Chapter 13 –
Beginilah caraku hidup.
"Aku pulang."
Sesampainya di rumah, ibuku sedang bersih-bersih karena sudah lewat jam makan siang. Dia menatapku terkejut dan berkata, "Kamu pulang lebih awal," tetapi aku gak ingin dia khawatir, jadi aku berkata, "Ini sudah rencananya."
Meski itu kencan, aku pulang sore dan itu gak sesuai dengan rencanaku.
Saat sore ibu akan pergi sebentar untuk menjadi agen, jadi dia enggak membicarakannya lebih jauh.
Sepertinya Uzuki sedang mengunjungi rumah teman saat ini, dan ayah belum pulang kerja.
Aku berjalan melewatinya dan kembali ke kamarku.
Aku melepas baju yang dipinjamkan ibuku. Aku senang saat Satsuki-kun mengatakan itu cocok untukku. Meskipun aku ingin pakek baju yang sudah kupilih sendiri lain kali.
"Mungkin lain kali…"
Aku datang dua jam lebih awal untuk kencan, tapi entah kenapa, Satsuki-kun sudah ada di sana. Aku gugup dan itulah mengapa aku pergi lebih awal, tapi kondisi Satsuki-kun lebih buruk dariku.
Aku sangat gugup hingga aku gak bisa mengatakan apa-apa setiap saat. Aku bisa memikirkan hal-hal di dalam kepalaku, tetapi aku gak bisa mengungkapkan pikiran itu ke dalam kata-kata.
Aku mencoba yang terbaik sampai saat itu, tetapi ketika aku melihat Satsuki-kun di depanku, aku gak bisa menggerakkan tubuhku.
Aku mencoba untuk enggak melakukan kontak mata dengannya untuk setidaknya gak menatapnya, tetapi itu berarti aku gak bisa berinteraksi dengannya sama sekali. Aku juga gak mengatakan apa-apa, lalu Satsuki-kun khawatir dan mengusulkan agar kami pulang lebih awal…
Itu benar. Kalo aku nggak bergaul, Satsuki-kun juga akan mendapat masalah.
Tapi aku nggak ingin pulang begitu saja, jadi aku berusaha untuk membalas senyuman itu.
Aku nggak bisa menahan diri untuk gak tersipu saat itu, tapi aku benar-benar malu saat Satsuki-kun melihat wajahku, tahu?
Tetap saja, aku senang dia mengerti kalau aku tak sengaja menatapnya.
Setelah itu, kesalahpahaman diselesaikan dan akhirnya aku bisa berbicara dengan Satsuki-kun sedikit.
… Tapi, segera setelah aku bertemu dengan ayahku dan keadaan menjadi aneh lagi.
Aku gak tahu mengapa ayahku ada di sana sejak awal. Aku gak ingin berpikir kalo dia mengikutiku sepagi itu, tetapi bukan gak mungkin untuk mengabaikan pikiran itu juga.
Itu karena aku seorang agen dan aku dalam posisi untuk mengambil alih bisnis keluarga Kinoshita. Mereka mungkin berpikir kalo berkencan dengan cowok itu hal yang gak mungkin.
Saat aku bertemu dengan ayahku, suasana kencan lenyap dan aku langsung dihadapkan pada kenyataan.
Lagipula, kenyataan takkan hilang begitu saja. Kau nggak akan bisa bersembunyi dari kenyataan dengan mimpi.
Aku seorang Agen. Beginilah caraku harus hidup.
Aku senang bisa menjadi gadis SMA biasa selama sehari, dan aku berterima kasih kepada Satsuki-kun untuk itu.
Besok, aku akan menjadi agen lagi, seperti biasanya.
Tetapi…
Ada hal-hal yang nggak bisa berakhir seperti ini.
Selama ini aku hanya memikirkan diriku sendiri. Aku telah menanggung banyak hal hanya untuk menjadi seorang Agen, seperti sendirian di sekolah dan lain-lainnya. Itu hanya memperburuk suasana kelas.
Satsuki-kun adalah orang yang sangat aneh di kelas, tapi dia mendekatiku dan mengajakku berkencan…
Dia melakukan semua ini untukku.
Jadi setidaknya aku ingin kencan hari ini berjalan lancar. Aku gak peduli dengan pekerjaanku sebagai Agen atau ayahku, karena itu bukan urusan Satsuki-kun…
Tapi pada akhirnya, aku mengatakan sesuatu yang sangat egois tanpa memikirkan Satsuki-kun.
Aku memintanya untuk memainkan piano untukku…
Satsuki-kun, dia bilang dia lupa partiturnya, tapi itu mungkin bohong.
Saat dia mencoba memainkan piano, tangannya gemetar. Nafasnya semakin buruk.
Dia tak bisa lagi bermain piano.
Alasannya pasti karena kesalahannya di festival sekolah. Dia mungkin trauma dengan peristiwa itu.
Tanpa menyadarinya, dengan gak peka aku mencoba membuatnya bermain piano.
Kupikir hanya aku yang cemas, tapi Satsuki-kun juga menyembunyikan berbagai hal…
Aku nggak ingin melihat Satsuki-kun dalam masalah lagi.
Aku ingin dia bisa bermain piano lagi.
Sekarang giliranku untuk membalasnya.
Apa yang bisa kulakukan untuknya?
Aku melihat lemari di kamarku.
Setelah festival tahun lalu, aku menemukan sesuatu yang ingin kulakukan.
Potongan-potongan keinginan itu sekarang tersembunyi di suatu tempat di lemari. Aku gak bisa mengatakan kalo aku ingin melakukannya, jadi aku membiarkannya seperti biasa.
Untuk pertama kalinya setelah enam bulan, aku mengeluarkannya dari lemari.
Kalo aku menunjukkan padanya apa yang benar-benar ingin kulakukan, aku ingin tahu apakah Satsuki-kun akan memiliki keberanian untuk melakukannya. Apakah dia bisa bermain piano lagi?
Saat kami berkencan, aku berharap waktu akan tetap seperti itu selamanya, tetapi itu gak akan membantuku untuk bergerak maju. Aku harus melangkah untukmu, Satsuki-kun.
Aku nggak bisa berhenti dari pekerjaanku, masa depanku mungkin diputuskan, tetapi aku nggak ingin memberikan perasaan yang aku miliki ini kepada orang lain.
Aku nggak bisa lagi mengabaikan suara lembut yang berdetak di lubuk hatiku.
Kali ini aku ingin berada di sisimu, Satsuki-kun!
Beginilah caraku bisa membalas Satsuki-kun karena telah mewujudkan keinginanku.