Ads 728x90

Yayoi-chan Volume 1 Chapter 8

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 8 - Permintaan Uzuki.


Sehari setelah Kinoshita-san mengikutiku ke toko Power Recorder.


"Satsuki-senpai!"


Saat itu waktu makan siang dan aku sedang menuju ke kafetaria lalu aku mendengar seseorang memanggil namaku.


Aku berbalik mendengar suara itu dan melihat seorang gadis berlari ke arahku dengan kecepatan tinggi.


"Ah, Uzu..."


Tepat ketika aku akan mengangkat tangan kananku untuk menyapanya.


"Hai!"


"Bwahhh!"


Uzuki-chan menerkam tubuhku yang gak siap dengan kecepatan tinggi. Bahunya mengenai selangkanganku, dan aku jatuh kesakitan.


Sungguh serangan yang aneh, kontak pertama yang aneh!


"Satsuki-senpai! Kamu bebas sekarang, kan?"


"Halo... bukan berarti aku gak sibuk, tapi... ada apa?"


Jawabku sambil mengusap perutku yang sakit. Kalo habis makan siang, aku yakin aku akan muntah…


“Jadi kamu gak sibuk? Kalo gitu, ayo pergi!"


Uzuki-chan, tak menyadari orang lain di sekitar kami, melingkarkan tangannya di lengan kananku.


“Be-be-be-be! Tunggu sebentar!"


"Aku gak mau menunggu!"


Dia menyeretku bersamanya, menarik perhatian di lorong selama istirahat makan siang.


Ini kedua kalinya kami bertemu, tapi keakraban dan jarak ini…! Dia membawaku ke piloti yang ada di lantai pertama gedung sekolah.


Hari ini mendung dan dingin, dan meskipun sudah waktunya makan siang, tak ada seorang pun yang duduk di bangku.


Aku sangat malu hingga aku gak tahu apakah aku bisa menerimanya atau enggak.


Dia lebih pendek dari Kinoshita-san, dan blusnya enggak dikancingkan di bagian leher, dan seragam sekolahnya sangat lusuh. Roknya tampak lebih pendek dari terakhir kali aku melihatnya. Dia seharusnya menjadi siswa baru yang baru masuk sekolah, tetapi energinya sebagai siswi SMA telah meningkat lebih banyak lagi.


Itu benar-benar membuatku berpikir kalo Uzuki-chan yang memerah ini sebenarnya bukanlah seorang Agen.


"Ada apa, Uzuki-chan?"


"Aku punya permintaan untukmu!"


Uzuki-chan menyilangkan tangannya di belakang pinggangnya dan menatapku.


Poninya bergerak, memperlihatkan dahinya yang cantik.


"Oh, aku?"


"Ya! Kamu, Satsuki-senpai!"


Mengingat energinya dan cara dia menatap mataku seperti itu. Aku gak bisa menolak apapun yang dia minta dariku


"Apa maksudmu 'bantuan'?"


“Aku gak tahu apakah aku harus menyebutnya bantuan atau saran. Sebenarnya, itu… Sini dekatkan telingamu!”


Dia meletakkan tangannya ke sisi mulutnya dan tiba-tiba merendahkan suaranya seolah-olah dia sedang berbicara dengan seseorang secara rahasia.


Aku membungkuk dan dengan lembut mendekatkan telingaku padanya, dan dia mendekatkan wajahnya ke telingaku.


"Ini tentang kakakku."


"Hah?"


Permintaan Uzuki-chan. Tampaknya ini tentang Kinoshita-san.


"Ki-Kinoshita-san?"


Aku pikir aku sudah membalasnya itu dengan tenang, tetapi suaraku sedikit berubah.


“Gak, aku gak bisa membicarakannya di sini. Kamu bebas setelah kelas hari ini, kan?" Uzuki-chan terus berbicara pelan dengan keseriusan di matanya.


Tampaknya, dia mengira aku cowok yang selalu sibuk. Sebenarnya, aku cowok dengan banyak waktu luang.


"Aku punya ... waktu luang, kurasa."


“Kalau gitu, tolong pergilah bersamaku sepulang sekolah. Aku akan memberimu detailnya sampai saat itu!"


"Kubilang aku akan pergi bersamamu..."


Kemarin sepulang sekolah aku bersama kakaknya, dan hari ini aku akan jalan-jalan dengan adiknya.


“Aku akan menunggumu tepat di luar loker sepatu! Oh, pastikan kamu datang dengan hati-hati, agar kakakku gak melihatmu. Akan banyak masalah jika dia memperhatikanmu. Sampai jumpa!”


Yang bisa kulakukan hanyalah melihat Uzuki-chan pergi dengan rambut acak-acakan saat dia membungkuk cepat dan lari.


Pada akhirnya, saat Uzuki-chan menyeretku, roti di kafetaria udah habis, dan aku terpaksa gak makan siang.


Saat aku terhuyung-huyung kembali ke kelas, dampak dari serangan dan percakapan yang baru saja aku lakukan menghantam perutku dengan keras.


Permintaan tentang Kinoshita-san?


"Tapi kenapa aku?"


Saat aku sedang berjalan melalui gedung sekolah di saat jam makan siang, melamun, aku melihat sosok yang akrab datang dari arah berlawanan.


Kehadiran dan aura itu, terlihat jelas bahkan dari jarak yang cukup jauh, membuatku berhenti sejenak.


“Kinoshita-san…”


Aku gak percaya aku bertemu dengannya segera setelah bertemu Uzuki-chan saat istirahat makan siang. Sulit bagiku untuk mengubah keadaanku.


Ketika dia akhirnya cukup dekat untuk mendengar suaraku, Kinoshitasan berhenti, memperhatikan sekelilingnya.


"… Ada apa?"


Tanpa mengubah ekspresinya, dia menjawabku dengan tenang dan biasa.


Pipinya memerah, dan pandangannya ke sana kemari, dia hampir saja menatapku dan juga gak di saat yang sama juga. Itu pasti semacam refleks ketika dia melihatku. Aku ingin tahu apakah ini disengaja, Kinoshita-san?


“Oh, gak ada…?”


Aku tergagap saat pertemuan mendadak dengannya.


Peristiwa kemarin masih mencengkeramku erat-erat.


Aku ingat, kalo aku sempat kesal karena aku ingat apa yang terjadi di festival.


Lalu, Kinoshita-san yang memecahkan keheningan di antara kami.


"Mmm, kurasa aku membuatmu kesal kemarin."


Mata Kinoshita-san menunduk saat dia menyelipkan rambutnya ke atas telinganya. Bulu matanya yang panjang tampak melengkung ke bawah.


"Meskipun akulah yang membuatmu menemaniku ..."


Aku menyentuh rambutku untuk menyembunyikan kegugupanku saat dia tiba-tiba berbicara padaku.


Itu salahku karena mengikuti Kinoshita-san. Aku ingin tahu apakah dia tak lagi mencurigaiku. Lagipula, kami berhati-hati untuk enggak menyentuh detail rahasia satu sama lain.


"Ah iya. CD yang kamu rekomendasikan padaku kemarin; Aku mencarinya di internet dan mendengarnya…”


"Eh, no bra?"


"Uhm, ya... Itu." 


Mungkin malu menyebutkan singkatannya, mulut Kinoshita-san berhenti sebentar.


Saat aku sampai di rumah, aku mengetahui kalo adikku Sanae udah membeli CD Northern Brand, jadi sekarang kami memiliki dua salinan CD yang sama di rumah kami. Tentu saja, aku gak bisa meminta uang dari Sanae, dan dia mengambil bonus file extra yang ada di dalam CD dariku.


"Ambil aja CD-nya jika kamu mau!"


"Terima kasih. Kalau begitu, sampai jumpa."


Kinoshita-san berjalan melewatiku.


Entah mengapa, aku merasa seperti melakukan percakapan nyata dengannya untuk pertama kalinya.


Pagi ini, Kinoshita-san menyapaku lagi. Aku bertanya-tanya apakah itu berarti dia sudah sedikit memaafkanku.


Mengetahui perasaan Kinoshita-san yang sebenarnya, sulit bagiku untuk dekat dengannya, tapi aku senang kami bisa melakukan percakapan normal seperti ini dari waktu ke waktu.


“Aku ingin tahu apakah Kinoshita-san telah berubah pikiran…”


Mungkinkah ini ada hubungannya dengan bantuan Uzuki-chan mulai hari ini?


Saat aku menoleh ke belakang, Kinoshita-san sudah hilang. 


Dia pergi seperti angin, tanpa membuat langkah yang bergema keras, seperti biasa.


Sepulang sekolah.


Kinoshita-san adalah orang pertama yang meninggalkan kelas setelah kelas berakhir.


Aku sedang berpikir tentang bagaimana mencegah Kinoshita-san melihatku, karena aku akan bertemu Uzuki-chan, tapi sepertinya kekhawatiranku tak perlu.


Selama kelas sore, aku gak bisa berhenti memikirkan apa yang akan diminta Uzuki-chan padaku.


Aku tahu banyak tentang saudari Kinoshita berkat psikisku, tetapi Uzuki-chan aku gak terlalu mengetahuinya.


Dia melihatku secara kebetulan tempo hari, dan dia mungkin menganggapku hanya sebagai teman.


Namun, bukankah aneh kalo dia ingin berbicara denganku?


Diajak oleh Uzuki-chan saat ini bukanlah hal yang positif.


Ini gak seperti dia akan mengatakan "Jika kamu macam-macam dengan Onee-chanku, aku akan membunuhmu" atau sesuatu seperti itu, kan?


Mungkin ada kemungkinan daripada menyebutnya pemerasan, dia malah meminta bantuan. Gak, sebenarnya, aku akan senang jika itu berakhir dengan pemerasan.


Bagaimanapun, saudari itu adalah Agen. Mereka pasti memiliki banyak identitas yang gak ingin aku ketahui.


Aku ingin tahu apakah Uzuki-chan mengetahui kalo aku tahu keluarga Kinoshita adalah keluarga Agen, dan mereka mencoba melenyapkanku untuk melindungi rahasia keluarga…?


"Hei, Satsuki. Kau gak pulang sekarang?"


Saat kata "Bunuh" muncul di benakku dan mulai membuatku merinding, Mayama berbicara kepadaku.


"Aku belum ingin pulang..."


"Apaan itu? Yah, terserahlah. Sampai jumpa."


Mayama, yang sama sekali tak menyadari bahaya yang mengancam hidupku, dengan cepat meninggalkan kelas.


Dia cowok yang gak punya hati. Terlepas dari kenyataan kalo temannya sangat menderita di sini!


Gak, aku bahkan gak bisa berbicara dengan Mayama tentang hal semacam ini. Masalahnya itu adalah rahasia yang hanya aku yang tahu.


Duduk di kursiku, aku memejamkan mata dan menderita dengan kesedihan. Aku tak pernah menyangka kalo teman sekelasku adalah seorang Agen akan membuatku sangat khawatir.


Seorang agen gak akan kesulitan menghapus seseorang yang mengetahui rahasianya. Mereka akan membawaku ke gudang atau semacamnya di pelabuhan dan membuangku langsung ke laut. Apakah aku akan menghilang bersama air pasang merah di Laut Pedalaman Seto?


Aku gak ingin berakhir sebagai karakter pendukung yang mati lebih awal di film B yang jelek.


"Satsuki-senpai!"


"Gahh!"


Tiba-tiba sebuah suara memanggilku, dan aku hampir jatuh dari kursiku.


Aku berhasil berpegangan pada meja dan melihat ke arah suara itu.


“Hari udah larut, jadi aku datang untuk mencarimu. Aku udah menunggumu sepanjang hari. Ada apa?"


Dia bukan si pembunuh... tapi Uzuki-chan menatapku dengan wajah tersenyum dengan senyum cerah yang sama seperti yang dia tunjukkan padaku sebelumnya.


Apakah dia gak menyadari penyebab masalahku, atau apakah dia tersenyum meskipun mengetahui semua ini?


"U-Uzuki-chan... Oh, enggak, aku baru saja mau pergi..."


Saat aku mencoba menenangkan diri agar dia tak menyadari kalo aku sedikit curiga kalo dia adalah seorang Agen, aku sadar kalo aku mendapat banyak perhatian dari teman-teman sekelasku.


"Siapa gadis itu?"


“Dia terlihat seperti murid baru. Apa dia kenal Fukase?"


“Mau jalan kemana dia dengan gadis imut itu? Baunya seperti kejahatan bagiku!” Ini bukan seperti yang kalian pikirkan!


Yang benar-benar membuatku takut itu bau kejahatannya yang berbeda.


Aku mau dilenyapkan, ngerti?


Tapi gak heran kelas bergumam sekarang. Aku selalu bergaul dengan orang-orang seperti Mayama, tapi dia murid baru yang imut yang datang untuk menyapa.


Tetapi bagaimana aku harus menjelaskan situasi ini? Aku rasa memperkenalkannya sebagai adik Kinoshita-san sepertinya ide yang buruk.


Jika diketahui kalo Kinoshita-san punya seorang adik perempuan, dia pasti akan menjadi pusat perhatian mulai besok. Itu akan menjadi situasi yang paling dibenci Kinoshita-san.


Bahkan jika itu masalah waktu, jarak antara kedua saudari itu akan menarik perhatian. Dan dia akan menatapku lagi. Itu sudah pasti.


Saat aku memikirkan apa yang harus dilakukan, Uzuki-chan berdiri di depanku.


“Aku, Uzuki Kinoshita, adik Yayoi Kinoshita. Semuanya, Onee-chan dalam perawatan kalian!"


Uzuki-chan mulai memperkenalkan dirinya, menolehkan kepalanya ke berbagai arah.


Saat ini, temanku saling menatap dengan heran.


“Beneran, Kinoshita-san itu…?”


Seorang gadis di sebelahnya mendekat, menatap Uzuki-chan dengan serius.


"Ya, itu benar! Tolong jaga Onee-chanku."


Sementara seisi kelas tercengang oleh perbedaan antara saudari Kinoshita, Uzuki-chan adalah satu-satunya yang berulang kali menyapa dengan senyuman manis. Ini adalah sisi alami Uzuki yang ceria.


Ini gak apa? Apa kakakmu gak akan marah padamu?


Saat mengapati keadaan, dia mengambil tasku.


"Ayo, Satsuki-senpai!"


“Terima kasih atas kerja keras kalian semua!”


"Eh, oh, ya..."


Dia mengambil tasku dan menyeretku keluar kelas dengan paksa.


Aku akhirnya bisa menyadarkan diri setelah lari sebentar menyusuri lorong dan naik eskalator.


"Hei, Uzuki-chan. Itu tak apa?"


Kata-kata itu termasuk kepedulianku pada Kinoshita-san dan, tentu saja, keselamatan pribadiku.


“Sebagai adik, setidaknya aku harus menyapa semua orang. Lagipula, dia gak ada di kelas, kan?"


Aku mengangkat alisku, meletakkan tangan di belakang pinggangku dan gak melihat ada yang salah dengan kata-katanya.


Dia sepertinya tahu semuanya tentang situasi kakaknya di kelas.


"Kalo  gitu itu terlalu berlebihan..."


“Aku yakin aku akan baik-baik saja. Onee-chan sangat baik."


Uzuki sedikit membuang muka setelah mengatakan itu.


Dia sepertinya gak mengolok-olok Kinoshita-san, meski hubungan antara kakak beradik ini masih sulit untuk kupahami. Dia mungkin bertingkah seperti ini dengan sengaja, sambil memikirkan kakaknya.


Ada perbedaan antara ikut campur dan perhatian pada mereka.


Aku mengganti sepatuku di loker dan menuju ke gerbang sekolah, terlihat Kastil Hiroshima di depanku di seberang sungai.


"Di sini, di sini!"


Aku diam-diam mengikuti Uzuki-chan saat dia mulai berjalan ke arah yang berlawanan dari stasiun, tak tahu kemana tujuan kami.


Serius, aku memiliki sedikit ketakutan di benakku kalo mereka akan membawaku ke pelabuhan dan membuangku diam-diam.


Aku gak berpikir Uzuki-chan yang baik dan cantik akan melakukan itu, tapi dia seorang Agen, jadi dia mungkin memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadinya…


“Ngomong-ngomong, apa permintaanmu? Kamu bilang ini tentang Kinoshita-san, kan?"


Aku gak bisa duduk diam dan bertanya pada Uzuki-chan yang ada di depanku apa yang dia inginkan dariku.


"Jangan terburu-buru seperti itu. Baiklah, tolong ceritakan tentang SMA Otomachi, okey? Sepertinya kamu punya banyak teman, kan, Satsuki-senpai? Apa kamu menikmati hidupmu di SMA?”


Uzuki-chan mulai mengajukan berbagai pertanyaan seolah ingin membungkam keraguanku.


"Aku gak punya banyak teman."


"Kamu sangat pemalu. Kamu gak punya pacar?"


"Aku gak punya pacar, tapi..."


"Beneran? Kabar baik, kabar baik!” 


Uzuki-chan bertepuk tangan dengan penuh semangat. Apa maksudnya…?


“Dan kamu, Uzuki-chan? Apa kamu menikmati menjadi siswi SMA?”


Sulit bagiku untuk menghadapi pertanyaan semacam itu, jadi aku bertanya kembali itu untuk membela diri.


"Aku? Aku bersenang-senang sejauh ini! Aku merasa akhirnya menjadi gadis SMA!"


Uzuki-chan menoleh ke arahku dan mengangkat rok seragam sekolahnya untuk memperlihatkannya padaku. Pandanganku melayang ke pahanya.


"Aku adik Kinoshita-san, jadi jangan pernah berpikir tentang hal itu!"


"Ack! Baguslah kalau kamu bersenang-senang."


"Bukankah itu menyenangkan untukmu juga, Satsuki-senpai?"


Ketika aku mengembalikan jawaban yang ambigu, dia segera memotongku.


"Enggak, aku enggak mengatakan itu..."


“Kalo kamu gak bersenang-senang, kamu akan kehilangan sesuatu. Kalo kamu gak melakukan apa yang kamu inginkan, masa SMA akan berakhir sebelum kamu menyadarinya, bukan?"


"Ya, itu benar..."


Aku berhasil mengangkat sudut mulutku untuk menunjukkan ketenangan sebagai kakak kelas. Aku gak bisa membiarkan Uzuki-chan yang baru masuk SMA berbicara buruk tentang kehidupan SMA ku.


"Lalu, apa permintaanmu?"


Dalam upaya untuk membalikkan keadaan, aku memaksakan diri untuk kembali ke jalur semula.


Aku gak seperti Kinoshita-san, tapi aku merasa lelah berbicara dengan Uzuki-chan. Sepertinya dia melihat langsung ke dalam pikiranku.


"Yah. Ini tentang Onee-chan. Satsuki-senpai, apa kamu memperhatikan sesuatu tentang dia?"


Dengan menjentikkan jarinya, semuanya berjalan lancar, tapi kemudian dia mulai mengatakan sesuatu yang membingungkan.


Aku terdiam sebentar.


“Memperhatikan apa…?”


Aku mengeluarkan suara tersendat.


"Kamu berada di kelas yang sama, apa kamu memperhatikan sesuatu yang aneh tentang dia?"


Dia menatapku dari atas ke bawah dengan sekasama, dan aku membiarkan tatapanku terbang ke langit untuk menyembunyikannya.


Apakah dia benar-benar sedang berbicara tentang pekerjaannya sebagai Agen?


Apakah dia sedang mempermainkanku untuk menyingkirkanku, setelah aku mengetahui rahasia keluarga Kinoshita?


Pikiran yang gak diinginkan melintas di benakku.


Kalo sikap agresif Uzuki-chan adalah jebakan untuk membuatku lengah, maka aku dalam masalah. Melihat sekilas paha yang kulihat sebelumnya juga merupakan jebakan?


Apa yang harus aku lakukan? Jika aku gak menjaga pikiranku tetap stabil, aku pasti akan pingsan.


"Apa kamu baik-baik saja, Satsuki-senpai?"


Aku membeku, tapi Uzuki-chan mendekatiku.


Aku meremas tangan kiriku erat-erat di dalam sakuku. Telapak tanganku basah oleh keringat.


"Enggak, aku belum melihat sesuatu yang istimewa, tapi ..."


Tentu saja aku mengetahui sesuatu, tetapi bagaimana aku akan mengatakan yang sebenarnya?


Aku tahu terlalu banyak. Aku tahu terlalu banyak tentang Kinoshita-san, berkat kemampuan psikis tangan kiriku.


"… Begitu. Kupikir dia berbeda saat dia hanya bersama Satsuki-senpai."


Uzuki-chan, bahunya merosot seolah-olah dia kehilangan akal sehatnya, bergumam dengan menyesal.


"… Hah? Apa maksudmu?"


"Onee-chan, dia selalu sendirian di sekolah, kan?" Nada suara Uzuki sedikit menurun.


"Apa dia sendirian?... Ya, itu benar..."


"Dia hanya terlalu memaksakan diri."


“Memaksakan diri? Kinoshita-san?"


Uzuki-chan menganggukkan kepalanya dengan anggukan kecil dan berkedip saat dia melakukannya.


Ceritanya benar-benar berubah kearah yang berbeda dari yang aku harapkan.


Dia gak mencurigaiku, kan? Dia gak mencoba membuatku menghilang dari dunia ini?


“Onee-chan, dia selalu sendirian di sekolah sejak SMP. Dia gak berteman dan dengan sengaja menjauhkan orang lain darinya."


Menanggapi pertanyaanku, Uzuki mulai mempercepat langkahnya seolah-olah dia sedang mencari kata-kata untuk menggambarkan sesuatu.


Apa yang dia katakan tentang Kinoshita-san memang benar. Lagipula, dia memang memiliki jenis aura "menjauhlah dariku" yang terpancar darinya.


"Tapi itu..."


Aku hendak mengatakan, 'Itu karena dia mencoba melakukannya sendiri untuk mempermudah pekerjaan Agennya,' tetapi aku menelan kata-kata itu.


Aku harus berpura-pura enggak tahu apa-apa.


"Gak, Kinoshita-san, kenapa dia melakukan itu?"


"Itu karena, yah, ada keadaan tertentu..."


Aku gak yakin harus berkata apa, tetapi aku harus berpura-pura gak tahu apa-apa.


Keadaannya jelas ada hubungannya dengan pekerjaannya sebagai Agen, tapi aku gak bisa melanjutkannya.


“Onee-chan di sekolah bukanlah Onee-chan ku yang sesungguhnya. Aku ingin dia lebih ramah pada semua orang, tapi dia gak jujur, jadi dia seperti itu…”


Kata-kata Uzuki, “Onee-chan ku yang sesungguhnya”, melekat di benakku.


Punggung Uzuki berjalan di depanku; Aku bisa melihat melalui pikirannya. Dia gak bertingkah seperti Agen sekarang, tapi seperti adik yang baik.


Untuk sesaat, aku gak bisa menemukan kata-kata untuk mengatakan sesuatu kepadanya, jadi kami berjalan dengan santai.


Kami berjalan ke arah area perumahan tanpa tahu kemana tujuan kami.


"Satsuki-senpai!"


Lalu, seolah-olah dia termotivasi, Uzuki-chan berbalik dan memanggil namaku.


"Y-ya!"


Aku begitu santai berpikir kalo aku gak lagi dalam bahaya dibunuh sehingga aku hampir menabraknya dan secara refleks merespons.


Uzuki-chan menatapku, mulutnya agak miring. Matanya kuat dan penuh tekad.


"Apa pendapatmu tentang Onee-chan-ku?"


"Apa maksudmu…?"


"Kamu gak membencinya, kan?"


"Ya, aku gak membencinya, tapi..."


“Dia cantik, bukan? Enggak sepertiku, dia tinggi dan cantik, dengan rambut agak panjang.”


“Ya-yah…”


Matanya yang masih menatapku dan pertanyaan langsungnya membuatku tak bisa bertapa-kata.


Apa yang membuat adiknya marah?


"Terakhir kali dia bersama Satsuki-senpai, sepertinya dia bersenang-senang, kan?"


“Saat itu, dia hanya kesal…”


Waktu itu adalah saat kami bekerja bersama sepulang sekolah. Aku mencoba memulai percakapan dengannya, tapi Kinoshita-san mengabaikanku dan memelototiku, dan itu membuatku putus asa…


"Itu gak benar. Hari itu, saat dia pulang, dia sangat gembira sampai-sampai dia makan makanan anjing secara gak sengaja.”


"Makanan anjing?"


Kinoshita-san terbawa suasana dan tak sengaja makan makanan anjing?


Aku tak tahu apakah itu lelucon atau kebenaran.


“Dia gak pernah berduaan dengan cowok seperti itu, bekerja bersama sepulang sekolah. Gak sekalipun.”


Aku rasa ini adalah sesuatu yang secara sadar diperhitungkan oleh Kinoshita-san sebagai seorang Agen. Dia gak berteman dan menyendiri sepanjang waktu, karena itulah pekerjaannya sebagai seorang profesional.


"Kurasa dia menerima tugas itu karena dia akan bersama Satsuki-senpai."


"Oh, itu karena aku?"


Uzuki-chan mengangguk kuat.


Aku ingat pertama kali aku bertemu Kinoshita-san. Di hari festival sekolah, aku mendengar suara itu di benaknya saat tangan kami bersentuhan.


'Satsuki-kun, kamu keren banget.'


Aku yakin dia memikirkanku.


Di tengah area perumahan yang sepi, aku hanya menahan nafas agar gak ada yang mendengar detak jantungku.


"Kurasa Satsuki-senpai bisa membuka hati Onee-chan."


“Kinoshita-san… bisa membuka hatinya…?”


Uzuki tergagap dan berkedip, tampak agak bingung.


"… Ya. Saat ini, Onee-chan sedang menutup hatinya untuk semua orang. Dia menekankan dirinya sendiri selama ini, dan dia pasti enggak senang menjadi seperti ini…”


Suara Uzuki menjadi lebih tenang saat dia melanjutkan.


"Aku gak ngerti apa maksudmu, tapi kamu ingin Kinoshita-san bisa berbaur di kelas?"


"Itu juga ... aku ingin dia melakukan apa yang dia benar-benar ingin lakukan."


“Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan…?” Aku mengulangi kata-kata itu seperti orang idiot.


“Aku tahu dia gak bisa melakukan apa yang dia benar-benar ingin lakukan dan itulah mengapa dia selalu menahan diri. Aku yakin di depan Satsuki-senpai, dia bisa jujur ​​pada dirinya sendiri. Karena kamu…"


Uzuki-chan menundukkan kepalanya dan tak mengatakan apa-apa lagi, atau mungkin dia tak bisa mengatakan apa-apa lagi.


Dia tampak sedang memohon sesuatu.


Apakah pekerjaannya sebagai Agen menjadi alasan mengapa dia selalu sendirian, tetapi sebenarnya dia menahan diri karena ada hal lain yang benar-benar ingin dia lakukan? Bukankah Kinoshita-san yang sebenarnya adalah Kinoshita-san yang kukenal sekarang?


Uzuki-chan juga berusaha untuk berbicara denganku, meskipun ada hal-hal yang tak bisa dia katakan tentang dirinya sendiri.


Saat aku menghubungkan potongan-potongan kata-katanya, aku sampai pada suatu kesimpulan.


Kinoshita-san, kamu gak ingin menjadi Agen?


"Tapi, bagaimana aku bisa...?"


Bahkan jika dia gak ingin menjadi Agen, apa ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya? Mengetahui rahasia Kinoshita-san, rahasia itu sedang menghalanginya sekarang.


“Hmm, jangan terlalu memikirkannya. Aku ingin kamu lebih dekat dengan Onee-chan. Kalo kamu gak keberatan, Satsuki-senpai, kalo gitu…”


“Tentu saja aku gak membencinya! Tapi menjadi lebih dekat dengan Kinoshita-san itu…”


Tentu saja aku ingin lebih dekat dengannya. Aku tahu apa yang sebenarnya Kinoshita-san pikirkan, maka ini adalah tantangan yang aku tak boleh kalah.


Tapi bukan itu masalahnya di sini. Situasi uniknya dia sebagai Agen menghalangiku untuk membantunya.


Kinoshita-san berusaha keras untuk menjadi Agen, akibat dari itu dia selalu bersikap sangat serius padaku.


Bahkan jika aku mencoba untuk bersikap ramah dengannya, aku gak berpikir dia akan baik padaku sedikit pun.


Wajah Kinoshita-san yang tiba-tiba muncul di dalam benakku menatapku. Kemerahan samar-samar di pipinya adalah satu-satunya harapanku, tetapi cahaya harapan itu terlalu kecil untuk saat ini.


"Aku juga akan berada di belakang kalian berdua!"


"Mereka bilang kamu gak boleh terburu-buru untuk jatuh cinta, tapi menurutku itu gak akan menyakitimu jika kamu berjalan terlalu cepat dalam situasi ini."


Uzuki-chan mengepalkan kedua tangannya dengan erat dan mengatakan sesuatu yang manis dan masam. 


"Enggak, cinta itu..."


Aku terlalu malu untuk terus berbicara, jadi aku berhenti.


Aku ingin tahu sejauh mana Uzuki-chan menyadari hal ini.


Dia murid baru yang cantik, tapi dia juga seorang Agen. Sulit untuk menerima kata-katanya begitu saja, jadi aku akhirnya mencari di balik kata-katanya.


Namun, kupikir aku bisa menghindari dibuang ke Laut Pedalaman Seto setelah menjalani dilema ini hari ini.


“Jadi itu permintaanku. Tolong jaga Onee-chan ku mulai sekarang!” Uzuki-chan membungkuk sopan dengan kedua tangan di depan tubuhnya.


"Dengan senang hati."


Aku tak tahu apa maksudnya, tetapi aku juga membungkuk padanya.


Kami saling tersenyum; Terhibur oleh situasi aneh ini di lingkungan perumahan yang tenang.


Aku yakin Kinoshita-san menyukaiku, dan Uzuki-chan sepertinya juga menyadari perasaan kakaknya.


Selain itu, dia telah menyatakan kalo dia akan mendukung Kinoshita-san, agar dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan, dan yang ingin dia lakukan adalah… Maksudku, dekat denganku?


Gak-gak-gak, apa maksudnya itu?!


"Ngomong-ngomong, kamu mau mampir ke rumah kami?"


"Apa? Ru… rumahmu?” 


"Ya, rumah kami."


Uzuki mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah sebuah rumah. Itu adalah rumah dua lantai yang elegan dengan dinding putih.


"Itu rumahmu?"


Artinya, itu juga rumah Kinoshita-san. Gak mengherankan, karena mereka berdua bersaudara.


Sebelum kami menyadarinya, kami sudah berada di depan rumah Kinoshita-san.


Tak pernah terpikir olehku kalo rumah Kinoshita-san berada dalam jarak berjalan kaki dari sekolah.


“Aku rasa kakakku mungkin ada di rumah juga. Karena kita sudah sampai sejauh ini, mau menemuinya?"


Uzuki-chan mengangguk, seolah menikmati kejutan yang dia berikan padaku.


"Gak, gak, aku akan mendapat masalah jika kamu melakukan itu!" Tentu saja, Kinoshita-san yang akan kesal.


Aku melambaikan tangan dan spontan menjauh darinya.


“Mengapa dia gak langsung mengejar Satsuki-senpai? Mereka bilang kalo cinta bergerak sangat cepat.”


"Apa yang baru saja kamu katakan? Uzuki-chan?"


Aku berpikir dia mengatakan kalo cinta gak pernah terburu-buru.


"Apa yang kamu harapkan dari Kinoshita-san dan aku, Uzuki-chan?" 


"Kurasa kakakku akan senang, bukankah begitu juga?" Melihat ke lantai dua rumahnya, Uzuki-chan bergumam kecewa.


Gak, aku yakin dia akan senang, bukan?


Kalo dia tahu aku tiba-tiba muncul di rumahnya, dia pasti akan melihatku sebagai Asura.


"Lebih baik aku pergi dari sini. Sampai jumpa".


Tapi gak diragukan lagi kalo aku ingin untuk bertemu. Itu adalah rumah Kinoshita-san, dan juga rumah tempat tinggal keluarga Agen.


Aku ingin tahu apakah ada pintu atau jebakan tersembunyi di tempat itu.


"Maaf soal itu, tapi terima kasih atas waktumu hari ini."


Uzuki sepertinya gak ingin menahan diri lagi.


Sulit untuk menilai mana yang serius dan mana yang bercanda dari yang dia katakan…


Aku mau berbalik untuk kembali ke jalan aku datangi tadi.


"Uzuki, kamu sudah pulang?"


Itu membuat keheningan di depan rumah ketika pintu depan tiba-tiba dibuka. Suara yang datang dari sana membuat Uzuki-chan dan aku menoleh bersama.


“Ki-Kinoshita-san…”


Di pintu masuk ada Kinoshita-san.


Rambutnya dikuncir kuda dan dia mengenakan pakaian hitam dari atas sampai bawah.


Dia memegangi seekor anjing hitam kecil di dadanya.



Itu adalah pertama kalinya aku melihat Kinoshita-san tanpa seragamnya, dan itu adalah pemandangan yang menyegarkan, tapi aku gak punya waktu untuk merasakan perasaan itu sekarang.


[LN] Yayoi-chan wa Himitsu wo Kakusenai Volume 1 Chapter 8

Kinoshita-san menatapku diam, seolah dia baru saja melihat hantu.


"Oh, Onee-chan! Aku pulang."


Uzuki-chan melambaikan tangannya dengan suara ceria saat kakaknya menyapanya.


Di saat yang sama, anjing itu melompat dari pelukan Kinoshita-san, yang membeku, dan berlari ke kaki Uzuki-chan.


"Eh? ehhhh? Kenapa…?"


Kinoshita-san menatapku di depan rumahnya. Dia menatapku tak hanya sekali, tapi dua kali.


“Hmm… aku pulang. Maksudku, halo, lama gak bertemu?"


Aku bingung. Kami udah bertemu di kelas beberapa menit yang lalu, tapi aku gak menyangka akan bertemu dengannya lagi secepat ini.


“Kenapa Fukase-kun ada di rumah kita? Apa maksudnya ini?"


Kinoshita-san, yang mengenali wajahku, jelas kesal, tak bisa memahami situasinya.


"Kinoshita-san! Um, Uzuki-chan…”


“Oh, iya, aku mau pulang lalu aku bertemu dengannya! Lalu kami memutuskan untuk pulang bersama!”


Uzuki-chan menyela kata-kataku dan malah membuat alasan.


“Kenapa kamu pulang bersamanya? Kenapa kamu datang ke rumah kami?” Gelisah, Kinoshita-san menatapku beberapa kali.


Aku tahu dia marah padaku! Ini menyebalkan!


“Nah, apa yang akan kamu lakukan tentan hal ini? Apa kamu ingin meminta Satsuki-senpai untuk mampir?" 


"Apa maksudmu? aku mau ganti baju."


Mengatakan itu, Kinoshita-san berlari menaiki tangga dengan malu, mungkin menyadari kalo dia masih mengenakan sweaternya.


Anjing yang dipegang Uzuki-chan juga menjadi takut, mengeluarkan suara “kuun” yang sedih.


"Hei, bukankah dia tampak senang melihatmu?"


Mengarah Kinoshita-san di dalam rumah, Uzuki-chan tersenyum nakal.


“Bagian mana dari dirinya yang tampak senang bagimu? Dia sangat kesal, kan?"


“Dia malu karna kamu melihatnya dengan baju tidurnya. Bukankah itu imut?"


Aku tak bisa menjawab apa pun, jadi aku membalasnya dengan senyum palsu.


Sekarang saatnya Uzuki-chan. Tolong jangan membuatnya kesal lagi.


"Aku akan pergi selagi aku bisa."


"Jangan khawatir. Oh, ini Japii. Tolong gendong dia."


Sambil menunggu Kinoshita-san kembali, Uzuki-chan dengan paksa menyerahkan anjing itu, Japii, padaku.


"I-imut."


“Nama yang aneh, bukan? Kakakku memberinya nama itu.”


Aku membelai kepala Japii dan ekornya bergoyang-goyang di udara. Gak seperti pemiliknya, dia anjing yang sangat ramah.


Namun, dengan adanya anjing di tanganku, aku jadi gak bisa pulang ke rumah. Apa Uzuki-chan sudah merencanakan ini? 


Menarik sekali! Aku dibuat menari di telapak tangan Uzuki-chan!


"Ngomong-ngomong, ini yang aku maksud sebelumnya."


Dia meletakkan jari telunjuknya di depan mulutku.


Aku menutup mulutku dan menganggukkan kepalaku berulang kali. Japii menatapku dan menggonggong "arff!"


Sementara itu, pintu depan terbuka lagi, dan Kinoshita-san kembali.


Untuk beberapa alasan, dia mengenakan seragam sekolahnya.


"Kenapa kamu memakai seragammu lagi?"


"Itu gak masalah. Uzuki, bisakah kamu menjelaskan ini padaku?"


Kinoshita-san menatapku sambil berbicara dengan Uzuki-chan.


Apa yang harus aku lakukan? Aku berada di sini tanpa diundang, bukan?


“Karena dia datang ke sini, jangan marah padanya. Ajak masuk. Ada kue di lemari es, ayo masuk dan istirahat."


Uzuki-chan berusaha meyakinkanku untuk masuk ke rumahnya.


"Itu kueku!"


“Aku gak peduli, itu hanya kue. Satsuki-senpai tamu, bukan begitu?"


“Mengapa kamu begitu keterlaluan…!”


Uzuki-chan mengedipkan mata padaku, tapi tatapan tak berujung datang dari sisi lain. Sikap para saudari sangat menakutkan! Tepat saat aku mengira aku sedang menikmati liburan tropis, aku bisa merasakan tundra bertiup tepat di sebelahku!


"Kinoshita-san! Aku akan pergi. Itu bukan salahnya, oke?"


Sambil melindungi Uzuki-chan, satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah meninggalkan tempat ini secepat mungkin.


“Ya Tuhan, Onee-chan! Satsuki-senpai pulang. Apa kamu benar-benar ingin dia pergi?"


"Terus? Dasar… mou~~!”


Kinoshita-san berdiri dengan tangan bersilang. 


Aku datang ke rumahnya tanpa sepengetahuan atau persetujuannya, jadi wajar saja jika dia kehilangan kesabaran. Kedua saudari perempuan itu sekarang bertengkar tanpa kehormatan atau martabat.


"Uhm, baiklah kalo begitu, aku akan pergi."


Aku hendak mengembalikan Japii ke Uzuki-chan ketika dia tiba-tiba terlepas dari pelukanku.


"Ah!"


Kami berdua berteriak bersamaan.


"Ada apa?"


Japii mengenakan kalung, tapi bukan tali pengikat. Japii berlari ke jalan, lalu kami bertiga panik, mengibaskan ekornya dengan ekspresi wajahnya, dia bisa kabur kapan saja.


“Japii, kemarilah!”


Kinoshita-san juga keluar dari pintu dan memanggil Japii.


Aku merasa bertanggung jawab karena membiarkannya lepas dari pelukanku, jadi aku perlahan mendekati Japii.


Dikelilingi oleh kami bertiga, Japii tampaknya telah menyadari situasinya dan menatap kami dengan ekor berdiri.


Dia kemudian melompat dengan kaki belakangnya dan mencoba melarikan diri di antara Kinoshita-san dan aku.


"Satsuki-senpai!"


Teriak Uzuki-chan dan aku melompat ke arah Japii yang berusaha menjauh dari kami.


Tangan Kinoshita-san merentang dari sisi lain, tapi aku menangkap Japii sambil menahannya.


"Kita berhasil…"


Aku dengan kuat memegang tubuh berbulu halus Japii dengan kedua tanganku agar dia tak kabur kali ini.


"Satsuki-senpai, kamu hebat~!"


"Maaf, Uzuki-chan. Aku ceroboh”.


Kalo aku membiarkannya pergi, Kinoshita-san akan memelototiku lagi. Aku melihat wajahnya dan melihat…


Bagaimanapun, dia terus menatapku.


"Oke, sekarang aku mau pergi. Maaf, Kinoshita-san."


"Jangan biarkan dia kabur kali ini, oke?"


Aku hendak menyerahkan Japii ke Kinoshita-san lalu tiba-tiba…


Tangan kiriku menyentuh tangan Kinoshita-san yang ada di punggung Japii yang berbulu halus.


"Ah."


Psikis tak pernah melewatkan momen, bukan? Terlepas dari niatku.


'Kenapa kamu memanggil Uzuki dengan namanya, tapi kamu memanggilku Kinoshita-san!' 


Eh, dia marah? Cuma itu?


Saat aku bingung, dia mengambil Japii dariku, dan aku menatap wajah Kinoshita-san.


Apa dia marah atau cemburu?


Mungkin itu cemburu. Aku berharap itu aja.


Kinoshita-san… gak, Yayoi-chan, langsung menatapku dengan cemburu.


Aku rasa aku gak bisa memanggilnya Yayoi-chan dalam keadaan seperti ini, jadi mulai sekarang, aku diam-diam akan memanggilnya seperti itu dalam benakku.


"Bukan, bukan apa-apa. Maaf sudah mengganggumu!"


Aku berlari ke depan rumah Kinoshita seolah ingin kabur dari mereka berdua.


"Satsuki-senpai, silakan kembali mengunjungi kami!"


Aku merasa aku gak akan pernah kembali ke sini lagi.


Aku berada di sini hanya berlangsung beberapa menit. Pertama kali aku berada di depan rumah keluarga Kinoshita secepat naik roller coaster.


Di bawah matahari terbenam, aku sekali lagi berada di depan SMA Otomachi. Aku tak tahu kalo rumah Yayoi-chan sangat dekat. Seperti yang diharapkan dari keluarga Agen, mereka tinggal di tempat yang sangat bagus.


Mengesampingkan fakta kalo aku telah menggunakan psikis pada Yayoi-chan, Uzuki-chan memintaku melakukan sesuatu untuknya.


'Aku ingin kamu membuka hatimu untuk kakakku.'


Aku terkejut. Yayoi-chan yang aku lihat di sekolah bukanlah Yayoi-chan yang sebenarnya selama ini.


Yayoi-chan yang selalu menyendiri, dengan pikiran tertutup dan membuang hal-hal yang ingin dia lakukan karena dia adalah seorang Agen.


Bagaimana mungkin dia gak bergaul dengan siapa pun di kelas karena pekerjaannya sebagai Agen?


Hatiku sakit saat memikirkan bagaimana perasaan Yayoi-chan. Jika aku bisa membantunya, aku pasti akan melakukannya.


“Tapi apa yang harus aku lakukan…?”


Aku melihat ke langit dan matahari terbenam yang indah membuat bayangan panjang punggungku. Aku yakin di suatu tempat di langit merah itu, bulan juga melayang-layang di suatu tempat di garis cakrawala.


Sama seperti bulan di siang hari, Yayoi-chan yang sebenarnya tak terlihat sekarang.


Bisakah aku meneranginya? 


Bisakah aku menemukan Yayoi-chan sebenarnya yang bersembunyi di balik penampilannya?



Apa yang benar-benar bisa aku lakukan untuknya adalah… 

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset