Ads 728x90

Seisyun New Game Volume 1 Chapter 3 Part 4

Posted by Chova, Released on

Option

Chapter 3 Part 4 – Perilaku Sempurna.


***


Aku menarik napas dalam-dalam setelah menyelesaikan lagu kami. Rungan itu menjadi sunyi.


Eh, apa aku melakukan sesuatu yang salah? Aku tak tahu mengapa, tapi rasanya seperti udara menjadi dingin. Juga, Uta berhenti bernyanyi di tengah jalan dan duduk. Kenapa dia melakukan itu?! Aku hendak menundukkan kepala dan meminta maaf atas apa yang aku lakukan, tetapi aku sela sama Uta.


“Wo-wow! Natsu, kamu hebat!”


“Huh?” Aku menatapnya, bingung.


“Aku duduk karena aku pikir aku merusak penampilanmu!”


“Bu-bukan gegitu. Aku ingin kamu melanjutkan! Aku gugup!”


“Apa kau sedang nyindir? Itu bagus dan kamu gugup?” Reita bertanya dengan senyum kering.


“Wow, kamu hebat! Aku berada di bulan karna aku begitu tenggelam dalam cahaya.” Kata Hoshimiya sambil tersenyum puas.


“Aku akan mendukungmu.” Idola kita, Nanase, bergumam.


Apakah dia juga menyukai idola cowok? Karena itu, aku sudah mendukungmu, jadi tolong jangan dukung aku! Aku lebih suka itu tak menjadi sesuatu yang saling menguntungkan.


[LN] Haibara-kun no Tsuyokute Seishun New Game Volume 1 Chapter 3

“Bro, kau itu cowok, tapi kau bisa mendapatkan nilai setinggi itu?” Tatsuya menatapku dengan sangat terkejut.


Ada suatu saat dalam hidupku di mana aku hanya akan berlatih teknik falsetto dan menggabungkan teknik suara. Aku ingat hari-hari ketika aku pergi ke karaoke hanya untuk berlatih. Tidak ada seorang pun di sekitar untuk menonton atau mendengarkanku, tetapi aku masih menghabiskan banyak hari untuk merekam diriku sendiri, bernyanyi, mendengarkannya, dan lalu berkembang.


“Oh, uh, gak banyak.” kataku. Aku gak punya kata-kata untuk bagaimana untuk menjawab, tetapi aku tahu itu pasti bukan itu.


Baiklah. Tampaknya atmosfer tidak membeku karena berbau. Aku punya firasat gak mungkin seburuk itu, tapi untuk sesaat mereka semua menatapku seolah-olah mereka telah berubah menjadi balok es. Itu membuatku bertanya-tanya apakah aku benar-benar memiliki selera menyanyi yang buruk dibandingkan dengan manusia normal. Teman-teman, kalian gak membantuku kalo seperti itu!


Bagaimanapun, kurasa mereka terkejut karena itu sangat bagus? Ini jelas lebih baik, pikirku sambil mengusap dadaku untuk menenangkan diri. Aku sangat gugup sampai aku tegang.


“Hei Natsu! Aku ingin mendengarmu lebih banyak! Bisakah kamu melakukannya lagi?!” Uta mencariku untuk menunjukkan lagu yang diambilnya dari DENMOKU.


Itu adalah lagu populer dari band yang aku sukai. “Ya, pilihan yang bagus. Lest rock, Uta!” Aku berhenti ketika menyadari apa yang telah kukatakan. “Oh astaga, kedengarannya menakutkan, bukan?”


“Mungkin! Ngomong-ngomong, apakah kamu tak apa dengan itu? Aku gak sebaik itu. Tidakkah aku akan menghalangimu?”


“Gak mungkin lah. Bukankah lebih menyenangkan jika kita semua bernyanyi bersama? Lebih seru seperti itu.”


Itu pendapat jujurku. Bernyanyi jauh lebih menyenangkan dengan orang lain daripada sendirian. Tapi mungkin itu hanya sekedar jeda untukku karena ini pertama kalinya aku bernyanyi dengan orang lain.


“Yah… Apakah kamu tahu lagu ini? Atau yang ini?” tanya Uta.


Dia telah menarik beberapa lagu dari band rock yang agak gak kukenal. Dia sangat sering mendengarnya, tapi Hoshimiya dan yang lainnya mungkin belum pernah mendengarnya sebelumnya.


“Kita memiliki selera musik yang sama, Uta.” Kataku.


“Benarkan! Kalau dipikir-pikir, kita gak pernah berbicara tentang musik, ya? Aku gak punya banyak teman untuk berdiskusi tentang musik rock, aku jadi sangat senang! Yaay!” Uta senang lalu menepuk bahuku, energinya bertambah.


Kau mencium sesuatu yang harum, dan sekarang aku mulai sadar menyentuh seorang gadis, jadi tolong hentikan dia! Oh astaga, aku pikir setiap kali seseorang menyentuhku… Terlepas dari keluhanku, aku berada pada gelombang yang sama dengan Uta. Sangat menyenangkan memiliki teman untuk diajak bicara tentang musik yang kau sukai.


“O-oke! Ayo bernyanyi!” Aku bersemangat, mulai merasakan iramanya, dan tersenyum pada Uta.


Sesaat kemudian, dia berkata, "Ya" dan kami pulang.


***


Setiap kali giliranku atau Uta, kami bersemangat dan bernyanyi duet bersama. Yang lain mungkin enggak mengenali lagu-lagunya, tetapi menghargai mereka yang tampil sama bersemangatnya dengan kami. Reaksi mereka secara bertahap membuatku lebih percaya diri pada kemampuan menyanyiku. Alih-alih memberikk pujian hampa, semua orang justru berpikir bahwa aku adalah seorang penyanyi yang handal.


Agar adil, aku banyak berlatih… pikirku. Di masa lalu, aku bahkan memiliki 99% poin. Huh, sepertinya sistem poinnya sangat bisa diandalkan. Aku juga merasa Uta dan aku semakin dekat. Mengenal musuhmu adalah hal yang luar biasa!


Aku bersenang-senang; Ini bagus! Aku sekarang menjalani kehidupan masa muda yang penuh warna yang selalu aku impikan. Aku punya lima teman yang aku kagumi, dan salah satunya adalah orang yang aku sukai. Mereka pergi bersamaku, mereka tertawa bersamaku, dan mereka juga menyukaiku.


Hari-hari kami terasa seperti mimpi terindah. Semuanya persis seperti yang aku harapkan - impikan - ketika aku menyampaikan keinginanku kepada Tuhan. Aku ingin mengulang masa mudaku yang kelabu dan buruk dan menulis ulang kenangan-kenagan ini dengan penuh warna.


Semuanya berjalan lancar. Seperti inikah rasanya menjalani hidup? Tentu saja, itu gak sempurna, tapi aku rasa aku melakukannya dengan cukup baik jika aku harus mengatakannya. Aku memperbaiki penampilanku, berlari untuk menurunkan berat badan, membentuk otot dengan beban, berlatih tersenyum, belajar dari penampilan saat ini, melalui banyak percobaan and kegagalan untuk melakukan percakapan alami dengan teman-temanku, dan bahkan belajar keras agar aku bisa mengajari orang lain. Beginilah caraku membentuk jalanku.


Aku berusaha keras, sangat keras, untuk sampai ke tempatku sekarang; Berkat semua darah, keringat, dan air mata akhirnya aku bisa merasa bahagia. Bocah ini, yang sebelumnya terjebak dalam dunia kelabunya, sekarang yakin bahwa Rencana Masa Muda Penuh Warnanya berkembang dengan sempurna!


Saat itu, pikiranku terganggu.


“Maaf, teman-teman. Aku mau pulang dulu.”


Kata-kata yang tiba-tiba itu bergema di seluruh ruangan, tepat setelah Uta dan aku menyelesaikan duet lainnya. Suara energik itu memetong keheningan singkat di antara lagu-lagu, memotong suasana bahagia seperti pisau tajam. Suara itu tak lain berasal dari Tatsuya.


Udara kembali membeku.


Ada apa dengan dia? Aku menatap Tatsuya, tapi dia memaksakan senyum. Sesaat kemudian, dia berkata “Selamat bersenang-senang, teman-teman", dan meninggalkan ruang karaoke tanpa menunggu jawaban. Kami bahkan gak punya waktu untuk menghentikannya.


Keheningan jatuh di ruangan itu, dan kami semua saling menatap. Giliran Hoshimiya, tapi suasananya gak terlalu mendukung untuk bernyanyi, dan mikrofon ditinggalkan di atas meja. Dengan itu, lagu dimainkan tanpa penyanyi, dan melodi yang merdu memenuhi tempat itu.


“Aku ingin tahu ada apa dengan Tatsu.” Uta bergumam prihatin.


Kata Hoshimiya dengan cemberut. “Ya, itu gak seperti dia... Kupikir dia terlihat murung akhir-akhir ini.”


Aku sudah memikirkan hal yang sama. Tampaknya semua orang peduli padanya. Awalnya, aku mengira itu karena ujian, tapi apa itu benar? Apakah seseorang yang kasar dan lesu tentang nilai seperti Tatsuya menjadi sangat tertekan karena dia khawatir gagal dalam ujian? Tapi aku gak memikirkan apapun yang akan membuatnya merasa buruk. Kurasa satu-satunya pilihanku adalah bertanya langsung padanya!


“Aku akan memeriksanya.” Kataku dan berdiri. Tatsuya adalah temanku. Dan aku bertekad untuk menjadi temannya. Aku ingin membantu jika dia mengalami kesulitan dengan sesuatu.


“Tunggu, Natsuki.” Reita meraih bahuku, menghentikanku meninggalkan ruangan. Terlihat agak cemas.


“Reita?” Aku menatapnya kembali, bingung.


Dia sepertinya sedang mempertimbangkan sesuatu untuk sesaat dan akhirnya dia bergumam. “Tidak, maaf. Mungkin itu cara tercepat.”


Itu adalah komentar yang membingungkan. Ah yahh, sepertinya dia gak ingin menghentikanku lagi. Aku lebih baik bergegas! Aku gak akan bisa mengejar jika Tatsuya naik sepedanya!


***


“Tatsuya!” Aku teriak sambil mengejarnya sampai ke tempat parkir sepeda.


Dia perlahan berbalik ketika dia mendengar suaraku. Wajah Tatsuya tertutup oleh matahari terbenam di belakangnya. Bayangan di sekitar kami semakin besar, sampai dia berkata. “Natsuki. Ada apa?”


“Jangan tanyakan itu padaku! Aku khawatir karena kau bertingkah di-“


“Aku baik-baik saja, serius, kau gak perlu khawatir tentang hal itu.” Kata Tatsuya, memotongku.


Kata-katanya sama seperti biasanya, tapi nadanya agak aneh, jadi aku gak bisa membaca emosinya. Aku bertanya. “Apa kau kesal?”


Dia ragu-ragu sebelum menjawab. “Gak terlalu. Apa? Apa ada sesuatu yang membuatku kesal?”


Pikirku begitu. “Bukannya aku tahu. Tapi aku bertanya kau terlihat kesal.”


Aku merasakan udara listrik. Momen ini tampak tegang, seperti keadaan akan berubah menjadi sangat cepat jika aku mengatakan sesuatu yang salah.


Dengan nada tak peduli, ekspresi yang tak terbaca - aku bahkan tahu bahwa Tatsuya sedang mencoba menahan emosinya karena dia hampir gak bisa menahan amarah di balik matanya.


“Natsuki. Maaf, tapi tinggalkan aku sendiri hari ini.”


Aku punya firasat buruk. Aku pernah melihat Tatsuya seperti ini sebelumnya - momen tak terlupakan yang sama ketika aku menyadari kegagalanku dan masa mudaku sia-sia.


‘Hei, Natsuki? Maafkan aku, tapi aku gak bisa terus bersamamu lagi. Selain itu, kau mengacaukanku.’


Itu persis sama seperti waktu itu. Itulah sebabnya aku takut meninggalkan Tatsuya. Aku tahu tindakan yang tepat adalah kembali, tetapi aku gak bisa menahan diri untuk semakin dekat. “Tatsuya. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, maka aku-“


“Diam! Aku sudah memberitahumu untuk meninggalkanku sendiri!” Dia berteriak.


Dari jarak sedekat ini, aku akhirnya bisa melihat ekspresi muramnya dengan jelas. Tatsuya memelototiku. Aku tahu dia membenciku.


“Tidakkah kau pernahh merasa sangat menyedihkan sehingga kau hanya ingin sendirian?!”


Pertanyaannya membuatku bingung; aku gak yakin apa yang dia maksud. Jadi aku berhenti berjalan ke arahnya.


Tatsuya? Menyedihkan? Apakah ini yang dia pikirkan tentang dirinya sendiri? Pria kuat dan percaya diri yang selalu tertawa itu? Gambaran itu sangat berbeda dari konsepku sendiri tentang Tatsuya sehingga aku gak bisa mempercayainya, bahkan berasal dari dirinya sendiri. Tapi sepertinya dia gak berbohong. Dan ini bukan waktunya untuk bercanda.


Tatsuya berkata ketika dia melihat kerutan bingungku. “Kurasa seseorang yang sempurna sepertimu tak akan pernah mengerti...”


Aku perlu mengatakan sesuatu, pikirku, tapi aku terdiam, dan hanya, “Huh?” yang keluar dari mulutku.


Gak mungkin dia membicarakanku, kan? Gak ada yang sempurna tentangku. Satu-satunya orang yang sempurna di grup kami adalah Reita, bukan aku. Tapi Reita gak ada di sini. Apakah itu berarti kita dari Reita sekarang?


Masih belum bisa memproses apa yang dikatakan Tatsuya, tanyaku. “Apa kita berbicara tentang Reita?”


“Bro.” Mata Reita menyipit. “Apa kau serius menanyakan itu?”


“Apa maksudmu?” Jawabku. Aku serius! Aku gak tahu apa yang kita lakukan.


Memahami bahwa aku benar-benar terkejut, Tatsuya menjauh dariku. “Aku gak berbicara tentang Reita. Orang itu pandai dalam banyak hal, tetapi aku gak akan menyebutnya sempurna. Aku tahu, kami adalah teman masa kecil. Aku tahu kelemahannya.” Dia berkata sambil membuka kunci sepedanya.


Kau gak berbicara tentang Reita? “Uh, apa kau berbicara tentangku? Apa menurutmu aku sempurna?”


“Tidakkah menurutmu begitu, Natsuki? Begitulah menurutku.”


Aku hampir tertawa dan berkata. “Itu omong kosong!” Tapi sebelum berbicara, Tatsuya menoleh padaku, dan aku bisa melihat di matanya bahwa dia serius.


Tatsuya menghela nafas panjang dan menepuk pundakku. “Maaf, Natsuki. Jangan berkeringat. Kau gak melakukan kesalahan apa pun.” Dengan itu, dia menaiki sepedanya dan pergi.


Aku melihat punggungnya menghilang ke kejauhan. Aku berdiri di sana tanpa ekspresi karena aku gak tahu berapa lama sampai aku mendengar langkah kaki di belakangku.


“Maaf, Natsuki. Aku punya perasaan ini akan terjadi.”


Masih terkejut, aku menoleh dan melihat Reita menatapku dengan serius.


“Apakah menurutmu ini bisa terjadi? Apa-apaan ini? Apa maksudnya dengan itu?”


Aku benar-benar bingung. Yang aku tahu adalah aku telah membuat kesalahan - aku berada dalam situasi yang sama seperti pertama kali.


“Tatsuya iri padamu.” Reita menatapku.


“Huh?” Aku menatapnya. Mengingat apa yang dikatakan Tatsuya, Reita sekarang membuat komentar yang tak bisa dimengerti. Ini masuk akal jika semua orang masuk dan berkata "PRANK". Rasa iri itu aku. Itu bukan sesuatu yang harus mereka rasakan untukku. Pikirku. Dengan keras aku berkata. “Iri? Dariku? Apa yang perlu iri dariku?”


“Kurangnya rasa percara dirimu yang luar biasa mungkin adalah mengapa kau begitu tak menyadari bagaimana perasaan orang tentangmu. Itu benar-benar gak sesuai dengan kemampuanmu… Aku merasa agak khawatir tentang bagaimana hal itu bisa terjadi.” Kata Reita.


Dia ada benarnya. Aku tak tahu bagaimana membaca persepsi orang lain tentangku. Sebagian dari itu mungkin karena kegagalanku di masa lalu. Aku menjadi sombong, keras kepala, dan mengganggu orang lain - aku bahkan tak menyadari bahwa orang-orang mulai membenciku. Penyalahgunaan kepercayaan diriku tak berdasar. Tapi ini aneh. Apa yang dikatakan Reita sekarang adalah kebalikan dari itu.


“Tak percaya diri…?” tanyaku. “Aku rasa aku sangat percaya diri. Gak ada orang lain yang percaya selain diriku.”


Itu sebabnya aku melakukan kesalahan. Tak diragukan lagi.


“Begitu.” Reita menatapku seolah sedang melihat ke dalam jiwaku. “Kurasa aku lebih mengerti apa yang terjadi di dalam kepalamu.”


Tentu, aku kehilangan semua kepercayaan diri, harapan, ekspektasi, dan segalanya setelah gagal menjalani masa remaja yang bahagia di mala lalu, tetapi aku secara bertahap mendapatkan kembali kepercayaan diri yang hilang itu selama kehidupan baru ini. Aku sudah menggunakan pengalaman masa laluku sebagai contoh, dan aku mencoba mengendalikan egoku dengan hati-hati agar tak lepas kendali.


Apakah Reita mengatakan itu kesalahan?


“Jangan salah paham; Aku gak mengkritikmu. Jika itu ada, kau gak melakukan kesalahan apapun.” Reita ragu-ragu. “Justru karena itulah. Kau gak melakukan kesalahan apapun.”


Apa yang harus kulakukan? Tingkah lakuku gak sempurna, tetapi aku melakukan yang terbaik untuk membuat keputusan sebaik mungkin. Gak! Apakah itu kesalahanku?


“Aku rasa masalahnya dimulai dengan bola basket. Identitas Tatsuya adalah bola basket, tetapi kau mengalahkannya. Tentu saja itu semua karenamu adalah pemain yang lebih baik. Kau harus bangga akan hal itu. Kau gak melakukan kesalahan.” Reita menceritakan kejadian masa lalu secara objektif. Dia memperhatikan ku dengan mata yang terkadang memiliki kebiasaan melihat terlalu banyak.


Lanjut Reita. “Setelah itu, ada kejutan demi kejutan. Keterampilan memasak yang kau perlihatkan di pekerjaan paruh waktumu, kemampuanmu untuk mengajari orang-orang, nyanyianmu hari ini - semuanya sempurna bagimu. Dan terakhir, gula di atas kue: cara mata Uta bersinar bersamamu.”


“Ap-“ kataku ragu. “Apa hubungannya dengan Uta?”


“Itu mudah. Tatsuya menyukai Uta.” Reita hanya menjawab, seolah itu sudah jelas bagi siapapun. “Aku sudah mengetahui ini sejak lama, tapi aku yakin Hoshimiya-san dan Nanase-san sudah mengerti sekarang.” Dia tertawa sejenak. “Tatsuya mudah dimengerti, ya.”


Aku gak pernah menyadarinya karena mereka selalu bertengkar. “Meskipun dia bilang dia gak menyukai siapapun ketika aku bertanya padanya tempo hari…”


“Yah, aku gak heran dia mengatakan itu. Tastuya selalu bersikap tegas, terutama di depanmu.”


Aku terkejut. Luar biasa! Tapi... jika aku mengesampingkan prasangkaku sendiri dan mempertimbangkan apa yang dikatakan Reita secara objektif, maka itu pasti cocok dengan apa yang dikatakan Tatsuya.


“Kenapa? Kenapa…” Sulit bagiku untuk mengeluarkan pikiranku, dan semua itu menyebabkan bencana ini. “Bagiku- bagiku... aku mengagumi Tatsuya. A-aku ingin menjadi seperti dia. Seseorang yang cerdas dan menyenangkan untuk bersama. Seperti dia. Aku ingin menjadi temannya. Aku pikir jika aku melakukannya, setiap hari akan menyenangkan. Itu sebabnya… Dan kenapa? Kenapa dia iri pada orang sepertiku?”


Reita terkejut. “Begitu. Itulah yang kau rasakan. Tenanglah untuk saat ini. Aku yakin itu akan berhasil dengan sendirinya pada waktunya.” Dia menepuk bahuku dan memberiku senyum penuh percaya diri. “Tatsuya yang harus disalahkan. Kau gak melakukan kesalahan apapun. Paham? Kau gak melakukan kesalahan apapun.”


Tapi aku mungkin melakukan sesuatu yang salah.


Di masa lalu, aku tak mengerti perasaan orang lain. Dan bahkan sampai sekakarang itu tetap tak berubah.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset