Ads 728x90

Yayoi-chan Volume 1 Chapter 1

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 1 - Gadis yang membuatku tertarik.


Kinoshita-san selalu sendirian.


Ini bukan karena fakta kalau ini adalah hari pertama di tahun keduanya.


Hasil ujian Kinoshita-san selalu menjadi yang terbaik di kelas sejak tahun pertama, dan kemampuan atletiknya tak tertandingi di seluruh sekolah.


Dia tinggi dan elegan. Gadis-gadis selalu iri dengannya, dan para cowok selalu memandangnya sebagai 'Gadis ideal'.


Ada alasan mengapa gadis yang begitu berbakat dan cantik selalu sendirian.


Kinoshita-san menjauhkan dirinya dari orang-orang atas keinginannya sendiri.


Interaksinya dengan teman sekelasnya sangat minim dan dia menolak untuk melakukan kontak mata dengan siapapun. Dia tak pernah tersenyum atau menunjukkan emosi apapun. Dia sering mengabaikan orang yang berbicara dengannya. Dia mungkin terlihat seperti gadis cantik yang keren, tetapi sebenarnya dia adalah orang yang pemalu dan tak ramah.


Rumor mengatakan bahwa dia 'Terlalu cantik dan menakutkan', mereka mengatakan bahwa 'Dia akan menolakmu hanya karena dekat dengannya', mereka juga mengatakan kalau dia adalah 'Seorang gadis dengan dinding es yang tak bisa dihancurkan', dan seterusnya, semua itu berlanjut sampai dikatakan bahwa dia memiliki aura seseorang yang mengatakan 'Jangan mendekatiku', dan tak ada yang mendekatinya setelah berbagai rumor mulai menyebar di sekitar sekolah.


Bahkan sekarang, saat semua orang di kelas mencoba untuk berteman satu sama lain, Kinoshita-san adalah satu-satunya yang duduk dengan tenang di kursinya, membaca buku seolah-olah itu terjadi secara alami.


Dia tampaknya berusaha menyembunyikan kesepiannya, tetapi sosoknya yang mempesona dan kesepian, bagaikan lukisan karya William Adolphe Bouguereau, jadi aku terus terpaku pada sosoknya dari belakang.


"Kita harus segera pergi ke gym, Satsuki."


"Uh-uh, ok aku akan pergi."


Aku berdiri dari tempat dudukku ketika seorang teman memanggilku.


Aku mengkhawatirkan Kinoshita-san karena suatu alasan.


Aku hanya berbicara dengannya sekali, ketika dia di tahun pertamanya.


Di saat itu, satu kata yang dia ucapkan membuatku gak bisa berhenti memikirkannya.


Itu karena rahasia Kinoshita-san, yang hanya aku yang tahu...


Itu setengah tahun yang lalu, di “Festival Otomachi” SMA kami. Itu adalah festival pertamakku sebagai siswa SMA.


SMA Otomachi memiliki kebiasaan menyelenggarakan acara yang sangat menyenangkan, dan sudah menjadi tradisi untuk menikmati semua acara di festival, dengan partisipasi banyak alumni dan staf pengajar.


Di pagi hariku berada di gym tempat klub-klub tampil, tetapi saat di sore hariku menyelinap pergi sendiri dan melihat penampilan setiap kelas.


Dari rumah hantu dan peragaan busana yang khas, beberapa kelas bahkan ada rumah pantai.


Mereka membawa kolam renang plastik ke dalam kelas, dan cowok maupun cewek memakai pakaian renang sedang bersenang-senang dengan pistol air di tangan mereka.


Aku ingin memakai baju renang dan berbaur dengan mereka, tapi aku gak cukup bersemangat untuk melakukannya dan hanya berjalan saja.


Aku sedang mencari tempat di mana aku bisa bersantai dan aku menemukan diriku di Piloti. Di sana, warung makan dan minum berjejer, simbol festival budaya.


Aroma saus yang terbakar tercium dari stan okonomiyaki, dan stan creps dengan staf berpakaian pelayan tampak sangat ramai, dengan antrean panjang pelanggan yang menunggu untuk masuk.


"Selamat datang, selamat datang!"


"Ini enak banget!"


Waktu makan siang hampir tiba dan kerumunan semakin padat, saat itulah aku melihat kios makan tersembunyi di ujung jalan.


Itu tampak seperti kedai kopi, tetapi gak ada pelanggan. Hanya ada satu gadis yang duduk di belakang kios, membelakangi kami.


Aroma kopi menarikku dan aku mendekati kios untuk melihat apakah aku bisa menemukan tempat untuk bersantai sebentar.


"Tolong kopi."


"......"


Ketika aku memesan sesuatu, gadis yang mengelola kios itu menutup buku yang sedang dibacanya.


Kemudian dia diam-diam menggiling beberapa biji kopi dengan penggiling tangan.


Aku terkesan dengan orisinalitas toko, tetapi dia gak melihatku atau mengucapkan sepatah kata pun terima kasih karena telah datang ke toko.


Meskipun aku ingin sendirian, aku merasa tak nyaman dan ingin berbicara dengannya, tetapi dia terang-terangan mengabaikanku.


"Ini benar-benar sangat asli."


"......"


"Dari mana kopinya?"


"......"


"Apa kamu menjaga kios ini sendirian dari pagi?"


"… Ya, sesuatu seperti itu."


Aku menutup mulutku agar gak mengatakan apa-apa lagi sebagai tanggapan.


Itu adalah penantian yang sunyi sementara kopi diseduh dengan tangan, dan kecanggungan tempat itu terlihat jelas. Aku bisa mengerti mengapa gak ada pelanggan yang datang ke sini.


Segera aroma kopi yang harum mulai muncul, dan gadis itu berbalik dengan cangkir di tangannya.


Dia menatapku lagi dengan gelas di tangannya.


"......!"


Melihatnya membuatku melihat kedua kalinya.


Itu dia, Yayoi Kinoshita.


Dia memiliki rambut hitam panjang, lurus, dan mata besar nan gelap yang sepertinya menarik perhatianku.


Berdiri tegak, dia tinggi dan ramping, dengan lengan dan kaki panjang dan anggun yang membuatnya tampak seperti model. Celemeknya yang diikatkan di pinggangnya menonjolkan bagian indah dari tubuhnya, semakin memperjelas kecantikannya.


[LN] Yayoi-chan wa Himitsu wo Kakusenai Volume 1 Chapter 1


“… Se-seratus yen, tolong.”


Kinoshita-san bahkan gak melihatku, pelanggannya, saat dia memegas gelas Styrofoam di atas meja dengan ekspresi sedingin es di wajahnya.


"Eh…"


Aku juga tiba-tiba gak bisa berkata apa-apa di hadapan Yayoi Kinoshita yang anggun, yang baru pertama kali aku temui.


Meskipun kami berada di kelas yang berbeda, aku telah mendengar banyak rumor tentang dia, karena, meskipun kami berdua murid baru, dia sudah cukup terkenal sehingga dia adalah nama pertama yang muncul di benakku ketika orang berbicara tentang gadis cantik.


Namun, aku ingat bahwa ada begitu banyak rumor buruk tentang dia, juga rumor yang baik.


Suara dingin dan sikap dingin Kinoshita-san.


Sikap kasar dan serius itu adalah rumor buruk yang paling banyak dibicarakan.


Aku bahkan telah diberitahu bahwa dia memiliki aura "Menjauh dariku" tentang dirinya, dan aku mengerti, gak heran dia mengabaikanku ketika aku berbicara dengannya beberapa saat yang lalu.


Yayoi Kinoshita, yang baru pertama kali kutemui, seperti rumor yang beredar, baik atau buruk; dan aku memiliki perasaan aneh karena gak mengetahui apakah aku telah menang atau kalah.


Aku yakin ada banyak yang bisa dikatakan tentang gadis cantik di seluruh dunia.


Ini adalah dunia yang aku gak mengerti apa-apa.


"Oh, ya!"


Saat aku hendak membayarnya dengan cepat dan pergi, Kinoshita-san, yang telah lama menundukkan pandangannya, menatapku.


Pertama kali mata kami bertemu, mata Kinoshita-san tertuju pada wajahku. Dia menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun sebagai tanggapan.


Ada aoa? Apa ada sesuatu di wajahku? Kita bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, kan?


Aku tiba-tiba merasa tak nyaman dan mencoba mengeluarkan uang dari dompetku, tetapi aku pasti terlalu gugup untuk melakukannya. Dengan tergesa-gesa, aku menjatuhkan uang di atas meja.


"Ah!"


Aku mengikuti lintasan koin seratus yen yang jatuh yang menggelinding dan berbicara di saat bersamaan.


Saat aku mengulurkan tangan untuk menangkap koin yang menggelinding di atas meja, tangan kiriku menutupi tangan Kinoshita-san yang menangkap koin 100 yen dalam beberapa detik sebelumnya.


Saat aku menyentuh punggung tangannya, yang sedingin es, itulah- "Satsuki-kun, kamu keren banget."


"Ehhhh?"


Aku pikir duniaku telah terbalik oleh keterkejutan dari kata-kata yang baru saja aku dengar.


Seolah-olah ta-da! dan simfoni hebat Beethoven mulai diputar dengan volume penuh, seluruh tubuhku mati rasa dan aku tak bisa bergerak sedikit pun.


… Aku, keren?


Itu pasti suara Kinoshita-san.


Itu bukan suara tanpa emosi dan berduri tadi, melainkan suara yang dipenuhi dengan emosi yang kuat.


Perlahan aku mendongak, tangan kami masih di atas, dan tak percaya, pipi Kinoshita-san memerah.


"Ah! Maafkan aku!"


Aku minta maaf secara refleks dan menarik tanganku yang menyentuh Kinoshita-san.


Saat berikutnya, dia menatapku dengan seringai.


"Terima kasih untuk ko-kopinya!"


Tatapan Kinoshita-san sangat membuatku takut sehingga aku menerima kopi itu dan meninggalkan tempat itu seolah-olah aku sedang melarikan diri.


Apa, apa itu? Apa, apa yang telah terjadi?


Aku berjalan melewati kios-kios yang ramai dan berlari menyusuri lorong, tak peduli dengan siswa yang aku lewati.


Aku sampai di samping gerbang sekolah yang benar-benar sepi. Aku mencoba untuk tenang, tetapi jantungku terus berdetak dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.


"Yayoi Kinoshita itu... Yang di maksud aku?"


Aku melihat tangan kiriku dan mengatakan penyebab emosiku.


Kata-kata yang kudengar saat aku menyentuh Kinoshita-san. Kata-kata itu bukanlah kata-kata yang diucapkannya dengan keras.


Itu adalah suara pikiran Kinoshita-san yang kudengar langsung di kepalaku.


Psikometri.


Ini adalah kemampuan untuk membaca sisa pikiran yang tertinggal pada suatu objek.


Saat aku, Satsuki Fukase, menyentuh seseorang dengan tangan kiriku, aku bisa membaca apa yang dipikirkan orang itu.


Orang-orang cenderung berpikir bahwa memahami perasaan orang adalah keterampilan yang berguna, tetapi sebagian besar suara dalam pikiranku hanyalah kata-kata buruk atau hal-hal negatif. Gak ada gunanya mengungkapkan rahasia orang lain dengan satu atau cara lain.


Aku biasanya berhati-hati untuk menghindari penggunaan keterampilan semacam ini sebanyak mungkin...


Hal yang paling penting untuk diingat adalah, kau gak bisa mengambil kesempatan pada seseorang dan berharap untuk lolos begitu saja.


'Satsuki-kun, kamu keren banget.'


Suara hati Kinoshita, yang kubaca di tangannya yang dingin saat aku menyentuhnya, berulang tanpa henti di kepalaku seperti kaset rusak.


Bagaimana dia tahu tentangku?


Apa yang dia maksud dengan "keren"?


Mungkin dia menyukaiku?


Aku tak tahu bagaimana menekan fantasiku, yang melonjak dengan kecepatan yang dipercepat. Ini adalah pertama kalinya aku mendengar perasaan positif tentang diriku menggunakan psikometri, dan aku sangat gembira.


Dan orang yang aku bicarakan adalah gadis tercantik di SMA, Yayoi.


Kinoshita……


Setengah tahun telah berlalu sejak pertemuan mengejutkan dengan Kinoshita-san.


Kita sudah berada di tahun kedua, dan hari ini adalah upacara pembukaan tahun pertama.


SMA Otomachi adalah SMA Negeri di Prefektur Hiroshima, dan merupakan salah satu SMA terbaik di prefektur ini, dengan hasil yang cukup baik dalam pendidikan tinggi.


Terletak di pusat kota Hiroshima dan memiliki aksesibilitas yang sangat baik. Kastil Hiroshima berada tepat di sebelah sekolah, dan ada juga sungai di dekatnya, lalu ada banyak alam di sekitarnya. Dikatakan bahwa dalam beberapa tahun stadion sepak bola akan dibangun di dekatnya.


Bangunan sekolah berlantai empat, berdesain baru, dengan ruang kelas berbaris dalam bentuk "B", yang di tengahnya memiliki halaman dari lantai pertama hingga atap, dan eskalator, sesuatu yang tak biasa di SMA Negeri. Aku suka suasana terbuka gedung sekolah, di mana cahaya masuk melalui atap kaca dan kau selalu bisa merasakan warna langit dan angin saat kau berjalan.


Saat upacara pembukaan yang diadakan di gym, wakil kepala sekolah hendak berbicara.


Siswa tahun kedua baru menyadari status mereka sebagai kakak kelas, dan masing-masing dari mereka berusaha untuk mencapai tujuan mereka sendiri…


Berpura-pura mendengarkan pidato wakil kepala sekolah, tanpa sadar aku memperhatikan seorang gadis yang berada dekat di depan barisanku.


Dia setinggi model, dan meskipun kami berbaris sesuai nomor kehadiran kami, kepalanya menjulang tinggi dari yang lain, dan rambut hitamnya yang indah bersinar seperti cincin malaikat di sekitar penampilannya.


Itu adalah Yayoi Kinoshita, yang berada di kelas yang sama seperti saat ini.


Dia menonjol di gym yang berisi ratusan orang, dan saat aku menatapnya, aku memikirkan festival sekolah tahun lalu.


"Satsuki-kun, kamu keren banget."


Hari itu, aku tak sengaja mendengar suaranya di benakku melalui psikometri, dan aku tak bisa mengeluarkan kata-kata itu dari kepalaku sejak saat itu.


Aku pikir Yayoi Kinoshita mungkin menyukaiku.


Suatu malam ketika aku gak bisa tidur memikirkan mengapa dia menyukai seseorang sepertiku, dan aku banyak menghayal selama waktu itu.


Aku berpikir aku ingin lebih dekat dengannya, tetapi itu gak mungkin. Di tahun pertama, kami berada di kelas yang berbeda, dan Kinoshita-san memiliki aura yang tak bisa didekati oleh siapa pun.


Tetapi di tahun kedua, kami berada di kelas yang sama, dan aku berbohong jika aku mengatakan aku tak punya ilusi.


Bahkan sekarang, aku mendengarkan apa yang dikatakan wakil kepala sekolah dan berkhayal tentang kehidupan baruku yang manis di SMA.


Aku ingin tahu apakah dia akan membuatkanku makan siang tanpa memberitahuku. Mungkin akan ada surat di loker sepatuku? Dia memanggilku ke belakang gym, dan kemudian.


"Satsuki-kun, aku…"


“Yayoi-san, aku juga…”


Kami saling memanggil, saling menatap dan berpegangan tangan...


Aku sangat senang dan sangat bersemangat sampai-sampai aku mengerutkan bibir ketika aku memiliki fantasi yang buruk di kepalaku selama upacara pembukaan.


"Hei, Satsuki."


Tiba-tiba, pukulan dari belakang mengguncang bahuku.


"Apa…?"


Aku memasang wajah lurus dan memutar kepalaku dalam lingkaran kecil sehingga tak ada yang tahu bahwa sejak pagi ini aku berkhayal menjadi seorang pembunuh.


Ada Mayama, yang sekelas denganku sejak tahun pertama. Karena nomor urutku juga sama, dia berada di belakangku seperti tahun lalu, jadi kenyataannya tidak segar, tidak melamun, tidak manis.


"Pidato wakil kepala sekolah itu panjang, bukan?"


Mayama mengerutkan alisnya dan tampak enggan.


Selalu seperti itu, pidato wakil kepala sekolah panjang. Dan itu selalu hal yang sama berulang-ulang.


"Dengarkan saja dengan tenang."


Aku menyimpan delusiku sendiri di kepalaku dan memperingatkan Mayama di belakangku kalau dia sedikit paranoid bahkan tanpa mendengarkan.


Mayama memiliki keterampilan sosial untuk bergaul dengan siapa pun, dan dia cowok yang jantan saat dia tenang, tetapi dia juga sangat menyebalkan.


"Apa kau punya kemampuan untuk mendengarkan orang?"


Mayama, yang bosan dengan pidato wakil kepala sekolah, menyenggol tangan kiriku yang masih berada di dalam saku.


"Itu kebiasaan."


Aku memasukkan tanganku ke dalam saku agar aku gak bisa menyentuh seseorang dan secara gak sengaja mengaktifkan psikometri. Psikometri bisa terjadi tanpa niat seseorang, yang sangat berbahaya di tempat ramai seperti pertemuan sekolah seperti ini.


"Terkadang kau harus bersikap tenang."


Mayama tiba-tiba menggelitik sisi tubuhku.


"Hyah!"


Aku menjerit dan melompat.


Suaraku bergema di gym lebih dari yang aku harapkan, dan mata seluruh sekolah tertuju padaku.


Tak perlu dikatakan, aku terkejut dengan semua perhatian yang tiba-tiba.


"Fukase!"


Suara guru terdengar dari belakangku, dan aku mengeluarkan tanganku dari saku dan berdiri tegak, menatap lurus ke depan. Dengan keringat dingin yang keluar di punggungku, Mayama yang berada di belakangku berusaha keras untuk tidak menertawakan keadaanku.


Itu yang terburuk.


Namun, aku sedikit lega saat melihat wajah Kinoshita-san menatapku dengan mata terjutu padaku. Aku benar-benar makhluk yang sangat sederhana.


Upacara pembukaan berakhir dan aku sedikit dimarahi oleh guru, tetapi dia segera melepaskanku.


“Kenapa hanya aku yang dimarahi? Itu salahmu, bukan salahku."


"Itu salah kita."


"Itu seratus persen salahmu!"


Saat perjalanan kembali ke kelas dari gym, aku terhuyung-huyung dan ngobrol dengan Mayama.


Aku sudah berada di dalam daftar Wali kelas di hari pertama tahun kedua. Aku merasa tak nyaman karena hal itu.


Mayama, yang bersikap seperti orang asing tentang masalah itu, dengan santai mengubah topik dan lalu kami telah mencapai ujung lorong saat ngobrol.


"Jangan khawatir. Kau sekelas dengan Yayoi Kinoshita, jadi semuanya akan baik-baik saja."


Saat dia menyebut nama itu, bahuku tersentak.


Sedikit di depan kami, Kinoshita-san berjalan dengan anggun tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.


"…Hmm."


Aku menjaga wajah cemberutku dan sengaja berpura-pura tidak tertarik padanya.


Bahkan tanpa diberitahu, aku selalu tahu bahwa Kinoshita-san ada disana. Aku telah mencarinya sepanjang pagi, bahkan selama upacara pembukaan. Tak perlu dikatakan, aku terus menatapnya sambil berbicara dengan Mayama di samping.


"Haruskah aku berbicara dengannya sebentar?"


Tiba-tiba Mayama menyela, mengangkat alis tipisnya yang tajam dan tersenyum padaku.


"Jangan lakukan itu. Dia hanya akan mengabaikanmu."


Saran tak terduga dengan tenang menghentikan Mayama saat dia hendak berjalan ke arahnya. Itu dengan tenang menghentikan Mayama hanya karena punggung Kinoshita-san terus mengeluarkan aura "Jangan mendekatiku" yang kuat.


“Satsuki kau juga tertarik dengannya, kan? Aku sudah mengawasimu belakangan ini, jadi aku bisa melihat apa yang kau lakukan."


“Aku gak melihat apapun!”


Aku memaksakan diri untuk mengalihkan pandanganku ke arah jendela dan menjauh dari Kinoshita-san, yang tadi melihatku.


"Pertama adalah momen krusial."


"Aku gak tahu"


Aku menolak bersikap agresif terhadap Mayama karena aku tahu bagaimana perasaan Kinoshita-san terhadapnya.


Sebaliknya, dia terganggu oleh perasaan itu, lalu apa yang akan terjadi kalau dia menyinggung perasaannya dan dia membencinya.


Dia adalah cowok yang menyedihkan, dia menunggu sesuatu terjadi, tetapi dia gak bisa mengambil langkah sendiri.


Sambil putus asa, aku berpikir tentang bagaimana menghentikan candaan Mayama ketika…


"......!"


Tiba-tiba, aku merasakan kejutan besar di punggungku.


Saat aku berpikir mau ditabrak dari belakang, semuanya sudah terlambat.


Aku memasukkan tanganku ke saku dan aku jatuh ke lantai tanpa bisa menghindarinya.


"Oh, maafkan aku, maafkan aku!"


Cowok yang menabrakku memberikan permintaan maaf singkat dan lari. "Hei, hati-hati!"


Mayama berteriak atas namaku setelah dia tiba-tiba menabrakku.


"Kau baik-baik saja, Satsuki?"


Melihat ke bawah, Mayama, seperti yang diharapkan, terlihat khawatri tentang keadaanku.


"Ya, mungkin…"


Baguslah aku terluka, karena itu membuat pembicaraan tentang Kinoshita-san bisa menjadi ada, tetapi sepertinya pergelangan tangan kananku sedikit terkilir saat menarug tanganku untuk menghindari hasil yang lebih buruk.


Ketika aku berdiri untuk menutupi tanganku, seseorang bergegas ke arahku.


"Kamu baik-baik saja?"


Sebuah suara kecil memanggilku yang hanya bisa aku dengar.


Kemudian, tangan kiri putih kurus terulur di depanku.


“Oh, gak apa-apa…”


Aku meraih tangan yang terulur tanpa memikirkannya.


Rasanya cukup dingin, atau begitulah pikirku.


"Aku senang berada di kelas yang sama denganmu, Satsuki-kun."


"Ehhh?"


Kamu senang berada di kelas yang sama denganku…?


Tak bisa mempercayai suara psikometri tak terduga yang baru saja aku dengar, aku perlahan melihat ke atas.


Itu, Kinoshita-san, yang seharusnya berjalan sedikit di depanku tadi. Dia memegang tanganku erat-erat dan dia mengedipkan matanya dengan cepat.


Kenapa Kinoshita-san…?


“Ki-kino…”


Dalam kebingungan, aku menelan kata-kataku ketika aku mencoba menyebutkan namanya.


"Sa..."


Kinoshita-san, di depanku, juga membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi sepertinya tak bisa melanjutkan 'Sa'.


Tangan kami yang terhubung lalu terlepas bersama, dan kami saling menatap mata, membeku seolah-olah secara ajaib menyatu.


Seperti Deja Vu sejak hari itu, pipi dan telinga Kinoshita-san memerah.


Suara pikirannya dan sentuhan tangannya yang dingin mengingatkanku pada apa yang terjadi setengah tahun yang lalu.


- - Apa kamu masih menyukaiku, Kinoshita-san?


Tepat ketika kepalaku hampir mendidih hebat karna harapan dan fantasiku akan menjadi kenyataan, suara pikiran Kinoshita-san terdengar di kepalaku lagi.


Tangan kirinya, yang masih memegang tanganku mengaktifkan psikometri lagi.


“Itu kamu, Satsuki-kun! Aku baru saja menyelamatkanmu, tetapi aku harus segera pergi karena ada pekerjaan agen yang harus kulakukan…”


“Berapa lama lagi kamu mau memegang tanganku!”


Kata-kata realitas Kinoshita-san menenggelamkan suara hatinya yang mengalir di kepalaku.


Dia melepaskan tanganku dengan keras, dan aku terjatuh ke belakang, saat mencoba untuk bangun.


"Ehhh? Kinoshita-san?"


Saat aku melihat lagi wajah Kinoshita-san, ekspresinya berubah drastis dari sebelumnya.


Alisnya terangkat, dagunya menonjol, dan dia menatapku dengan tatapan membunuh. Itu sama seperti ketika aku bertemu dengannya enam bulan lalu.


"Gak bisakah kamu menyebut namaku dengan begitu santai?"


“Apa, eh…?”


Tatapannya gak berakhir begitu saja, kali ini dia benar-benar marah.


"Aku hanya ingin menyingkirkanmu dari jalan, aku gak tahu siapa kamu, tapi jangan salah paham."


Kinoshita-san meninggalkan jejak kutukan yang sepertinya tak menunjukkan bahwa dia telah menyelamatkan orang yang baru saja jatuh, dan berbalik, mengibaskan roknya, dan tiba-tiba pergi.


"Kesalahpahaman? Siapa? Apa……?"


Kamu mengenalku, bukan? Bukankah kamu baru saja mengatakan Satsuki-kun di pikiranmu?


Ini seperti makan es krim vanila manis dan kemudian tabasco yang sangat pedas dimasukkan ke hidungmu dengan wasabi yang dioleskan di matamu. Dengan kata lain, benar-benar kacau. 


“Seperti yang diharapkan dari Yayoi Kinoshita. Dia menyelamatkannya dan sekarang itulah yang dia dapatkan?”


"Dia gak hanya keren, tapi dia benar-benar menakutkan."


"Dua tahun sudah berlalu, dan dia masih belum berubah sedikit pun."


Suara-suara seperti itu keluar dari para siswa yang melihat peristiwa yang sangat gak masuk akal ini. Mendengarkan hanya kata-kata Kinoshita, itu akan menjadi rumor buruk tentang Yayoi Kinoshita.


Tapi hanya aku yang tahu apa yang dia katakan sebelumnya bukanlah niat sebenarnya.


Buktinya telinga Kinoshita-san memerah saat dia berjalan menjauh dariku.


Aku terkejut melihat telinganya merah lagi saat dia berjalan pergi. Aku senang aku gak berbicara dengannya begitu santai.


Mayama, yang telah menyaksikan kekuatan aura Kinoshita-san tampak lega melihatnya pergi.


Kau... Kemana perginya semua sikapmu tadi?


“Hei, apa itu…?”


Aku masih belum melupakan kebingunganku.


Alih-alih berbicara dengannya dan diabaikan, aku memiliki masalah yang lebih besar dari itu.


Suara yang aku dengar di dalam kalimat psikometri kedua itu.


- - Pekerjaan Agen?


Agen apa itu? Apakah itu seperti mata-mata, pembunuh, hal semacam itu...?


Kinoshita-san seorang agen…?


Aku mengharapkan sesuatu terjadi ketika kami berada di kelas yang sama bersama, tetapi kehidupan SMA ku berubah drastis dengan peristiwa yang terlalu mengganggu.


Aku baru saja menemukan rahasia baru tentang Yayoi Kinoshita...

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset