Ads 728x90

Yayoi-chan Volume 2 Chapter 2

Posted by Chova, Released on

Option


Chater 2 - Gadis SMA yang sedang jatuh cinta.


"Selamat Datang di rumah"


Sesampainya di rumah, aku mendengar suara mamaku dengan aroma manis yang berasal dari dapur.


"Aku pulang."


Aku melepas sepatuku dan menjawab menaruhnya di posisinya dengan benar.


Sepatu Uzuki nggak ada di pintu masuk.


"Kamu pulang lebih awal."


Saat aku memasuki ruang tamu, aku melihat mama mengenakan celemeknya di sisi lain dapur, sebelum menggelengkan kepalanya menolak perkataannya.


Di saat yang sama, anjingku, Japii, dengan cepat memutari kakiku dengan bentuk angka delapan. Itu caranya menyambutku pulang.


"Japii, kemarilah."


Menungguku merunduk, Japii melompat ke dadaku.


"... Uzuki belum pulang?"


Tanyaku ke mama sambil mengelus kepala Japii.


Uap mengepul dari panci merah yang terletak di atas kompor gas.


Itu pasti rebusan spesial mama.


"Belum. Mulai hari ini giliranmu, ya, Yayoi?"


"Ya, giliranku."


Kami bersaudari bergiliran mengawasi wakil kepala sekolah.


Kami biasanya bergiliran setiap hari, tetapi beberapa hari yang lalu, aku absen tiga hari dan terpaksa mengganti hari-hari itu di minggu ini.


Kemarin, aku memaksa Uzuki untuk menggantikan giliranku karena aku mau membeli partitur, itulah mengapa aku tak boleh bermalas-malasan lagi.


“Ah, targetnya sudah melakukan perjalanan bisnis…”


"Yayoi, kurasa kamu jangan bermalas-malasan setelah kembali ke rumah."


Sambil tertawa, Mama mengeluarkan toples berisi biji kopi.


"Aku mau membuat kopi. Kamu mau?"


"Ya, terima kasih."


Aku duduk di kursi sambil memegang Japii.


Meja dapur didekorasi dengan vas bunga Anyelir dan Mawar. Itulah yang aku dan Uzuki berikan kepada Ibu sebagai hadiah Hari Ibu minggu lalu.


Aku menyarankan bunga anyelir merah, tetapi Uzuki menyarankan bunga mawar.


Sekarang, setelah aku melihat mama melalui bunga anyelir, aku menemukan sosoknya yang sangat cantik, jadi aku rasa, pilihan mawar Uzuki adalah jawaban yang tepat.


Gadis itu tak pernah salah dalam keputusannya, tak seperti aku...


“Warnanya yang sangat indah. Terima kasih."


Ibu meletakkan cangkir kopi di atas nampan dan meletakkannya di atas meja, lalu duduk di depanku.


Mungkin dia memperhatikan kalo aku sedang melihat anyelir dan wajahnya tersenyum.


"Mawarnya cantik."


Aku mengesampingkan niatku untuk memilih bunga mawar dan menyesap kopi. Itu merasa sedikit lebih pahit dari biasanya.


"Jadi kapan ayah pulang?"


Aku mengubah topik pembicaraan untuk menyembunyikan rasa maluku.


Ayah sudah melakukan perjalan bisnis sejak minggu lalu karena pekerjaannya sebagai Agen.


"Yah, aku juga tidak tahu detailnya."


Mama tersenyum lembut mengatakan hal itu seperti hal yang biasa.


Seperti biasa, dia tak pernah memberiku detail pekerjaannya.


“… Dia pergi ke luar negeri, kan?” 


"Itulah yang aku dengar."


Lagipula, dia tak bisa memberitahuku apa pun.


Aku sudah terbiasa dengan itu.


"Bagaimana harimu di sekolah?"


Kali ini dia mengajukan pertanyaan yang menurutku lebih sulit untuk dijawab.


"Baik seperti biasa…"


Mencoba menyembunyikannya darinya, aku ingat apa yang terjadi pagi ini.


Aku membeli partitur kemarin agar Satsuki-kun bisa mengajariku cara bermain piano. Itu ditulis sebagai lagu latihan, tetapi itu lebih sulit dari yang aku kira. Ternyata membingungkan.


Tapi Satsuki-kun menawarkan untuk meminjamkanku partitur untuk pemula. Apa dia mengejekku?


"Lihat senyummu itu, apa sesuatu yang baik terjadi padamu?"


"Tidak, tidak ada!"


Mama menatap wajahku seolah-olah dia bisa melihat menembus diriku.


Saat aku memikirkan Satsuki-kun, aku melihat sudut mulutku terangkat secara alami, jadi aku menutupinya dengan tanganku.


Aku memiliki kebiasaan untuk langsung menunjukkan perasaanku, itulah sebabnya aku harus melakukan sesuatu tentang hal itu ... 


"Beneran? Yayoi, kamu sepertinya bersenang-senang akhir-akhir ini, kan?"


"Eh…?"


Aku menggosok pipiku untuk menyembunyikan rasa maluku.


Aku telah menyembunyikan perasaanku dan mematikan emosiku selama ini, tetapi sekarang aku bisa bertindak sendiri.


Bahkan di kelas, aku bisa memanggil Satsuki-kun dengan namanya dan melakukan percakapan normal dengannya di pagi hari.


Sampai sekarang, tidak melakukan apa-apa adalah hal yang normal, namun kenyataannya melakukan sesuatu seperti itu membuatku merasa puas.


"Kamu sedang memikirkan Satsuki-kun, kan?"


Itu sangat jelas bagi mama, karena dia adalah Agen yang cerdas.


"Itu tidak benar sama sekali."


Aku merasa ibuku akan mengetahuinya, meskipun aku berbohong padanya. 


Memang benar kalo aku memiliki lebih banyak kekhawatiran daripada saat aku sendirian sepanjang waktu, namun, ada lebih banyak kekhawatiran yang menyenangkan daripada yang tidak menyenangkan.


Bahkan kemarin aku bersenang-senang memilih partitur, sekarang aku mulai berpikir kalau semua yang membuatku khawatir ternyata tak semuanya buruk.


"Yayoi, apa kamu akhirnya menjadi gadis SMA?" 


Ibu berkata padaku sambil memegangi pipinya.


"… Itu yang kamu pikirkan?"


Sekarang aku rasa pipiku pasti semakin panas.


Aku tahu itu bukan karena secangkir kopi yang kupegang di tanganku.


"Gadis SMA yang sedang jatuh cinta adalah gadis tercantik di dunia, bukan?"


"Itu karena cinta atau semacamnya ..."


Ketika orang mengatakan kata cinta, aku malu.


Pasti menyenangkan memikirkan masa depan, itu adalah kekhawatiran yang membahagiakan.


Itu sama halnya dengan hubunganku dengan Satsuki-kun dan piano.


Ini sama sekali berbeda dengan mengkhawatirkan masa depan tanpa memiliki tujuan yang jelas. Aku memiliki masa depan yang jauh lebih besar daripada hanya menjadi Agen.


"Tapi, aku akan melakukan yang terbaik sebagai Agen."


Aku mengatakannya dengan kata-kata yang jelas dan wajah yang serius.


Ini adalah keputusan yang aku buat agar tidak membuat mama khawatir. Aku tak berniat mengesampingkan peranku sebagai Agen.


"Aku tahu, karena dia mempercayaimu, Yayoi."


Mama juga menatapku sambil mengatakan itu padaku.


Sejak aku masih kecil, aku selalu menunjukkan ekspresi yang baik ketika aku berhasil dalam pekerjaanku. 


Melalui uap dari kopi, Mama memiliki sosok agen yang aku kagumi.


Itu benar. Bahkan mama adalah mama dan agenku di saat yang sama. Dan aku…


“Yah baiklah, aku mendapat informasi kalau target akan mengadakan pertemuan rahasia dengan seseorang di area sekolah besok sepulang sekolah. Dia mungkin pulang terlambat, jadi tolong awasi dia."


Begitu topik agen muncul, Mama mulai berbicara tentang pekerjaan. 


Targetnya tentu saja wakil kepala sekolah yang aku awasi, jadi aku akan sibuk besok.


"Mengerti. Kalau begitu, aku mau ganti baju."


Aku minum kopi dan meninggalkan tempat duduk.


Meskipun aku menunggu Uzuki, aku tak tahu jam berapa dia akan pulang. Kemana dia pergi? Dan aku berpikir untuk memarahinya atas apa yang dia lakukan hari ini saat makan siang.


Entah mengapa, Uzuki datang ke kelas kami saat aku mengawasi wakil kepala sekolah.


Belakangan ini sudah lama seperti itu.


Apakah Satsuki-kun sedang dalam masalah? Apakah dia akan mendukungnya agar dia bisa bermain? Dia selalu bercanda, apakah dia berpikir kalo dia akan mendukungku seperti itu? 


Tapi aku tak peduli lagi jika Uzuki ikut campur.


Aku semakin dekat dengan Satsuki-kun dan aku sangat bahagia.


Sejauh ini, aku telah melepaskan semua yang menggangguku sebelumnya.


Kalo dipikir-pikir, itu cukup mudah dan bodoh untuk melakukannya.


Ada banyak hal yang harus aku pikirkan, ditambah lagi dunia sudah berubah, dan tetap bertahan agar tidak berubah. Itu luar biasa, semua yang ada di depanku telah berubah.


Saat ini aku hidup melihat ke depan.


Bukannya aku mengingkari masa laluku, tetapi aku mencoba menerima semuanya dan dengan begitu terlahir kembali sebagai diriku yang baru.


Diriku sebagai agen.


Dan juga diriku sebagai seorang gadis SMA.


Kedua diriku yang hidup bersama dalam diriku.


Keduanya adalah bagian dari hidupku, oleh karna itu, aku harus menyeimbangkannya dengan baik.


Itulah yang aku putuskan.


Mama juga bilang padaku, Bisakah aku menjadi gadis SMA? 


Ini pertama kalinya aku merasa kalo pergi ke sekolah itu menyenangkan.


Aku ingin berbicara lebih banyak dengan Satsuki-kun besok.


Aku ingin tahu lebih banyak tentang Satsuki-kun.


Aku ingin mengenalnya lebih baik.


"Baiklah. Aku akan melakukan yang terbaik!"


Ketika aku memasuki kamarku, aku memegang tanganku erat-erat di depan dadaku dan menggumamkan itu.


Aku tidak percaya aku bisa memikirkan hari esok dengan cara yang begitu positif, tetapi aku bisa mengatakannya dengan percaya diri.


Aku menyukaimu hari ini dan aku yakin aku akan menyukaimu besok.


Aku ingin melihatmu lagi sementara bayanganmu tetap berada di balik kelopak mataku.


Saat aku melihat senyummu, aku juga ingin tersenyum.


Jika itu baik untukmu, itu baik untukku juga.


Aku tak lagi menginginkan masa depan yang samar-samar.


Tak peduli seberapa jauh dia dan seberapa kecil dia sekarang, aku ingin bertemu dengannya.


Aku ingin memegang tangannya dengan kuat.



Itu benar! Menjadi gadis SMA yang sedang jatuh cinta itu luar biasa! 

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset