Ads 728x90

Yayoi-chan Volume 1 Chapter 7

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 7 - Momen itu merupakan pukulan bagi hatiku.


Ketika aku meninggalkan Satsuki-kun dan pulang ke rumah, aku menemukan Uzuki sedang berbaring di sofa menonton TV dengan seragam sekolahnya.


 “Selamat datang di rumah, Onee-chan. Bagaimana kabarmu denganya?”


"Apa? Bagaimana kabarku, dengan siapa?”


Suaraku naik saat aku mengingat wajah Satsuki-kun, yang baru saja bersamaku.


“Ini tentang wakil kepala sekolah. Aku menelponmu, bukan? Katanya dia sedang menuju ke jalan raya sepulang sekolah."


“Uhh. Masih belum ada kemajuan lebih lanjut dalam kasus itu.”


"Oh, okay. Terima kasih atas kerja kerasnya."


Uzuki sepertinya gak tertarik dengan topik itu dan kembali menonton televisi.


Aku mengeluarkan susu dari kulkas dan menuangkannya ke gelas. Aku meminum semuanya dalam sekali teguk dan menjernihkan pikiranku yang bingung.


Aku mengikuti wakil kepala sekolah ke jalan raya sepulang sekolah.


Tapi aku berhenti mengawasi wakil kepala sekolah di tengah hari. Itu sia-sia, aku memiliki hal-hal yang lebih penting untuk dilakukan daripada bekerja.


“…Uzuki. Apa kamu tahu apa itu Northern Brand?”


Dengan santai aku bertanya tentang CD yang baru saja dibeli Satsuki-kun, dengan asumsi kalo Uzuki yang modis dan aktif akan mengetahuinya.


"No Bra? Itu band, kan? Tentu saja aku tahu.”


“Gak-gak-gak, tanpa bra?!”


"Itu singkatan. Mengapa kamu begitu malu?"


Butuh beberapa saat bagiku untuk menyadari kalo itu adalah singkatan dari Northern Brand. Aku pikir Uzuki bercanda lagi.


“Itu sangat populer akhir-akhir ini, lho? Onee-chan, apa kamu pernah tertarik dengan musiknya?"


"Aku gak tertarik. Ini hanya obrolan kecil."


Aku gak terbiasa dengan musik terbaru akhir-akhir ini,tapi aku pikir aku akan mencobanya jika Satsuki-kun yang merekomendasikannya padaku.


Sebenarnya, aku gak punya hobi. Aku hanya terfokus dengan pekerjaanku sebagai agen, jadi saat Satsuki menanyakan apa yang aku suka, aku gak bisa menjawab.


Apa menurutmu aku cewek yang membosankan? Meskipun itu benar…


“Yah, kupikir mereka akan segera merilis lagu baru?” 


"Itu keluar hari ini."


Aku memberitahunya apa yang aku tahu


"Serius? Apa yang terjadi? Tepatnya, kenapa kamu tahu begitu banyak tentang itu? Kamu gak punya CD plyaer di kamarmu untuk mendengarkannya, kan?”


Uzuki berdiri dan menatapku dengan rasa ingin tahu ada di matanya. Aku belum pernah membicarakan musik dengan Uzuki, jadi wajar jika dia tertarik dengan topik ini.


"Bukan apa-apa. Aku sudah bilang itu hanya percakapan kecil."


"Hmm. Omong-omong, apa yang terjadi pada Satsuki-senpai? Apa kamu sudah membuat kemajuan dengannya.”


Uzuki bersandar di sofa dan menatapku dengan tajam, seolah-olah apa yang baru saja kita bicarakan telah tertiup angin.


“Kemajuan apa! Gak ada yang perlu dibicarakan tentang itu…!”


Aku gak tahu apa yang akan dikatakan Uzuki jika dia tahu kami menghabiskan waktu bersama sepulang sekolah.


“Itulah mengapa aku memberitahumu kalo aku akan mendukungmu, Onee-chan. Kalo kamu mempercayakannya pada adikmu, kamu akan lulus SMA dengan seseorang di sisimu. Masa mudamu lebih pendek dari yang kamu pikirkan. Kamu tahu itu, bukan?"


"Kamu gak punya hak untuk mengatakan itu padaku."


"Aku melakukannya untuk Onee-chanku yang gak bisa jujur ​​pada siapa pun."


"Tapi itu bukan urusanmu! Oke, Selamat tinggal!"


Aku berlari keluar ruangan, berusaha untuk gak menjadi lebih panas.


“Kamu sangat keras kepala, Onee-chan! Sekarang aku akan mendukungmu sendiri!”


Aku mendengar kata-kata Uzuki yang mengganggu, tetapi jika aku membiarkannya lebih menggangguku, itu hanya akan membuatnya semakin terbawa suasana. Apa yang dia maksud dengan "Dukungan"? Aku memutuskan yang terbaik adalah meninggalkannya sendirian jadi aku kembali ke kamarku.


Saat aku melepas seragam dan mengenakan pakaian yang aku kenakan di rumah, aku masih merasa gugup.


Sepulang sekolah, aku merasa seseorang mengikutiku, jadi aku mengambil rute yang berbeda dari biasanya, tapi aku gak menyangka itu adalah Satsuki-kun. Aku membawanya ke lokasi stadion lama dan menanyainya; Lalu aku mengetahunya kalo itu hanya kesalahpahaman, tetapi kemudian kami memutuskan untuk pergi ke toko CD bersama.


Aku merasa bersalah mengabaikan pekerjaanku sebagai agen, meskipun aku juga harus menutupi sikapku.


Tapi pergi belanja berduaan dengannya sepulang sekolah itu…


Bentar. Bukankah itu kencan…?


Aku tahu aku baru saja mengatakan semua itu pada Uzuki, tapi bukankah ini yang kita sebut 'Kemajuan'?


Hanya mengingatnya membuat wajahku memerah, dan akupun melompat ke tempat tidur.


"Mm-hmm."


Tawa kecil keluar dariku karna aku telah berusaha keras untuk menahan diri saat bersama Satsuki-kun.


"Oh, benar." Aku mencari 'No Bra' di ponselku, yang direkomendasikan Satsuki-kun kepadaku. "Kya!"


Kemudian layar dipenuhi dengan gambar-gambar nakal wanita sungguhan tanpa bra, yang mengejutkanku dan membuatku menjatuhkan ponselku. Apa yang kucari…?


Aku mencari "Northern Brand" dengan benar dan dengan cepat menemukan PV dari lagu terbaru mereka. Mereka tampak seperti band rock, dengan pria kurus berkacamata sebagai vokalis, dan lirik yang sepertinya ditujukan untuk kaum muda.


Aku mendengarkan beberapa lagu mereka dan mencoba menyukainya juga, tetapi aku biasanya gak terlalu banyak mendengarkan musik jadi aku gak tahu apakah itu bagus atau buruk. Aku harus mendengarkan mereka sedikit lagi.


Ketika aku berbaring di tempat tidur dan menonton video musik No Bra, aku berpikir tentang apa yang terjadi sepulang sekolah hari ini.


Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke toko CD dan aku bersenang-senang.


Ketika aku masuk, aku melihat rak buku musik klasik dan tiba-tiba aku teringat festival tahun lalu.


Bukan di kios tempat aku bertemu Satsuki-kun tahun lalu.


Itu adalah festival pagi hari, saat Satsuki sedang bermain piano di gym.


Aku yakin dia gak tahu aku melihatnya saat itu.


Saat itu, hatiku tersentuh.


Festival tahun lalu.


Hari itu ada pertunjukan klub dan sukarelawan di gym di pagi hari, dan para murid pada dasarnya bebas melakukan apapun yang mereka inginkan.


Kelas kami memiliki kafetaria di kios-kios Piloti, dan kami harus menjalankan toko secara bergiliran. Aku mendapat shift sore, jadi sampai saat itu aku berada di gym menonton pertunjukkan yang sedang dilakukan. Aku gak bosan menonton pertunjukan klub drama dan kaligrafi, ditambah lagi aku sendiri gak terlalu menonjol dari penonton.


Acara terakhir di pagi hari itu adalah konser para alumni, aku berencana untuk melihatnya dan lalu pergi untuk menjaga kios kelas.


Penyanyinya adalah Mayo Shiraishi, mantan murid dan penyanyi sopran.


Seperti yang diperkenalkan pembawa acara, festival SMA kami sering menampilkan alumni sebagai tamu.


Shiraishi-senpai sudah menjadi penyanyi sopran terkenal yang memenangkan hadiah dalam kompetisi terkenal saat menghadiri sekolah musik setelah lulus dari SMA Otomachi. Bahkan aku mengenalnya hanya dengan nama dan reputasi.


Di tengah panggung ada grand piano16 dan pianis awalnya masuk sendirian. Itu adalah seorang cowok berseragam, yang sedikit mengejutkanku.


Tanpa melihat penonton, dia menundukkan kepalanya dan duduk di kursi. Terlalu gelap untuk melihat wajahnya, tapi aku bisa melihat kalo dia gugup.


Shiraishi-senpai, dengan gaun merah cerahnya, adalah orang berikutnya yang masuk. Kali ini, dia disambut dengan tepuk tangan meriah.


Shiraishi-senpai membungkuk, dan begitu dia melihat ke atas, tepuk tangan berhenti. Ada keheningan di atas panggung dan aku gak bisa menahan napas.


Shiraishi-senpai mengucapkan beberapa patah kata cowok piano itu, dan tak lama preludepun dimulai.


Suara piano, yang terdengar seperti tetesan air, bergema di gym seperti gelombang.


Dan segera setelah itu, Shiraishi-senpai, bintang pertunjukan mulai bernyanyi.


Suara sopranonya tumpang tindih dengan iringan piano. Liriknya dalam bahasa asing dan aku gak tahu apa artinya, tapi aku bisa merasakan keindahan dalam kata-katanyanya.


Nada lembut piano dan suara jernih melebur ke dalam tubuhku.


Melodi yang jernih membuat gendang telingaku bergetar, kulitku merinding, dan suaranya membentuk gambaran yang jelas di kepalaku.


Aku memejamkan mata dengan lembut, dan pemandangan yang belum pernah kulihat sebelumnya terbentang di balik kelopak mataku yang hitam pekat. Ada gunung, langit, sungai, dan angin tampak bertiup dengan lembut.


Musik itu menunjukkan hal-hal yang belum pernah aku lihat sebelumnya.


Ini adalah pertama kalinya aku merasakan sensasi seperti itu, dan seolah-olah ada sesuatu yang tumbuh dari dalam hatiku yang kosong.


"Itu musiknya Donaudy, kan?"


Setelah lagu pertama, aku mendengar dua cewek yang duduk di sebelahku berbisik di telingaku.


Donaudy? Di saat itu, tentu saja, aku gak tahu kalo dia adalah kompinis karya ini.


"Bahkan jika yang bermain piano itu cowok!" 


Lihatlah wajah itu. Dia berada di dunianya sendiri.


Kali ini aku mendengar suara kejam dari kursi belakang yang mengejek penampilannya. Itu hal yang mengerikan, meskipun gender itu gak ada hubungannya dengan bermain piano.


Aku berpikir untuk berbalik dan menjawabnya, tapi aku tahan.


Seolah memberontak terhadap komentar buruk, aku berkonsentrasi hanya pada suara piano. Hal berikutnya yang aku tahu, aku menjadi semakin tertarik pada cowok yang sedang bermain piano.


Mengapa dia memutuskan untuk bermain piano? Apakah dia sudah melakukannya sejak dia masih kecil? Apakah dia ingin melakukannya sendiri? Apakah gak ada yang menentang keinginannya?


Sepanjang hidupku, aku secara gak sadar telah membandingkan diriku sendiri, sejak aku berulang kali bekerja sebagai agen, dan sekarang aku membandingkan diriku dengan cowok yang bermain piano itu. Mungkin aku hanya iri padanya.


Sementara aku termenung memikirkan hal ini, sesuatu yang tak biasa terjadi.


- - - Buzz.


Suara rendah dan jelas gak selaras, suara yang sangat rendah bahkan aku bisa mendengarnya, dan lalu permainan itu berhenti.


Ada gumaman dari penonton kalo merasa ada yang tak beres, tapi Shiraishi terus bernyanyi seolah gak terjadi apa-apa.


Permainan piano berhenti lagi, dan meskipun kupikir itu adalah sesuatu yang sudah diatur sebelumnya, aku merasakan dengungan di dadaku.


Shiraishi-senpai menyanyikan acappella sampai selesai, sementara pianis tetap tak bergerak dengan wajah tertunduk.


Tampaknya pianis itu gagal dalam pertunjukkannya.


Mungkin itu adalah improvisasi Shiraishi untuk menyanyikan seluruh lagu acappella.


Saat lagu selesai, dia memanggil pianis. Dia tampaknya gak menyalahkannya atas kesalahannya, yang meyakinkanku, tetapi kemudian sebuah suara terdengar dari penonton.


"Satsuki-kun! Itu brilian!”


Itu mungkin teman si pianis. Itu adalah tepuk tangan pesemangat, tetapi tawa kecil keluar dari penonton. Suara cowok itu terdengar menghibur sekaligus ngejek.


Saat itulah aku mengetahui nama pianis itu, Satsuki-kun.


Aku terkesan dan bahkan menghormati Satsuki-kun, yang memberikan yang terbaik meski ditertawakan.


Satsuki-kun tampil sangat baik di depan banyak penonton. Aku gak pernah bisa melakukan hal seperti itu di depan begitu banyak orang.


Aku sangat tersentuh dengan penampilannya dan berpikir dia hebat.


Di sore hari yang sama, aku sedang menjaga kios kopi kelasku ketika seorang pelanggan datang untuk berbicara denganku. Aku berbohong kalo aku telah menjalankan kios sepanjang pagi, tapi aku gak menyangka pelanggannya adalah Satsuki-kun.


Tentu saja, aku gak bisa mengatakan apa pendapatnya tentang pertunjukan yang baru saja aku lihat. Aku terlalu gugup untuk menjawabnya.


Begitulah caraku bertemu Satsuki-kun.


Pertemuan itu hanyalah titik dalam hidup kami, itu gak pernah menjadi garis yang tumbuh semakin besar.


Aku berpikir dia hebat dan aku sangat respek padanya. Aku terkesan dengan permainan pianonya.


Aku berharap aku bisa bermain piano seperti dia… ada kalanya aku memikirkannya juga.


Tapi itu saja.


Aku menyimpan perasaan itu di dalam hatiku, mengutamakan menjadi Agen daripada hal lain. Aku gak bisa mementingkan apa yang ingin aku lakukan ketika aku hidup sebagai Agen.


Hari ini, sepulang sekolah, secara kebetulan aku menemukan CD Donaudy di bagian musik klasik sebuah toko CD.


Itu adalah lagu yang dimainkan Satsuki-kun di festival sekolah. Aku ingat kalo itu adalah musik yang sangat lembut.


Aku berharap bisa mendengar Satsuki-kun bermain piano lagi suatu hari nanti.


Ada sesuatu yang berubah dalam diriku untuk bisa memikirkan masa depan yang begitu cerah.


Bahkan hari ini, aku telah menginggalkan pekerjaanku dan mengikuti Satsuki-kun sebagai gantinya…


Diriku seorang Agen dan diriku yang sebenarnya.


Aku berpura-pura tak menyadari kalo keseimbangan yang aku jaga selama ini akan segera berbalik.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset