Ads 728x90

Eroge no Heroine Volume 1 Chapter 1 Part 2

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 1 Part 2


***


Waktu berlalu dan waktu makan siang tiba.


Saat guru kami meninggalkan kelas, meja dipindahkan dan kelompok makan siang dibentuk.


Ketika aku mengeluarkan kotak makan siang yang disiapkan ibuku untukku dari tasku, aku mendengar suara indah yang terdengar seperti bel bergema di seluruh kelas.


"Permisi, apa kamu di sini, Sasaki-kun?"


Begitu suara itu terdengar, ruang kelas yang berisik menjadi sunyi.


Orang yang memiliki suara itu, yang berdiri di pintu masuk kelas dengan penampilan yang mengesankan, sedang melihat ke sekeliling kelas.


Akan berlebihan untuk mengatakan kalau tidak ada seorang pun di sekolah yang tidak dapat mengenali gadis itu, tetapi mengingat profesi yang dia lakukan, sangat sulit untuk keliru.


Dia adalah ketua OSIS, Iori Honjou, kakak kelas.


“… Ah, kamu di sana.”


Setelah menemukan Osamu, Iori Honjou----- sebut saja dia Iori karena namanya panjang------ menuju ke arahnya. Banyak teman sekelas kami yang mencoba berdiri dari tempat duduk mereka untuk berbicara dengannya, tetapi pada akhirnya mereka semua menyerah.


Ini karena aura dingin yang dipancarkan Iori, yang membuat mereka merasa kewalahan dan alhasil, mereka tidak dapat berbicara dengannya dengan benar.


Namun, bahkan gadis seperti dia sedikit melunakkan ekspresinya setiap kali dia berada di depan Osamu.


"Kenapa kamu enggak segera datang ketika aku memanggilmu?" 


“… Ah, aku merasa itu akan merepotkan.”


“Jangan katakan apapun Osamu-kun, apa kamu mau ikut denganku? Dan bawa makan siangmu bersamamu.”


“Aku akan menggunakan hakku untuk menolak-----”


“Ditolak.”


"Haaa..."


Osamu diberitahu kalau dia tidak punya hak untuk menolak, jadi dia berdiri sambil menghela nafas panjang, setelah itu Osamu melihat ke arah Ayana dan aku, tapi dalam situasi ini, Iori tidak bermaksud agar aku tidak mematuhinya, jadi dia membawanya pergi dengan tenang.


Saat aku melihat punggung keduanya meninggalkan ruang kelas, tiba-tiba, aku merasa seseorang sedang menatapku, jadi aku mengalihkan pandanganku dan…


"... Ah~"


Orang yang memperhatikanku adalah Ayana.


Dia melakukannya sambil memegang kotak makan siangnya dan teman-temannya di sekitarnya tertawa dan tersenyum. Ayana menatap mataku dengan tekad yang tak tergoyahkan seolah-olah dia akan berkata, 'Aku nggak akan makan siang sampai kamu mengundangku untuk makan bersamamu.'


Pada saat itu, dengan senyum lebar di wajahnya, dia berlari ke arahku dan berkata.


"Ada apa, Towa-kun!?"


"Enggak, emm. Kamu mengerti, kan?"


“Aku enggak akan tahu kalo kamu enggak memberitahuku. Itu karna aku idiot."


Jika Ayana, yang selalu mendapat nilai A di setiap ulangan, adalah seorang idiot, maka sebagian besar murid di kelas, termasuk aku, adalah orang yang sangat idiot.


Aku berdiri dari tempat dudukku dan meminjam kursi kosong di sebelahku untuk memberi ruang bagi Ayana untuk duduk.


"Sini, ayo kita makan siang bersama."


"Ya♪"


Senyum indah itu pasti memikat setiap cowok yang melihatnya.


(... Kekuatan penghancur itu terlalu berbahaya.)


Aku akan hancur hanya dengan respons ceria dan senyuman yang menarik perhatian siapapun.


Meskipun memahami dunia ini dan bersumpah untuk tidak menghalangi mereka berdua, aku masih merasakan jantungku berdebar ketika seseorang seperti dia tersenyum padaku seperti itu.


"Ada apa?"


"Engga ada. Kita makan siang aja, oke?"


Dan akhirnya, aku mulai makan siang bersama Ayana.


"Itu benar, kemarin------"


"Huh? Mungkin------”


Aku sedang makan siang sambil mengobrol dengannya, tapi selain gadis di depanku, aku mendapati diriku memikirkan Iori sekarang.


(Iori Honjou… Dia adalah Heroine senpai yang tak setia.)


Ya, Iori juga salah satu heroine di dunia ini.


Aku tidak tahu bagaimana atau mengapa dia menyukai Osamu, tapi meski begitu, ketua OSIS yang dingin dan cantik itu mengakuinya sebagai teman yang tiada tara, tetapi begitu cerita asli game dimulai, perasaannya harus berubah menjadi cinta.


Namun, pada akhirnya, dia menyerah dengan perselingkuhan, sehingga skenario Eroge menjadi agak rumit lagi.


(Aku yakin dia akan kuliah dan bergabung dengan Yarisa. Itu tipikal eroge.)


Di dalam game eroge di mana dia masuk ke Yarisa dan akhirnya diperkosa.


Dia masuk tanpa menyadari kalau itu adalah lingkaran yang sangat berbahaya, jadi untuk menyambutnya, mereka mengundangnya ke sebuah pesta dan di dalamnya, mereka memaksanya untuk minum alkohol dalam jumlah yang cukup banyak sampai dia tertidur dan saat melakukannya mereka memperkosanya.


Ada banyak hal yang ingin aku katakan, seperti kau harus berhati-hati dan menyelidiki lingkaran itu terlebih dahulu, tetapi pada dasarnya heroine eroge cenderung kehilangan beberapa sekrup dari kepala mereka, jadi semuanya menjadi sia-sia pada akhirnya.


"............?"


Ketika aku memilah semua informasi tentang Iori di pikiranku, aku merasakan sesuatu menyentuh kakiku, jadi aku sedikit menundukkan kepala.


"Ayana?"


"… Hehehe."


Ayana melepas sepatu dalam ruangannya dan meletakkan kakinya di atas kakiku.


[LN] Eroge no Heroine wo Netoru Otoko ni Tensei Shitaga, Ore wa Zettai ni Netoranai Volume 1 Chapter 1


Itu sedikit menggelitikku dan pada saat yang sama aku merasa malu diperlakukan seperti itu di tengah kelas.


Karena dia melakukannya di bawah meja, teman-teman sekelasku yang lain tidak peduli mereka hanya terlihat oleh Ayana dan aku.


(… Kenapa Ayana… bertindak begitu provokatif…?)


Cara dia menatapku agak bergairah... Aku tidak tahu apakah harus menyebut ini terlihat bergairah karena aku tidak mengenalnya dengan baik, tapi meski begitu, pasti ada makna dalam tatapan itu saat dia menyentuh kakiku di saat yang bersamaan.


“… Ayana?”


"Ya. katakan saja ♪” 


Begitu aku berbicara dengannya, Ayana mencondongkan tubuhnya untuk sedikit menutup jarak kami.


Di antara kami ada dua meja, jadi kami tidak bisa mendekat, namun, jika aku mengulurkan tanganku sedikit, aku bisa menyentuh pipinya.


“… Makan siangmu terlihat enak.”


"Eh? Makan siangku?"


Agak sulit bagi kami untuk saling menatap.


Tentu saja, aku tidak keberatan gadis cantik seperti Ayana menatap wajahku, tapi bagaimanapun juga, itu akan menarik perhatian seluruh kelas dan aku mungkin akan membuat Osamu merasa tidak enak tentang ini, jadi aku memaksakan diri untuk membuat topik pembicaraan apapun.


"Apa kamu ingin mencobanya?"


"Apa kamu yakin?"


"Tentu saja."


Dia memberiku kotak makan siangnya dan aku memutuskan untuk makan telur dadar.


Ini juga merupakan adegan dari game. Hal ini terlihat kalau Ayana membuat makan siangnya sendiri dan terkadang membuatkannya untuk Osamu juga.


Oleh karena itu, makan siang ini telah disiapkan oleh tangan Ayana sendiri.


*Nyam* … *nyam* … ya, enak.”


“Terima kasih banyak♪”


Telur dadarnya cukup manis dan pas untuk seleraku.


"Apa kamu ingin aku membuatkanmu makan siang, Towa-kun?"


"Kamu seius?"


Bagi Cowok SMA, makan siang yang disiapkan oleh tangan seorang gadis seperti mimpi.


Aku juga tergoda oleh mimpi itu, yang kini berada dalam genggamanku dan membuat hatiku sedikit goyah, tapi meski begitu, aku menolak sambil menggelengkan kepala.


“Aku akan menolak tawaran itu. Saat ini, ibuku sepertinya senang membuatkanku makan siang setiap hari. Terlebih lagi, dia mengatakan padaku kalo dia suka membuatnya.”


Alasan utama mengapa aku menolak tawarannya adalah karena Osamu.


"… Begitu. Aku sedikit kecewa, tapi kurasa aku nggak bisa mengalahkan rasa makan siangku."


“Makan siangmu pasti sangat enak. Aku ingin kamu mengundangku kapanpun kalo memungkinkan.”


Apa yang aku katakan sepenuhnya benar.


Kemudian, setelah Ayana memikirkan sesuatu, dia membisikkan hal ini padaku.


“Jika itu masalahnya, tolong beri tahu aku kapan saja. Demi Tuanku, aku akan selalu siap♪.”


"… Tuanku?"


Tuan mana...?


Entah dia tahu hal bodoh yang baru saja dia katakan atau tidak, pipinya memerah dan terus berbicara meskipun aku agak bingung.


"Tuanku adalah tuanku. Aku akan selalu ada untukmu, bahkan jika kamu ingin makan siangku atau kamu ingin memakanku… Yey♪”


“……….”


Aku tidak berpura-pura terlalu muda untuk tidak mengetahui arti dari kata-kata yang baru saja dia ucapkan.


Ketika aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Ayana, aku merasa dia terlihat sangat menarik, dan ketika aku memikirkan dia menyentuh tubuhku, aku merasa kami memiliki hubungan khusus.


(... Tidak, tidak mungkin. Apakah itu Towa Yukishiro? Mungkin dia mengatakan hal itu karena dia memang melakukan sesuatu, kan!?)


Aku berteriak sangat keras di dalam hatiku.


Pada akhirnya, Ayana kembali bersikap normal, namun aku terpaksa memikirkannya sepanjang waktu.


***


Setelah jam makan siang berakhir, yang harus kami lakukan adalah kelas olahraga.


"Bukankah sulit untuk melakukan olahraga setelah makan siang?"


"Begitulah. Mereka harus mempertimbangkannya…”


Karena ini setelah makan siang, aku masih memiliki sisa makanan di perutku. Sejujurnya aku tidak ingin melakukan olahraga sebagai kegiatan pertama di sore hari jika memungkinkan.


Meski begitu, mengeluh tentang jadwal tidak akan membantu, jadi kami tidak punya pilihan selain melakukan kelas dengan tenang.


"Yah, aku senang itu menyenangkan."


Terutama, selama kelas olahraga, kami berlatihan seperti lari, tetapi kami mengubah tempat dari halaman sekolah ke gym karena kami akan melakukan olahraga di dalam ruangan.


Cowok dan cewek dipisahkan dengan memasang jaring di tengah gym. Masing-masing kelompok bermain bola mereka sendiri dan itu membuat para murid senang.


"Dengan kata lain, kita punya waktu satu jam untuk bersenang-senang!"


"Ini enggak akan menghiburku, tetapi akan terasa seperti istirahat satu jam!"


Tidak semua orang di kelas begitu saja bisa bermain bola, itu sebabnya mau tak mau akan ada beberapa kelompok yang salah satunya terdiri dari mereka yang mampu secara fisik dan yang tidak.


"... Ayana."


"… Luar biasa."


Beberapa teman sekelasku sedang bermain bola voli di lapangan, sedangkan Osamu duduk di sebelahku sebagai bagian dari kelompok yang ingin istirahat.


Dia tidak menonton pertandingan cowok, melainkan dia menonton gadis-gadis di sisi lain jaring.


(Yah, aku tidak tahu siapa yang dia lihat.)


Dengan asumsi kalau Ayana lah yang dia liat dan puji, tak perlu dikatakan kalau gadis-gadis lain cukup terampil secara fisik karena itu bisa dilihat dari bermainnya… tidak, menurutku mereka terlalu terampil.


Tentu saja, ada banyak siswi imut nan cantik yang gayanya juga luar biasa, tetapi tidak perlu dikatakan lagi kalau yang paling bersinar tidak lain adalah Ayana, yang sedang diperhatikan Osamu dengan saksama.


"Apa kau begitu tertarik?"


“To-Towa…”


Aku mengatakannya sambil melingkarkan lenganku di bahunya dengan erat.


Dia mungkin tidak akan menjawab apapun untuk teman sekelas kami yang lain, tapi karena ini tentangku, Osamu mengangguk tanpa mempedulikannya.


Meskipun menurutku dia cowok yang penurut, dia tidak melakukan sesuatu yang kasar untuk menarik perhatian saat melihat gadis-gadis di kelas… Yah, selain Osamu, ada banyak cowok yang sangat senang melihat mereka.


"Serius, Ayana cantik nggak peduli bagaimana kau melihatnya."


"… Ya, itu benar."


Saat dia mengangguk pada kata-kataku, Osamu mengalihkan pandangannya kembali ke Ayana.


"... Wow."


Seperti dia, aku juga melihatnya lagi, tetapi dengan melakukan itu aku mulai mengingat apa yang terjadi selama jam makan siang.


Arti sebenarnya dari kata-kata dan gerak-geriknya masih menjadi misteri, tapi dari sudut pandang orang awam saja, Ayana benar-benar cantik dan hanya bisa dilihat sebagai gadis cantik.


Saat ini, dia sedang bermain basket dengan teman-teman sekelasnya; Namun, hanya dengan menggerakkan tubuhnya, payudaranya yang besar bergoyang dari satu sisi ke sisi lain, menarik perhatian cowok, jadi bukan hanya Osamu, tapi yang lainnya, yang terobsesi dengan situasi seperti itu.


"Wow..."


Wajah Osamu memerah dan dia tidak memalingkan muka meskipun dia malu.


Melihatnya seperti ini, aku tersenyum dan berbisik di telinganya…


"Cupnya apa Ayana, ya?"


“Mmm… Eh!?”


"Hahaha kau sangat terkejut."


Wajah yang dibuat Osamu sangat lucu karena pertanyaan tiba-tiba yang kutanyakan padanya, jadi aku melepaskannya dan mulai tertawa.


Mengingat tidak ada gadis di sekitar kami, kami bisa melakukan pertanyaan semacam ini ... Yah, terlepas dari Towa membicarakan hal ini dengan Osamu, aku adalah pemilik tubuh ini sekarang, jadi lelucon semacam ini harus diizinkan.


“Mmm… Towa, apa kau melihat Ayana seperti itu juga?”


"Hah?"


Apa itu berarti apapun yang kulakukan, aku akan selalu melihat Ayana?


Itu mungkin maksud di balik kata-kata Osamu, tapi aku juga cowok. Bahkan jika aku tidak melihat gadis-gadis dengan cara yang begitu jelas dan mesum, bukan berarti aku tidak memikirkan semua itu di dalam diriku.


“Kau tahu kalo aku juga cowok, kan? Aku yakin orang lain melakukan hal yang sama."


“Aku mengerti… itu benar. Nggak ada yang salah dengan itu."


Ya, tidak ada yang salah dengan itu.


Sambil mendengarkan suara heboh cowok-cowok dan cewek, Osamu dan aku terus melihat Ayana bermain basket.


"Ayana!"


"Ya!"


Dia menerima bola dari rekan setimnya dan saat dia menciptakan gerakan yang indah, dia menembak dan mencetak gol dengan indah.


Rekan satu timnya berkumpul di sekelilingnya untuk merayakan skornya, namun Ayana menatap Osamu dan aku.


"Ah..."


"Dia melambai ke kita."


Dia seharusnya balas melambai, tapi Osamu merasa malu karena dia tahu dia sedang melihatnya, jadi dia menunduk dan menghela nafas kecil.


"Setidaknya balas salamnya dengan melambaikan tanganmu."


“… Y-ya.”


Osamu kemudian dengan malu-malu melambaikan tangannya dan aku memberi isyarat agar Ayana melakukan hal yang sama.


Itu membuatnya semakin tersenyum dan setelah dia mengatakan sesuatu kepada rekan satu timnya, dia mendekati kami.


Tampaknya, hal itu terjadi karena dia melakukan pergantian dengan rekan setimnya, jadi dia akan beristirahat bersama kami.


"Terima kasih atas kerja kerasmu Ayana. Sekarang kamu mau istirahat?"


"Ya. Aku rasa aku akan menyerahkan sisanya kepada mereka."


Mengatakan hal itu, Ayana berjalan ke jaring, menaikkannya, dan berjalan ke tempat kami, lalu duduk di antara Osamu dan aku.


Tidak ada masalah bagi Ayana untuk datang ke sisi cowok, karena kelas olahraga di gym akan segera berakhir, juga jumlah cowok dan cewek yang berpindah dari satu sisi ke sisi lain semakin banyak.


“Hei, Osamu~! Kamu belum melakukan olahraga, jadi lakukan sekarang!”


Mendengar apa yang dikatakan Ayana dan mungkin berpikir kalau itu tidak baik untuk tidak menggerakkan tubuhnya, Osamu mengangguk diam-diam, berdiri untuk membuatnya pergi ke lapangan dan berbalik untuk melihat kami dengan sedih.


"Ayolah, sedikit aja, jadi lakukan yang terbaik."


"Tepat. Lakukan sedikit olahraga dan selesai."


"… Oke."


Aku tersenyum kecut melihat keengganannya, lalu Ayana dan aku sama-sama melihatnya saat dia berjalan ke lapangan.


Setelah itu, Ayana berada di sisiku sebentar sampai kelas olahraga selesai, tapi… aku melihat wajahnya dan…


(... Gadis ini benar-benar memiliki wajah yang cantik)


Hal yang sama terjadi di pagi hari, meskipun ada saat-saat ketika aku memikirkan kata 'cinta' yang dia katakan padaku, Ayana memiliki pesona yang membuatku berpikir kalau apa yang dia katakan padaku tidak masalah.


Setelah dia berolahraga, penampilan rambutnya yang menempel di kulitnya karena keringat tampak sangat glamor dan entah bagaimana, aku merasa kalau Ayana mengeluarkan aroma yang harum.


"Ada apa?"


"… Itu."


Seperti yang diharapkan, karena kami sangat dekat satu sama lain, dia akan memperhatikanku meskipun aku diam-diam menatapnya.


Tidak tahu harus berkata apa, aku mengatakan hal pertama yang terlintas dalam pikiran.


“Kamu terlihat sangat seksi saat kamu berkeringat Ayana… selain itu, menurutku kamu juga harum.” 


Aku mengatakan kepadanya apa yang aku rasakan dari lubuk hatiku, tapi… yang mengejutkanku adalah aku tetap tenang dan tidak panik.


Ayana terkejut sesaat, bahunya sedikit gemetar dan dia menatapku dengan penuh arti sambil tertawa.


"Apa kamu ingin menciumku?"


Dia mengatakan itu sambil mengurai rambut hitam panjangnya dan menunjukkan tengkuknya padaku.


Seorang gadis normal mungkin akan membenci apa yang aku katakan karena dia tidak ingin aku mencium aroma yang dia keluarkan setelah berolahraga, tapi Ayana sepertinya tidak keberatan sama sekali… Tidak, pipinya memerah, jadi mungkin dia khawatir tentang itu.


“……….”


Aku tidak berharap untuk menerima tawaran seperti itu, namun, bel baru saja berbunyi untuk memberitahu kami kalau kelas olahraga telah berakhir, yang menyelamatkanku karena aku membeku tanpa tahu harus berbuat apa.


Namun, Ayana menatapku sebentar, menggumamkan beberapa kata dengan menyesal, dan menurunkan rambutnya.


"Ada apa?"


"Eng-enggak ada apa-apa."


Aku menjawab seperti itu sambil mencoba untuk tidak membiarkan Osamu mengetahui kalau aku bingung, jadi aku kembali ke kelas berjalan menjauh dari mereka berdua... Aku merasa seperti menyadari sekali lagi betapa menakjubkannya Ayana, karena setiap gerakan yang dia lakukan, membuat jantungku berdetak lebih cepat.


(… Aku benar-benar memiliki banyak hal untuk dipikirkan, tapi… Ayana terlalu erotis.)


Kesan yang tak pernah bisa katakan padanya secara langsung meresap ke dalam pikiranku.


Ini pendapatku murni sebagai pemain dan bukan sebagai Towa. Sekarang, melihat Ayana, tidak ada yang bisa memikirkan kata lain selain apa yang baru saja aku pikirkan.


Wajar jika dia erotis karena dia adalah heroine dari sebuah game eroge... Bukan erotis yang muncul setelah diperbuat oleh tangan seseorang, melainkan erotis yang terpancar dari dirinya sendiri, dan sulit untuk memilih mana di antara keduanya yang terbaik.


“… Apa yang aku pikirkan?”


Tetapi di satu sisi aku tidak bisa tidak memikirkannya karena aku juga cowok.


Setelah semua itu dan kelas olahraga berakhir, kami kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran sementara aku sangat mengantuk dan bisa saja kehilangan kesadaran kapan saja.


Setelah bertahan, entah bagaimana tidak tertidur selama sisa kelas, sudah waktunya untuk pulang------- tetapi dalam arti tertentu, sebuah peristiwa akan terungkap seolah-olah sedang menungguku.


"Hei, apa dia mengincar Sasaki?"


Aku mendengar suara seperti itu.


Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset