Ads 728x90

Seisyun New Game Volume 1 Chapter 2 Part 6

Posted by Chova, Released on

Option


Chapter 2 Part 6 - Hari – Hari Seperti Mimpi.


***


Lima hari kemudian di hari Kamis sepulang sekolah, Nanase datang ke mejaku setelah dia selesai mengemasi tasnya. “Nah, ayo pergi, Haibara-kun.” Ujarnya.


Apakah itu aku atau semua orang terkejut ketika dia berjalan ke sini dan mengatakan itu?


“Ya.” Aku mengangguk dan berdiri dari tempat dudukku dan berjalan keluar bersama Nanase. Empat lainnya pergi ke klub mereka segera setelah kelas selesai. Bahkan Hoshimiya pergi ke klub sastra.


“Kamu harus melalui wawancara, tapi itu hanya formalitas.” Nanase menjelaskan. Kami berdua sedang dalam perjalanan ke tempat kerja, Cafe Mares. Dia ada shift hari ini dan aku akan pergi untuk wawancaraku.


Dua hari setelah acara di hari Sabtu kami, aku mengunjungi Cafe Mares sendirian dan menyukai suasananya yang tenang. Jadi aku telah meminta Nanase untuk merekomendasikanku.


“Dengan kepribadianmu, aku rasa kamu akan berhasil tanpa masalah, Haibara-kun.”


“Jika begiitu, itu bagus.” Jawabku.


Aku bertanya-tanya seberapa banyak kepribadian asliku yang benar-benar dipahami Nanase? Aku membayangkan diriku yang sebenarnya tidak memberi kesan sebagai lulus dari wawancara. Yah, aku yakin aku akan berhasil mendapatkan pekerjaan jika diperlukan, tetapi aku telah gagal dalam wawancara sebelumnya, saat itulah aku mencari pekerjaan sebagai mahasiswa. Ketika aku pasti ditolak dari tiga puluh perusahaan yang berbeda, aku bertanya-tanya apakah sudah waktunya untuk jatuh dan mati. Entah bagaimana pada akhirnya, aku mendapat tawaran pekerjaan. Bukannya itu berarti aku mengulangi masa laluku. Meski tanpa penyesalan.


“Mereka membutuh bantuan di dapur?” Tanyaku.


“Bagian ruang makan juga butuh bantuan, tapi dapur lebih membutuhkannya.” Jawabnya.


“Kamu bekerja di posisi apa, Nanase?”


“Aku bekerja di ruang makan. Aku tidak bangga akan hal itu, tetapi aku tidak bisa memasak.”


“Kamu serius?” tanyaku ragu.


“Apakah itu sangat tak terduga?” Jawabnya.


“Yah, kamu tampaknya bisa melakukan semuanya.”


“Mereka sering mengatakan itu padaku. Tapi tidak seperti yang dibayangkan semua orang, aku adalah gadis yang sangat normal. Aku tahu sedikit tentang upacara minum teh dan kaligrafi karena aku mengambil kelas di masa lalu.”


“Ya, baru-baru ini aku menjadi lebih mengerti tentangmu.”


Nanase tampak bingung sejenak lalu berkata. “Aku tidak terlalu senang kamu menerimanya dengan mudah.”


“Yah, kamu tidak menyebalkan!” Kataku. Nanase tersenyum. Cara elegan dia menutupi mulutnya dengan tangannya tidak hanya menunjukkan sikap yang benar, tetapi juga terlihat sangat menggemaskan. Nanase, kamu… Lebih dari itu dan aku mungkin akan mengidolakanmu! Kamu bertingkah seperti gadis cantik yang dingin, tetapi sebenarnya kamu adalah gadis normal di dalam. Bukankah itu pesona terkuat?


“Baiklah, ayo pergi.” Nanase memulai, tapi kemudian dia menyadari aku meliriknya dan memiringkan kepalanya ke samping. “Huh? Ada apa?”


Jarakk antara wajahnya yang cantik dan kepalanya yang terlihat imut terlalu menggemaskan. Pikirku. “Oh, uh, bukan apa-apa.”


Wa-wahh… aku terlalu banyak melihatnya. Aku merasa seperti secara bertahap menjadi otaku mengikuti Nanase. Aku tidak ingin berkencan dengannya atau semacamnya. Bagaimana cara mengatakannya? Aku hanya ingin berada di sisi Nanase. Ah aku lupa; Aku hanya ingin dia hidup bahagia!


Nanase melanjutkan pembicaraan kami, tidak menyadari pikiranku yang serius dan aneh. “Haibara-kun, kamu ingin bekerja di dapur kan?”


“Hmm. Bekerja di ruangan kedengarnya bagus juga, tapi aku baik-baik saja dengan memasak jika mereka kekurangan tenaga di sana.” Itu sangat bagus. Tetapi jika aku harus memilih, aku lebih cenderung bekerja di dapur, karena, sebagai seorang introvert, berbicara dengan orang asing lebih melelahkan secara mental daripada bekerja di belakang layar.


“Seberapa baik kamu memasak?”


“Seberapa baik? Sulit untuk menjawabnya.” Aku ragu-ragu. Aku pernah tinggal sendirian saat kuliah dan memiliki banyak waktu luang, jadi aku akhirnya belajar memasak untuk bersenang-senang. Aku menonton semua jenis video memasak di YouTube, mencari resep secara online, dan menantang diriku dengan hidangan baru setiap hari. Aku pada dasarnya tidak pernah meninggalkan rumahku kecuali untuk pergi ke kelas, jadi aku punya banyak waktu untuk bereksperimen di dapur. Hahaha! Mereka mengatakan bahwa memasak itu merepotkan, tetapi meninggalkan rumah adalah masalah yang lebih besar bagiku! Maksudku, aku tidak pernah ingin meninggalkan rumahku. Tetap berada di dalam rumah selamanya sangat cocok untuk gaya hidupku.


Nanase mengangguk pada jawabanku, tanpa disadari oleh monolog di kepalaku. “Heh, aku tahu maksudmu.”


“Yah, aku mungkin cukup untuk bekerja di kafe. Aku pernah memasak sesuatu yang enak di rumah sebelumnya, jadi aku yakin aku bisa membuat sesuatu yang enak - walaupun aku sudah melalui banyak percobaan and kegagalan.” kataku. Dan selain itu, aku pernah bekerja di kafe sebelumnya saat kuliah. Aku bisa melakukan sebagian besar yang ada menu di kafe itu dan juga bisa bekerja di ruangan.


“Oh? Kamu terdengar sangat percaya diri. Sepertinya aku akan memiliki sesuatu untuk dinantikan.”


“Tapi apakah aku akan mendapat kesempatan memasak untukmu, Nanase?”


“Aku cukup pergi sebagai tamu. Mungkin aku akan pergi saat kamu sedang bekerja.” Katanya sambil tersenyum nakal.


***


Begitu kami memasuki Cafe Mares, aku mengikuti wawancara dan lulus tanpa masalah. Kami juga membahas jadwalku; aku akan masuk tiga kali seminggu sepulang sekolah, dari jam 6 sore sampai jam 10 malam. Hari Sabtu akan dipanggil jika perlu.


“Baiklah, aku akan mengandalkanmu mulai minggu depan.” Kata sang manajer, seorang pria tua yang tampak hangat. Senyum lembut itu melekat paaku. Aku senang manajer tidak takut; Aku akan membuat lebih banyak kesalahan bekerja di bawah bos yang mengintimidasi.


“Oh! Kamu tampan. Apakah kamu orang baru?” Seorang gadis berambut pirang dengan santai memanggilku saat aku memasuki restoran.


Seorang mahasiswa? aku bertanya-tanya. Dia terlihat seperti karyawan lain, dilihat dari betapa santainya dia berjalan di belakang meja kasir.


“Minggu depan aku akan mulai. Aku Haibara Natsuki.”


“Senang bertemu denganmu, Natsuki-kun. Aku Kirishima Mika. Aku mahasiswa baru.” Dia dengan santai menawariku jabat tangan dan aku menyadarinya dengan cepat.


Aku tahu apa ini… Beginilah cara seorang introvert memulai kontak fisik!


“Oh benar, bukankah ada seseorang yang ingin dibawa oleh Yuino juga?”


Aku hendak menjawab, tetapi Nanase berbicara lebih dulu. “Ya, itu Haibara-kun.” Dia berkata sambil membersihkan ruang makan.


Kirishima-san menatap Nanase sambil tersenyum dan bergumam di telingaku. “Ngomong-ngomong, apakah kamu pacarnya?”


“Aku bisa mendengarmu. Dia bukan pacarku.” Kata Nanase, kesal.


“Aku tidak sedang berbicara denganmu; Aku sedang berbicara dengannya sekarang. Kan, Natsuki-kun?”


“Sayangnya, aku bukan pacarnya. Meskipun, aku ingin sekali punya pacar seperti Nanase.” Jawabku dengan menurunkan lenganku.


“Oho? Hmmmmm? Apakah kamu mendengarnya, Yuino?” Kirishima-san sepertinya baru saja bersenang-senang.


Hmm? Aku mencoba untuk jujur, tetapi sesuatu yang buruk malah muncul?


“Lalu? Tolong jangan mempermainkanku.” Nanase menjawab dengan tak peduli, memunggungi kami sambil terus bersih-bersih.


“Oi, Kirishima! Jangan main-main dengan orang baru. Cepat dan mulai bekerja.” Manajer memanggilnya dengan senyum datar.


“Okayyyyy.” Kirishima menjawab tanpa basa-basi lagi dan menghilang ke ruang staf.


Nanase sudah bekerja, jadi aku harus pulang hari ini. “Baiklah, Nanase, sampai jumpa besok.” Kataku.


“Ya, sampai jumpa besok.” Katanya setelah jeda singkat. Kemudian dia menambahkan. “Ayo kita bekerja keras bersama.”


Dan begitu saja, aku telah menemukan pekerjaan paruh waktu. Mulai minggu depan, aku akan mendapatkan pengalaman baru dalam menyeimbangkan sekolah dan pekerjaan.


***


Sejak aku pertama kali hidup sendiri, aku selalu pergi makan di luar. Tapi harus keluar rumah untuk membeli makanan membuatku kesal, jadi aku mulai makan ramen sebagai gantinya. Pada akhirnya, aku bosan dan mulai memasak.


Memasak bagiku itu mudah. Untuk membuat makanan yang layak, yang perlu aku lakukan hanyalah mendapatkan bahan-bahannya, memotongnya, lalu merebus, memanggang, atau menggoreng makanan itu. Setelah melewati dua langkah itu, aku hanya perlu mencaritahu berapa banyak dan kapan membumbui setiap makanan.


Tapi itu hanya makanan sederhana bagiku – itu cocok untuk orang lain. Aku tidak peduli jika karyaku normal, tetapi makanan yang disajikan di restoran adalah cerita yang berbeda. Jika kau dibayar untuk memasak, kau harus menyajikan sesuatu yang sepadan dengan uang pelanggan, pikirku. Aku sangat khawatir tentang hal itu ketika aku mulai bekerja di kafe. Itu fakta, tetapi kau harus mengikuti resep mereka, improvisasi tidak diperbolehkan.


Saat itu, aku sudah terbiasa memasak demi uang setelah tiga bulan bekerja. Restoran tidak banyak mengubah menu mereka, jadi aku harus menghafal resepnya; Aku bahkan terkadang bisa memberikan sentuhan khusus.


“Natsuki-kuuunn! Napolitan, tolong!” Kata Kirishima.


“Oke, segera datang.” Aku memastikan bahwa aku mendengarnya dan mulai memasak.


Saat merebus spageti di panci berisi air garam, aku memotong bawang bombay, paprika, dan jamur. Lalu, aku mencampurkan kecap dengan bumbu lain lalu menggoreng bahan-bahan itu atas wajan. Lalu meniriskan air dari pasta dan menggabungkannya dengan sayuran dan campuran saus tomat sebelum akhirnya menumis semuanya dengan api besar. Napolitan bergaya Haibara selesai! Yah, aku melakukannya dengan benar, tetapi aku membumbui sesuai dengan keinginanku. Setiap item pada menu di Cafe Mares memiliki resep untuk diikuti, tetapi mereka mengizinkan beberapa perubahan sesuai keinginanmu, yang terasa sangat nyaman. Ah, ini menyenangkan!


“Kirishima-san, Napolitan sudah siap!” Kataku.


“Oh, itu cepat sekali! Aku akan mengambilnya kalau begitu!”


Di hari pertamaku bekerja di dapur, manajer akan mencicipi makananku sebelum mengirimkannya ke pelanggan untuk dimakan, tetapi aku lulus tanpa masalah (aku benar-benar mendapat pujian!). Setelah dua hari itu, aku mulai bekerja dengan kemampuan penuh tanpa pelatihan. Aku sudah belajar banyak dari pekerjaan ini.


“Kamu tahu, kamu sangat ahli dalam hal ini, Natsuki-kun. Apa kamu yakin belum pernah bekerja sebelumnya?” Kirishima bertanya setelah menyerahkan Napolitano.


Sekarang hanya ada dua pelanggan. Kafe menjadi sibuk selama jam sibuk, tetapi di saat-saat sepi, biasanya cukup kosong, jadi obrolan ringan diperbolehkan. Sekarang adalah salah satu dari hari-hari damai itu.


“Tidak, meskipun aku pernah memasak sebelumnya di rumah.” Jawabku.


“Yah, tentu! Tetapi aku tidak pernah berpikir bahwa keterampilan memasakmu akan mendapatkan persetujuan manajer di hari pertamamu. Kamu sudah melakukannya begitu cepat sehingga agak misterius. Yuino, kamu melakukan pekerjaan dengan baik membawa seorang jenius seperti dia. Kamu layak mendapatkan bintang!” Kirishima berkata kepada Nanase, yang sedang menghitung uang di kasir.


“Asal tahu saja, aku tidak tahu dia akan sangat kompeten.” Nanase menjawab dan menatapku dengan perasaan campur aduk.


Apa aku melakukan sesuatu? aku bertanya pada diriku sendiri.


Nanase melanjutkan. “Butuh waktu sebulan penuh untuk mempelajari segalanya untuk bekerja di ruangan.” Matanya menyipit.


Kedengarannya menyebalkan, tapi aku rasa itu normal, pikirku.


“Yuino, kamu belajar cukup cepat! Natsuki-kun lah yang aneh di sini!”


Aku tahu kau mengatakan itu untuk memujiku, tetapi dipanggil "Aneh" oleh seorang gadis kampus yang seksi membuatku terharu. Meskipun, dia benar bahwa aku adalah siswa biasa yang introvert dan aneh… Hehehe…


“Itu benar. Haibara-kun sangat bisa dipercaya. Aku mengandalkan mu.” Manajer berkata ketika dia keluar dari belakang dan menepuk bahuku.


Mereka memberiku banyak pujian, tetapi teman-teman, aku sebenarnya memiliki pengalaman dua tahun bekerja di kafe! Aku hanya melakukan hal-hal dasar jadi aku minta maaf tentang hal itu. Tetapi jika aku memberitahu mereka, itu akan terlihat seperti kebohongan. Kita hanya perlu melihat lebih dekat untuk mengetahui bahwa tidak ada bukti.


“Tidak sama sekali.” Aku menyangkal. “Tidak banyak.”


“Haibara-kun, kamu selalu bersikap rendah hati. Tidak ada ruginya menjadi sedikit lebih sombong.” Kata Nanase.


Tetapi aku akan malu jika aku bersikap sok tentang hal itu! Aku mungkin seorang bajingan licik dan tidak kompeten, tetapi bahkan orang sepertiku akan unggul dalam beberapa hal ketika aku memiliki pengalaman tujuh tahun di antara semua orang seusiaku. Ini keuntungan dari lompatan waktu.


“Tidak, aku tidak spesial. Aku hanya bisa memasak karena orang yang mengajariku.” Aku tidak berusaha untuk rendah hati atau secamnya. Aku hanya berusaha menyembunyikan kebenaran di balik senyum samar.


Bel pintu berbunyi secara kebetulan menyelamatkan ku dari masalah itu. Nanase segera menuju ke ruang makan untuk menyapa pelanggan. Yahh, waktunya untuk menyelesaikan mencuci semua piring itu. Aku berpikir dan bersiap untuk melakukannya.


“Halo, Yui-Yui! Aku datang untuk bermain!” Sebuah suara yang tidak asing menyela pikiranku.


Sangat berisik. Aku melihat ke arah pintu masuk dengan perasaan tidak nyaman dan melihat trio yang tak asing. Klien baru kami adalah Uta, Tatsuya, dan Reita.


“Hai, Nanase. Dimana Natsuki?” Tatsuya bertanya sambil melihat sekeliling kafe. Dia kembali menatapku dan matanya melebar. “Huh? Apakah kau bekerja di dapur ?!”


“Biarkan aku menunjukkan tempat duduk kalian. Tolong lewat sini.” Kata Nanase. Tentunya dia malu, tapi dia tetap mengikuti aturannya. Sulit untuk mengatakan apakah tidak apa-apa untuk berbicara dengan santai, atau apakah kau harus mengutiki aturan ketika temanmu muncul di tempat kerjamu. Aku sedikit memahaminya.


Tatsuya dan Uta langsung ke tempat duduk mereka. Mereka pasti lelah setelah latihan, pikirku.


Terkejut dengan keadaannya, Reita mendatangiku dan Nanase untuk meminta maaf dengan senyuman di wajahnya. “Kami mengobrol sedikit setelah kami mendengar kalian berdua mengatakan saat makan siang bahwa giliran kerja kalian akan terjadwal hari ini. Kami pikir akan menyenangkan untuk mampir untuk kunjungan mendadak setelah latihan.” Dia menjelaskan untuk menenangkan Nanase. “Apakah kami mengganggumu?”


“Aku terkejut! Bisakah kamu memberitahuku lebih awal lain kali?” Kata Nanase, cemberut.


Aku sedang bekerja di dapur jadi aku tidak bisa bergabung, tetapi manajer memperhatikan dan berkata. “Kenapa kau tidak berbicara dengan mereka? Mereka temanmu, kan?”


“Huh? Apa itu tidak masalah?” Aku menjawab dengan terkejut.


[LN] Haibara-kun no Tsuyokute Seishun New Game Volume 1 Chapter 2

“Ya, tidak banyak pelanggan hari ini.”


“Terimakasih! Aku tidak akan berbicara untuk waktu yang lama.” Aku membungkuk dan berjalan ke tempat Uta dan teman-temannya duduk.


“Halo! Apakah kalian datang untuk memberi kami lebih banyak pekerjaan?” Aku menyapa.


“Apa? Kejamnyaa! Natsu, apakah kamu tidak senang kami datang mengunjungimu?” Uta mengeluh.


“Tidak juga. Kita bersama sepanjang hari di sekolah.” Aku menjawab dengan serius.


“Grr!” Uta mengeluarkan raungan tidak senang dan pipinya menggembung. “Natsu, apakah kamu tidak senang sekarang?!”


“Y-ya?” Aku tergagap. Kenapa dia selalu begitu menyebalkan? Dan wajahnya sangat dekat denganku. Aku mendorongnya menjauh.


“Apakah kamu senang menjadi temanku?” Dia mendesak.


Aku terkejut dengan seberapa hebat dia menginterogasiku, dan aku secara spontan memalingkan muka. Aku mengangguk. “Ya-yah… tentu, dalam berbagai hal.”


“Apakah kamu bersenang-senang dengan kami di sekolah?”


“Ya, itu menyenangkan.”


“kalau begitu kamu bersenang-senang sekarang, kan?! Kamu senang melihatku, kan?!”


Aku menatapnya, terkejut. “Uh-huh…?” Menurutku logika itu tidak berlaku, tapi aku tidak bisa mengatakan itu padanya! Jika aku melakukannya, senyumnya yang bersinar akan hilang. Dia sangat menyulaukanku hingga aku bisa melihat bintang di matanya. Bagaimana aku bisa menghancurkan kebahagiaannya? Aku seorang pria yang lemah. “Ya, kurasa. Kamu benar. Ayo kita lakukan!”


“Yaaaay!” Dia bersorak dan mengangkat tangannya untuk tos.


“Ya-yaay!” Entah bagaimana aku berhasil melakukan tos tanpa gagal. Ini buruk. Aku tidak bisa mengikuti energinya! Dia adalah gadis spesial yang penuh energi: Sangat cerewet!


Setelah jeda, Nanase berkomentar. “Ya kalian sangat dekat.”


“Tentu saja! Natsu dan aku sangat dekat!” Uta berdiri dan mencoba merangkul bahuku.


Hei, apa kau akan mengatakan kita sudah dekat?! Pikirku, tapi aku mengikuti arus dan berjongkok agar dia bisa meraih lenganku.


Utah sangat dekat. Itu lembut. Aku pikir dadanya datar seperti papan, tapi aku salah. Dia benar-benar gadis. Selain itu, mengapa baunya sangat harum? Bukankah dia datang ke sini setelah latihan?


Uta memberi tanda peace pada Nanase, sama sekali tidak menyadari gangguan di dalam diriku. “Yaaay! Yui-Yui, ambil foto kami!”


“Hei, tung-“ Ponsel Nanase berdering saat dia memfoto kami sebelum dia bisa menghentikan kami berdua. Kurasa itu tidak masalah! Tapi hatiku tidak bisa menerimanya, jadi aku perlu istirahat sebentar! Juga, Nanase, apakah kau belum siap untuk itu? Kau sudah membuka kamera, kan?


Nanase melihat tatapan tajam yang aku kirimkan padanya dan tersenyum. “Aku rasa ini akan menjadi foto yang bagus untuk Minsta.”


“Tidak bisakah kamu menggunakan yang biasa? Itu sesuatu...” Aku berhenti.


“Sesuatu apa?” Nanase bertanya dengan senyum nakal.


Yah, kau tahu, itu, uh, err… Bukankah kita terlihat seperti sedang berkencan atau semacamnya? Apakah aku sangat sadar? Apakah ini normal di dunia ekstrovert?


“Um, hei, Yui-Yui.” Uta memulai. “Bisakah kamu memfoto yang berbeda? Oh aku tahu! Ayo kita semua berfoto bersama-sama!”


“Ah, benarkah? Kalau begitu, Sakura-san.” Nanase menerima saran Uta sementara gejolak batinku berlanjut.


Uta mungkin tidak memikirkan apapun tentangku. Dia hanya ingin berfoto dengan semua orang.


“Ayolah, teman-teman! Mendekatlah! Seru Uta sambil menyiapkan kameranya untuk mode selfie dan mengangkatnya ke atas. Aku tidak punya pilihan selain mendekatinya lagi, karena kecilnya area yang bisa ditangkap kamera. Kami berlima berkumpul untuk berfoto. Setelah Uta mengambil foto selfie kami, dia mengirimkannya ke grup RINE kami.


Aku mendengar ponselku berdering dan aku membukanya untuk melihat fotonya. Tentu, kami berlima berada di dalam foto itu. Aku… Aku agak senang tentang hal ini. Aku hanya bisa tersenyum. Ini seperti kenangan menyenangkan yang terekam dalam foto ini. Aku dulu berpikir bahwa berfoto tidak ada gunanya… Tapi itu tidak benar!


“Oh, lihat, lihat! Hikarin mengirim pesan!” Kata Uta. Aku menutup foto dan kembali ke obrolan grup kami.


Hoshimiya mengirim. [Itu tidak adil, teman-teman!] ke grup, bersama dengan stiker orang yang sedang marah.


“Huh? Kalau dipikir-pikir, kenapa Hoshimiya tidak bersama kalian?” Tanyaku.


“Kami mengundangnya, tapi dia tidak bisa lama karena jam malamnya. Selain itu, klub sastra berakhir lebih awal dari klub olahraga, jadi waktunya tidak sesuai.” Reita menjelaskan.


“Ah ya, itu sulit.”


Uta menjawab dengan [Benar, kan] ke Hoshimiya.


Sungguh pemandangan yang indah. Pikirku.


“Aku juga ingin mempostingnya di Minsta. Apa tidak apa-apa?” Nanase meminta izin. Kami semua mengangguk, termasuk aku.


“Oh ya, Nanase, kami bukan teman di Minsta. Apa akunmu?” tanyaku.


“Oh? Aku tidak tahu kamu punya Minsta.” Jawabnya.


“Aku baru saja membuatnya, jadi aku tidak punya pengikut atau semacamnya.”


“Betapa menyedihkannya! Baiklah, mau bagaimana lagi; Aku akan mengikutimu.”


“Oh! Aku juga! Tambahkan aku juga!” Uta menyela.


“Aku juga. Tatsuya, kau tidak menggunakan Minsta, kan?” Reita bertanya.


“Tidak, aku punya satu, tapi hanya untuk melihat sesuatu. Memposting sesuatu itu menyebalkan.” Jawab Tatsuya.


Dan begitu saja, aku terhubung dengan semua orang di Minsta. Aku sudah tahu itu dari percakapan kami, jadi aku merasa tertinggal dan sedih. Jadi, aku membuat punyaku beberapa hari yang lalu.


Aku sedikit sedih! Serius, sedikit. Juga, semua anak populer punya Minsta akhir-akhir ini. Terakhir kali, aku hanya mengikuti akun otaku di Twister…


Bagaimanapun, karna itu akhirnya menjadi bagian dari keseruan Minsta, aku membuka postingan foto Nanase yang telah dia ambil. Di bawah foto kelima orang itu ada sedikit keterangan. [Semua orang datang mengunjungiku di tempat kerja. Terima kasih! #CafeMares.]


Aku melihatnya sejenak lalu berkata. “Siapa yang menulis ini?!”


“A-apa? Ada masalah?” Nanase menjadi kesal dan berbalik, pipinya sedikit memerah.


“Ahaha! Yui-Yui benar-benar berbeda di Minsta! Bukankah itu menyenangkan?” Uta menggoda.


“Aku sudah terbiasa sekarang, tapi aku terkejut saat pertama kali melihatnya di Minsta.” Kata Reita dengan senyum masam.


“Oh! Hei, hei, Yui-Yui! Bukankah Natsu bekerja di dapur?” Uta tiba-tiba bertanya.


“Ya.” Nanase membenarkan.


“Apakah itu berarti jika kita memesan sesuatu sekarang, Nastu akan memasaknya untuk kita?”


“Benar.”


“Oi, jangan beri aku pekerjaan lagi.” protesku.


“Sayangnya sekali, aku sudah memberitahu ibuku bahwa aku akan keluar untuk makan malam hari ini.” Kata Reita. “Aku akan lapar jika kau tidak memasak sesuatu untukku, Natsuki. Aku ingin pasta, jadi buatkan aku apapun yang kau bisa.”


“Aku punya makanan menungguku di rumah, jadi aku ingin sesuatu yang ringan. Apapun yang kamu rekomendasikan, Natsu!” Seru Uta.


“Aku baik-baik saja dengan apapun, selama itu cukup.” Tatsuya menoleh padaku.


“Jangan datang ke kafe kalau mengharapkan porsi besar…” Jika kau menginginkannya dari kafe, pergilah ke Komeda. Mengenai hal itu, aku kembali ke dapur dengan senyum di wajahku.


Ketika aku melihat manajer, dia mengangguk dengan ramah. Dia sudah tahu apa yang ingin aku tanyakan. Seolah-olah dia memberitahuku, “Mereka temanmu, lakukan apapun yang kau suka!”


Baiklah betapa leluasanya ini toko. Ini akan menyenangkan!


“Oke, apa yang harus dilakukan...” gumamku. Teman-temanku datang ke sini jadi aku ingin membuatkan mereka sesuatu yang enak, pikirku. Oh, aku gugup. Aku pernah membuat makanan untuk klien sebelumnya, tetapi tidak pernah untuk teman. Karena aku tidak punya teman untuk memasak. Ya, aku tahu, itu jelas.


“Apa yang akan kamu lakukan?” Nanase bertanya.


“Lihat saja! Aku akan menunjukkan padamu mode seriusku.”


“Aku tidak peduli, tapi jangan terlalu banyak mengubahnya atau kamu akan mendapat masalah, oke?”


Benar sekali. Tidak baik jika aku melenceng terlalu jauh dari menu. Aku juga perlu mengingat biayanya. Ada beberapa pelanggan lain, jadi aku juga tidak ingin terlalu lama. Hmm. Yah, aku sangat ingin memulai.


***


Nanase membawa piring yang sudah selesai aku masak.


“Wow! Kelihatannya enak!” Kata Uta. Berisik seperti biasanya, tetapi pelanggan lain telah pergi saat aku sedang memasak, jadi aku pikir tidak apa-apa.


Untuk Reita, ada sup pasta seafood sejak dia memesan pasta. Karena Uta suka yang manis-manis, aku membuat pancake dengan topping krim. Dan untuk Tatsuya, aku membuat omurice versi besar karena dia hanya pedulit tentang porsi.


Yang aku lakukan hanyalah menambahkan sentuhan ku sendiri ke menu yang ada, tetapi semuanya dilakukan sesuai keinginanku. Aku ingin tahu apakah mereka akan menyukainya juga. A-aku merasa gugup! Aku menahan napas dan menatap mereka. Uta yang mengambil gigitan pertama dan kemudian mengedipkan mata beberapa kali karena terkejut. Dia makan suapan kedua, lalu suapan ketiga, dan terus makan dengan tenang. Bagaimana menurutmu?! Aku berteriak di hatiku. Tatsuya dan Reita juga mulai memakan makanan mereka.


Aku mengumpulkan keberanian dan meminta pendapat mereka. “Ba-bagaimana?” Namun, tidak satupun dari mereka menjawab karna beberapa alasan. Oh tidak, apa itu tidak enak?


“Ini…” Uta memulai.


“Ini?” ulangku, mendesaknya.


“Ini sangat enak!” Dia berteriak senang.


Reita dengan tenang memarahi Uta karena heboh di kafe. “Uta, kamu mengganggu orang lain di sini. Bicaralah di dalam hatimu.” Dia berhenti sejenak dan menoleh padaku. “Tapi aku setuju dengannya. Siapa sangka lai bisa memasak sesuatu yang begitu enak! Aku pernah ke sini sebelumnya, jadi aku berasumsi ini adalah sentuhan pribadimu di resepnya?”


“Ya. Aku mengabaikan resep toko kali ini dan membuat makanannya dengan caraku sendiri. Rahasiakn ini.” Aku menjawab dan meletakkan jari di bibirku. Meskipun aku ragu manajer akan marah.


“Ini enak! Serius, ini enak! Natsu, kamu luar biasa!” Uta mengunyah makanannya, tetapi kali ini dengan nada lebih tenang karena peringatan Reita.


Aku senang saat kau memakannya seperti itu, ini yang terbaik. Aku senang memasaknya untukmu! Pikirku.


Tatsuya sedang sibuk memakan omurice di mulutnya, tapi dia meluangkan waktu sejenak untuk menggumamkan "Enak" di antara suapan.


“Aku juga ingin mencoba milikmu! Tatsu, beri aku sedikit!” Kata Uta, matanya yang cerah terfokus pada omurice-nya. Dia membuka mulutnya.


Apakah dia menyuruh Tatsuya untuk memberi makannya? Di depan umum di depan orang lain seperti seorang ekstrovert? Aku satu-satunya di sini yang tidak hidup. Aku berpikir sendiri. Meskipun ada berbagai jenis ekstrovert.


Tanpa diduga, Tatsuya bereaksi seperti orang yang berakal sehat. “Hah?” Dia bergumam, terdiam, lalu berbalik, mungkin kesal. “Siapa yang mau melakukan sesuatu yang memalukan itu? Jika kamu ingin mencicipinya, ambil aja sendiri.” Dia berkata dan menurunkan sendoknya.


Uta mengambil sendok tanpa basa-basi lagi. “Ok, aku tidak peduli!” Dia menggigitnya. “Wow, yang ini juga enak!”


Mereka bertiga berbagi makanan dan dengan senang hati memakannya. Aku tidak berpikir pancake akan cocok dengan hidangan lainnya… Ah, terserahlah. Uta terlihat sangat bahagia itu yang terpenting. Aku menyadari bahwa Nanase kelaparan di sebelahku. Aku yakin dia ingin mencoba. Yah, aku juga lapar. Ayo kita menggonya. Ba-baiknya … Saatnya mencoba!


Aku menepuk bahu Nanase dan bertanya sambil tersenyum. “Ingin mencoba sedikit?”


“Y-yah, aku sedang bekerja. Kamu tahu; Aku akan memintamu membuat makananku hari ini.” Dia memikirkannya sejenak.


“Tentu, tidak masalah. Serahkan padaku!” Aku mengepalkan tangan di dadaku. Yah, aku berbicara dengannya dengan semangat! Juga, aku berhasil memainkannya tanpa menjadi aneh. Sungguh menakjubkan bahwa ekstrovert bisa melakukan itu semudah bernapas.


Aku, di sisi lain, sangat buruk dalam menilai kapan harus cukup dekat dengan seseorang untuk menyentuh mereka dengan santai. Menepuk bahu Nanase membutuhkan banyak keberanian meskipun kami berhubungan baik (meskipun itu hanya pendapatku). Akan sangat menyebalkan jika dia salah menilai seberapa dekat kami dan membuatnya canggung. Lebih baik mengarapah pada sisi yang berhati-hati.


Setelah percakapanku dengan Nanase, sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di benakkku. Apakah hanya aku, atau apakah Tatsuya cukup pendiam hari ini?


Tetapi sebelum aku bisa berbicara dengannya, Kirishima memukul kepalaku dari belakang dan ikut campur. “Hei, sekarang kalian juga yang berisik! Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan meski tidak ada pelanggan.”


Ya, aku tahu, meskipun kami satu-satunya di sini, kami yang berisik.


“Ya.” Nanase dan aku menjawab. Dengan enggan kami kembali bekerja.


“Hei, kau baru saja mulai bekerja di sini, kan?” Tatsuya bertanya padaku setelah aku berbalik.


“Hmm? Ya, itu benar.” Jawabku.


“Dan kau sudah sangat baik...”


“Oh yah, orang tuaku mengajariku cara memasak sebelumnya…” Aku menjawab sambil mengangkat bahuku.


Tatsuya terus memakan makanannya di tenggorokannya dan berkata. “Tapi kau luar biasa. Kau bisa melakukan apa saja, Natsuki.” Pujiannya membuatku senang.


Lalu, pintu terbuka dan pelanggan lain masuk saat mendengar suara pintu. Nanase dan aku berjalan menjauh dari trio di meja. Kafe menjadi sibuk setelah itu, kemudian Uta dan teman-temannya pergi.


***


Ini hampir jam 11 malam ketika aku pulang dari shiftku. Aku mau mandi dan pergi tidur, tetapi ponsel berdering. Aku memeriksanya dan melihat bahwa Hoshimiya telah mengirimiku pesan. Aku berpikir sejenak bahwa dia ada di grup chat, tetapi itu pesan pribadi.


[Hoshimiya Hikari: Apa benar kamu memasak untuk semua orang?!]


Oh iya, Hoshimiya tidak bisa datang hari ini, jadi dia kesal di RINE. Bagaimanapun, aku harus membalas untuk mengkonfirmasi terlebih dahulu. Juga, tentu saja aku memasaknya, tapi itu hanya restoran makanan biasa.


[Natsuki: Yupp.]


[Hoshimiya Hikari: Apa, itu tidak adil! Aku juga ingin mencoba masakanmu!]


[Natsuki: Aku akan memasak apapun yang aku mau jika kamu datang ke kafe, lol.]


[Hoshimiya Hikari: Lain kali aku pasti akan kesana!]


[Natsuki: Tidak ada yang istimewa, jangan berharap banyak lol]


[Hoshimiya Hikari: Ehh, bohongggggg. Aku melihat foto Uta-chan yang diposting di storynya dan itu terlihat sangat enak, lho?]


Aku membuka Minsta untuk melihat bahwa Uta telah memposting foto makanannya. Kapan kau mengambilnya? Dan wow, foto yang sangat bagus! Itu benar-benar membuat makanan terlihat enak.


[Natsuki: Oh wow, begitu. Kapan dia melakukannya?]


[Hoshimiya Hikari: Aku lapar sekarang karena aku melihatnya lagi.]


[Natsuki: Aku tahu, benar lol, mungkin aku akan makan ramen instan atau semacamnya.]


[Hoshimiya Hikari: Uh, hello, itu kejam, tahu?! Aku sedang diet sekarang!]


[Natsuki: Benarkah? Kamu sepertinya tidak perlu melakukannya.]


[Hoshimiya Hikari: Aku khawatir tentang tempat-tempat yang tidak bisa kamu lihat!]


[Natsuki: Ramen instan larut malam adalah yang terbaik, lho?]


Meskipun mereka membuat tubuhmu menjadi buruk… Yah, aku bercanda tentang hal itu, tapi aku sebenarnya tidak akan memakannya. Aku akhirnya membangun tubuh yang aku banggakan, jadi aku tidak ingin bertambah gemuk jika aku bisa menahannya.


[Hoshimiya Hikari: Natsuki-kun, kamu juga tidak boleh!]


[Natsuki: Kamu tidak masuk akal.]


[Hoshimiya Hikari: Itu buruk untuk kesehatanmu.]


[Natsuki: Baiklah, kurasa aku tidak punya pilihan.]


Beberapa menit berlalu tanpa jawaban. Aku mulai gugup. Apa aku mengacaukannya? Haruskah aku mulai berbicara tentang topik yang berbeda? Aku akhirnya menerima pesan RINE dari Hoshimiya, jadi aku ingin terus berbicara sebanyak mungkin. Aku banyak memikirkannya saat kami mengirim pesan, tetapi aku mungkin hanya merespons dengan arus.


Setelah beberapa saat, aku melihat bahwa Hoshimiya akhirnya membaca pesanku. Dia menjawab. [Waktunya tidur! Sampai jumpa besok!] Dan percakapan kami pun berakhir. Aku tahu aku harus sudahan karena sudah malam, tapi aku tidak bisa menahan perasaan sedih.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset