"Oh, ibu sudah pulang."
Sesampainya di rumah, dalam situasi yang tak biasa, aku melihat ibuku mengenakan celemek dan menyiapkan makan malam.
Dia bertanggung jawab atas bisnis Agen keluarga Kinoshita, dan selalu ada dalam pertemuan bisnis. Dia sedang dalam perjalanan bisnis selama beberapa hari beberapa hari yang lalu, dan dia biasanya pulang larut malam, jadi jarang sekali kalau dia ada di rumah sebelum aku.
"Selamat Datang di rumah. Kamu pulang lebih awal."
"Boleh kubantu?"
Tanpa melepas seragamku, aku melemparkan tasku ke ruang tamu, memakai celemekku, dan pergi ke dapur.
Aku mencintai ibuku. Dia pandai memasak, tinggi dan anggun, dan dia selalu mengutamakan kami. Dia tak pernah memaksa kami bekerja sebagai Agen; begitu juga Ayahku.
"Terima kasih. Kalau begitu, bisakah kamu menyiapkan piringnya?"
Sosok punggung ibu sangat anggun hari ini saat dia memotong sayuran dengan gerakan berirama.
Pinggangnya tertutupi celemek, dan dia terlihat sangat langsing.
Aku selalu ingin setinggi ibuku.
"Di mana ayah hari ini?"
Aku menggulung lengan bajuku dan membuka lemari.
“Dia sedang dalam perjalanan bisnis sampai besok. Jadi hari ini untuk kita bertiga."
"Baik!"
Dia sudah keluar untuk pekerjaan Agen untuk beberapa waktu. Dia tampaknya seorang pengusaha yang cerdas, tetapi aku nggak tahu di mana dia sekarang.
Dalam bisnis ini, kerahasiaan selalu diutamakan. Aku juga nggak meminta detailnya. Ini adalah kesepakatan tak terucapkan dalam keluarga Kinoshita.
"Bagaimana sekolahmu? Apa kamu bersenang-senang?"
Aku melihat lagi ke ibuku dan melihat anting-anting kecil bersinar di telinganya melalui rambutnya.
Aku ingat saat aku ingin menindik telingaku di SMA, dia marah padaku. Aku suka memiliki ibu yang tegas.
"Itu menyenangkan! Minggu depan kami akan melakukan kunjungan ke Onomichi! Sudah kubilang untuk membuatkanku makan siang, apa ibu ingat?"
"Aku ingat. Aku akan mengisinya dengan semua hal favoritmu."
Dia tersenyum bahagia padaku, dan aku senang mendengarnya.
Aku khawatir tentang apakah aku bisa berteman atau tidak, tetapi begitu aku mulai bersekolah, semuanya berjalan dengan baik.
Aku mencoba klub musik dan para senpai sangat baik padaku, ditambah lagi aku menemukan kafe mewah saat perjalanan pulang.
Kehidupan di SMA itu singkat, dan akan sia-sia jika aku tak melakukan apa yang kuinginkan, bukan?
"Ngomong-ngomong, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?"
Saat aku memasukkan bahan-bahan ke dalam panic dan menyalakan api, ibuku meletakkan tangannya di pinggul dan menoleh ke arahku.
Suaranya agak gelisah, dan aku punya firasat buruk.
Apa dia akan memintaku untuk kembali melakukan pekerjaan baru, atau apakah dia mau…?
"Ini tentang Satsuki-senpai, kan?"
Ibuku tersenyum padaku.
Aku tertawa bersamanya.
"Bagaimana menurutmu, Uzuki?"
Dia memanggil namaku dan menanyakan apa yang aku ketahui tentang Satsuki-senpai.
Kurasa ibuku mengkhawatirkan tentang hal itu juga. Dia nggak bisa bertanya langsung pada Onee-chan tentang hal itu, kan?
"Ada apa…? Apa kamu dan kakakmu nggak akur?"
Onee-chan berada di tahun kedua dan dia tampaknya menikmati setiap hari sedikit lebih banyak daripada hari sebelumnya.
Akku udah memperhatikannya kalo dia memprioritaskan pekerjaannya sebagai Agen dan berusaha untuk enggak berteman di sekolah. Lebih parah lagi saat aku masuk SMA dan harus bekerja sebagai pengawas wakil kepala sekolah. Dia seperti Onee-chan kikuk yang mengorbankan dirinya agar kehidupan pribadinya tak mengganggu kehidupan pekerjaannya.
Tapi setelah berada di kelas yang sama dengan Satsuki-senpai, perasaan terpendamnya perlahan muncul.
Onee-chan berusaha menjauhkan Satsuki-senpai darinya. Tetapi hanya karena dia seorang Agen, bukan berarti dia harus melepaskan cinta juga.
Perasaan Onee-chan ku sangat jelas dan aku memutuskan untuk mendukungnya. Kurasa dia bisa menyebutnya bantuan cinta, bukan? Karena aku ingin dia melakukan apa yang dia inginkan. Dan tentu saja, mencintai seseorang juga.
Onee-chan ku pemalu, tapi akhir-akhir ini dia menjadi lebih jujur.
Aku berterima kasih kepada Satsuki-senpai karena membantuku menemukan Oneechan ku yang sebenarnya.
“Aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku agak penasaran dengannya.” Ibu meletakkan tangannya di dagunya dan memikirkan sesuatu.
Aku yakin di juga mengkhawatirkan putrinya bergaul dengan cowok, bukan? Aku ingin tahu apakah dia juga akan mengkhawatirkan diriku punya pacar.
“Aku lihat kalo kamu dan kakakmu rukun. Kamu sangat naif hingga membuatku khawatir melihatmu tumbuh dewasa.”
"Itu benar, tapi…"
Jarak antara kami begitu rumit sehingga membuatku merasa tak nyaman bahkan saat melihatnya.
Satsuki-senpai juga terlihat agak canggung, tapi dia terus terang dengan cara yang aneh.
"Kamu gak perlu khawatir tentang itu, oke? Satsuki-senpai bukan orang jahat."
"Bukan, bukan itu yang kumaksud. Aku menyadarinya saat aku melihat Yayoi begitu bahagia kalo dia bukan anak nakal. Aku nggak meragukanmu."
Cara dia mengatakannya, mengandung sesuatu, juga mengingatkanku pada ketidaknyamananku dengan Satsuki-senpai.
“Tapi, aku agak ragu sama Satsuki-kun…”
"Ragu? Apa menurutmu dia mencurigakan?"
Aku gak punya bukti, tetapi sesuatu di kepalaku sepertinya cocok.
Itu adalah hari pertama kami bertemu. Dia bekerja dengan Onee-chan.
Ada alasan mengapa aku memegang tangan Satsuki-senpai.
Saat seseorang memiliki rahasia, dia secara tak sadar mencoba menyembunyikannya. Intuisiku sebagai Agen dan pengalamanku yang membuatku merasa tak nyaman.
Satsuki-senpai biasanya menyimpan tangan kirinya di sakunya setiap saat dan selalu berdiri di sisi kiri saat dia bersamaku atau Onee-chan. Dia menjauhkan tangan kirinya dari kami setiap saat…
Kakakku mungkin tak menyadarinya karena dia melamun saat bersamanya, tapi aku menyadarinya.
"Itu bukan firasat buruk, ini lebih ke bahaya pekerjaan."
Aku menggunakan nada muak, tetapi ibu dulu juga Agen yang lihai. Pasti ada alasan kuat baginya untuk mencurigai Satsuki-senpai. Intuisi ibu luar biasa, bahkan di keluarga Kinoshita.
"Uzuki, bisakah kamu membantuku?"
"Eh? Apa?"
Wajah ibu berubah serius, seperti wajah Onee-chan di sekolah.
Itu adalah wajah seorang Agen.
Aku mendengarkannya tanpa bercanda.
"Bisakah kamu melakukan pencarian tentang Satsuki-kun?"
Apakah permintaan yang dia buat itu seperti permintaan seorang Agen atau seorang ibu?
Menurutku Satsuki-senpai bukanlah orang jahat, tetapi aku merasa curiga saat ibuku memberitahuku.
"… Ya. Aku mengerti."
Aku merasa nggak enak sama Satsuki-senpai dan Onee-chan, tapi aku juga nggak bisa menahan rasa ingin tahuku, jadi aku dengan tenang menganggukkan kepalaku.
Aku enggak ingin menggali rahasia Satsuki-senpai, tapi ini juga demi Onee-chan, kan?
Meskipun aku juga merasa sedikit iri padanya.