatakan kalau gadis-gadis lain cukup terampil secara
fisik karena itu bisa dilihat dari bermainnya… tidak, menurutku mereka terlalu
terampil.
Tentu saja, ada banyak siswi imut nan
cantik yang gayanya juga luar biasa, tetapi tidak perlu dikatakan lagi kalau yang
paling bersinar tidak lain adalah Ayana, yang sedang diperhatikan Osamu dengan
saksama.
"Apa kau begitu tertarik?"
“To-Towa…”
Aku mengatakannya sambil melingkarkan
lenganku di bahunya dengan erat.
Dia mungkin tidak akan menjawab apapun
untuk teman sekelas kami yang lain, tapi karena ini tentangku, Osamu mengangguk
tanpa mempedulikannya.
Meskipun menurutku dia cowok yang
penurut, dia tidak melakukan sesuatu yang kasar untuk menarik perhatian saat
melihat gadis-gadis di kelas… Yah, selain Osamu, ada banyak cowok yang sangat
senang melihat mereka.
"Serius, Ayana cantik nggak
peduli bagaimana kau melihatnya."
"… Ya, itu benar."
Saat dia mengangguk pada kata-kataku,
Osamu mengalihkan pandangannya kembali ke Ayana.
"... Wow."
Seperti dia, aku juga melihatnya lagi,
tetapi dengan melakukan itu aku mulai mengingat apa yang terjadi selama jam
makan siang.
Arti sebenarnya dari kata-kata dan
gerak-geriknya masih menjadi misteri, tapi dari sudut pandang orang awam saja,
Ayana benar-benar cantik dan hanya bisa dilihat sebagai gadis cantik.
Saat ini, dia sedang bermain basket
dengan teman-teman sekelasnya; Namun, hanya dengan menggerakkan tubuhnya,
payudaranya yang besar bergoyang dari satu sisi ke sisi lain, menarik perhatian
cowok, jadi bukan hanya Osamu, tapi yang lainnya, yang terobsesi dengan situasi
seperti itu.
"Wow..."
Wajah Osamu memerah dan dia tidak
memalingkan muka meskipun dia malu.
Melihatnya seperti ini, aku tersenyum
dan berbisik di telinganya…
"Cupnya apa Ayana, ya?"
“Mmm… Eh!?”
"Hahaha kau sangat
terkejut."
Wajah yang dibuat Osamu sangat lucu
karena pertanyaan tiba-tiba yang kutanyakan padanya, jadi aku melepaskannya dan
mulai tertawa.
Mengingat tidak ada gadis di sekitar kami,
kami bisa melakukan pertanyaan semacam ini ... Yah, terlepas dari Towa
membicarakan hal ini dengan Osamu, aku adalah pemilik tubuh ini sekarang, jadi
lelucon semacam ini harus diizinkan.
“Mmm… Towa, apa kau melihat Ayana
seperti itu juga?”
"Hah?"
Apa itu berarti apapun yang kulakukan,
aku akan selalu melihat Ayana?
Itu mungkin maksud di balik kata-kata
Osamu, tapi aku juga cowok. Bahkan jika aku tidak melihat gadis-gadis
dengan cara yang begitu jelas dan mesum, bukan berarti aku tidak memikirkan
semua itu di dalam diriku.
“Kau tahu kalo aku juga cowok,
kan? Aku yakin orang lain melakukan hal yang sama."
“Aku mengerti… itu benar. Nggak
ada yang salah dengan itu."
Ya, tidak ada yang salah dengan itu.
Sambil mendengarkan suara heboh cowok-cowok
dan cewek, Osamu dan aku terus melihat Ayana bermain basket.
"Ayana!"
"Ya!"
Dia menerima bola dari rekan setimnya
dan saat dia menciptakan gerakan yang indah, dia menembak dan mencetak gol
dengan indah.
Rekan satu timnya berkumpul di
sekelilingnya untuk merayakan skornya, namun Ayana menatap Osamu dan aku.
"Ah..."
"Dia melambai ke kita."
Dia seharusnya balas melambai, tapi
Osamu merasa malu karena dia tahu dia sedang melihatnya, jadi dia menunduk dan menghela
nafas kecil.
"Setidaknya balas salamnya dengan
melambaikan tanganmu."
“… Y-ya.”
Osamu kemudian dengan malu-malu
melambaikan tangannya dan aku memberi isyarat agar Ayana melakukan hal yang
sama.
Itu membuatnya semakin tersenyum dan
setelah dia mengatakan sesuatu kepada rekan satu timnya, dia mendekati kami.
Tampaknya, hal itu terjadi karena dia melakukan
pergantian dengan rekan setimnya, jadi dia akan beristirahat bersama kami.
"Terima kasih atas kerja kerasmu
Ayana. Sekarang kamu mau istirahat?"
"Ya. Aku rasa aku akan
menyerahkan sisanya kepada mereka."
Mengatakan hal itu, Ayana berjalan ke
jaring, menaikkannya, dan berjalan ke tempat kami, lalu duduk di antara Osamu
dan aku.
Tidak ada masalah bagi Ayana untuk
datang ke sisi cowok, karena kelas olahraga di gym akan segera berakhir, juga
jumlah cowok dan cewek yang berpindah dari satu sisi ke sisi lain semakin
banyak.
“Hei, Osamu~! Kamu belum
melakukan olahraga, jadi lakukan sekarang!”
Mendengar apa yang dikatakan Ayana dan
mungkin berpikir kalau itu tidak baik untuk tidak menggerakkan tubuhnya, Osamu
mengangguk diam-diam, berdiri untuk membuatnya pergi ke lapangan dan berbalik
untuk melihat kami dengan sedih.
"Ayolah, sedikit aja, jadi
lakukan yang terbaik."
"Tepat. Lakukan sedikit olahraga
dan selesai."
"… Oke."
Aku tersenyum kecut melihat
keengganannya, lalu Ayana dan aku sama-sama melihatnya saat dia berjalan ke lapangan.
Setelah itu, Ayana berada di sisiku
sebentar sampai kelas olahraga selesai, tapi… aku melihat wajahnya dan…
(... Gadis ini benar-benar memiliki
wajah yang cantik)
Hal yang sama terjadi di pagi hari,
meskipun ada saat-saat ketika aku memikirkan kata 'cinta' yang dia katakan
padaku, Ayana memiliki pesona yang membuatku berpikir kalau apa yang dia
katakan padaku tidak masalah.
Setelah dia berolahraga, penampilan
rambutnya yang menempel di kulitnya karena keringat tampak sangat glamor dan
entah bagaimana, aku merasa kalau Ayana mengeluarkan aroma yang harum.
"Ada apa?"
"… Itu."
Seperti yang diharapkan, karena kami
sangat dekat satu sama lain, dia akan memperhatikanku meskipun aku diam-diam
menatapnya.
Tidak tahu harus berkata apa, aku
mengatakan hal pertama yang terlintas dalam pikiran.
“Kamu terlihat sangat seksi saat kamu
berkeringat Ayana… selain itu, menurutku kamu juga harum.”
Aku mengatakan kepadanya apa yang aku
rasakan dari lubuk hatiku, tapi… yang mengejutkanku adalah aku tetap tenang dan
tidak panik.
Ayana terkejut sesaat, bahunya sedikit
gemetar dan dia menatapku dengan penuh arti sambil tertawa.
"Apa kamu ingin menciumku?"
Dia mengatakan itu sambil mengurai
rambut hitam panjangnya dan menunjukkan tengkuknya padaku.
Seorang gadis normal mungkin akan
membenci apa yang aku katakan karena dia tidak ingin aku mencium aroma yang dia
keluarkan setelah berolahraga, tapi Ayana sepertinya tidak keberatan sama
sekali… Tidak, pipinya memerah, jadi mungkin dia khawatir tentang itu.
“……….”
Aku tidak berharap untuk menerima tawaran
seperti itu, namun, bel baru saja berbunyi untuk memberitahu kami kalau kelas
olahraga telah berakhir, yang menyelamatkanku karena aku membeku tanpa tahu
harus berbuat apa.
Namun, Ayana menatapku sebentar,
menggumamkan beberapa kata dengan menyesal, dan menurunkan rambutnya.
"Ada apa?"
"Eng-enggak ada apa-apa."
Aku menjawab seperti itu sambil
mencoba untuk tidak membiarkan Osamu mengetahui kalau aku bingung, jadi aku
kembali ke kelas berjalan menjauh dari mereka berdua... Aku merasa seperti
menyadari sekali lagi betapa menakjubkannya Ayana, karena setiap gerakan yang
dia lakukan, membuat jantungku berdetak lebih cepat.
(… Aku benar-benar memiliki banyak hal
untuk dipikirkan, tapi… Ayana terlalu erotis.)
Kesan yang tak pernah bisa katakan
padanya secara langsung meresap ke dalam pikiranku.
Ini pendapatku murni sebagai pemain
dan bukan sebagai Towa. Sekarang, melihat Ayana, tidak ada yang bisa
memikirkan kata lain selain apa yang baru saja aku pikirkan.
Wajar jika dia erotis karena dia
adalah heroine dari sebuah game eroge... Bukan erotis yang muncul setelah diperbuat
oleh tangan seseorang, melainkan erotis yang terpancar dari dirinya sendiri, dan
sulit untuk memilih mana di antara keduanya yang terbaik.
“… Apa yang aku pikirkan?”
Tetapi di satu sisi aku tidak bisa
tidak memikirkannya karena aku juga cowok.
Setelah semua itu dan kelas olahraga
berakhir, kami kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran sementara aku
sangat mengantuk dan bisa saja kehilangan kesadaran kapan saja.
Setelah bertahan, entah bagaimana
tidak tertidur selama sisa kelas, sudah waktunya untuk pulang------- tetapi
dalam arti tertentu, sebuah peristiwa akan terungkap seolah-olah sedang
menungguku.
"Hei, apa dia mengincar
Sasaki?"
Aku mendengar suara seperti itu.