Ads 728x90

Kobito Ijou no Koto wo Volume 1 Chapter 2

Posted by Chova, Released on

Option

Chapter 2 - Permainan Kartu.

Minase dan aku tidak pernah berteman.

Kami bertemu di pesta penyambutan di klub dan ketika kami baru saja berkenalan, aku jatuh cinta padanya dan lalu dari terus mendorong kami mulai berkencan.

Lalu kami beralih dari sekadar kenalan menjadi pacar tanpa melalui tahap menjadi teman.

Juga, aku harus memperjelas bahwa aku tidak pernah memiliki seorang gadis yang dapat aku anggap sebagai teman yang sangat dekat denganku.

Sekarang, dari apa yang aku tahu, semua teman dekat Minase adalah perempuan.

Mengesampingkan masalah kontroversial apakah 'Pria dan wanita bisa berteman'karena tidak diketahui apakah seseorang dapat memiliki hubungan seperti itu atau tidak, ini telah menjadi topik kontroversial sejak zaman kuno menjadi sulit untuk dipahami, aku tidak pernah akan mungkin terjadi hal seperti itu di antara kami.

Namun, tidak mudah untuk berubah dari mantan pacar menjadi 'Sekedar teman'. Begitu juga, jika aku mengambil satu langkah, tidak, bahkan jika aku hanya mengambil setengah langkah yang salah, semuanya bisa berakhir dengan sangat buruk.

Itulah betapa rumitnya hubungan antara Minase dan aku sekarang, tetapi, meskipun aku tahu itu, tiba-tiba aku sudah membuat banyak langkah kesalahan.

Tadi malam, kami bersenang-senang mengeluh tanpa henti tentang pekerjaan kami dan mengingat kisah lama bahwa kami berada di kampus, itu adalah sesuatu yang tidak dapat diakhiri dengan satu pertemuan di dalam restoran Jepang, karena itu kami memutuskan untuk melanjutkan di tempat lain.

Minase menunjukkan ketertarikannya pada bar exotic cocktail di dekat rumahku, jadi kami berjalan ke tempat itu untuk minum. Mungkin karena malam jumat kaki kami terasa lebih ringan.

Saat itu perbincangan seputar hobi kami, terutama game.

Game co-op juga populer di dunia, misalnya, kami memiliki game action populer 'Ender Vice', yang dikenal banyak orang sebagai Eva. Mata Minase bersinar karena kegembiraan saat dia mendengar kesanku tentang game itu yang menunjukkan bahwa dia belum memainkannya.

Namun, karena bar tutup lebih awal dari yang diharapkan, kami harus pergi dengan sedikit ketidaknyamanan, jadi aku mengundangnya ke rumahku karena aku benar-benar ingin terus berbicara dengannya, untuk terus bercerita tentang Eva. Di sisi lain, jika dia ingin tidur di rumahku, aku bisa menggunakan sofa dan dia bisa menggunakan tempat tidurku sehingga kami bisa melanjutkan malam kami.

Aku pikir dia akan menolak, tetapi pada akhirnya dia menerima ajakanku dengan menganggukkan kepalanya.

Dalam perjalanan pulang aku membeli kaleng bir dari toko serba ada, namun, aku tidak memilih yang lebih kuat karena aku ingin menunjukkan kepadanya bahwa aku adalah peminum yang baik, namun, aku tidak tahu bahwa, di masa depan, penilaian dan alasanku akan benar-benar menghilang, karena setelah bermain Eva sekitar dua jam, kami akhirnya berhubungan seks.

Apakah alasan semuanya berjalan lancar karena kami berdua mabuk? Atau mungkin aku mendorongnya begitu keras sehingga Minase tidak bisa menolak?

Jika yang terakhir yang terjadi, maka aku benar-benar kacau karena aku adalah bajingan yang mengambil keuntungan darinya.

Meskipun, pagi ini, Minase, melihatku tertekan, memberitahuku dengan senyum masam: 'Kita melakukannya.'

Setelah itu, aku menundukkan kepalaku padanya dan meminta maaf, namun, Minase mengelus kepalaku.

“Aku berpikir sangat mungkin kita akan melakukannya saat kita ke rumahmu.”

Tampaknya dia sudah siap untuk ini atau apa yang dia katakan padaku adalah kebohongan yang lembut untuk meyakinkanku.

Tetap saja, aku merasa sangat bersalah sehingga aku hanya meminta maaf kepada Minase, yang terus tersenyum. Tetap saja, belum lagi, selain apa yang kami lakukan tadi malam, apa yang terjadi setelahnya juga sangat tercela.

Ahhh, aku tidak pernah begitu membenci diriku sendiri!

Pada akhirnya, aku akhirnya menemani Minase ke pintu masuk tiket stasiun, kembali ke apartemenku, dan bersembunyi di tempat tidur sepanjang hari.

Aku sekarat karna tidur, tetapi aku tidak bisa tidur, jadi aku kehilangan energi sampai-sampai aku tidak bisa bangun.

Mabuk, kantuk, membenci diri sendiri, semua perasaan itu bercampur dan mendominasi kepalaku mengubah setiap jam di hari Sabtuku menjadi mimpi buruk yang mengerikan.

Ketika aku berkencan dengan Minase, dia benci berhubungan seks saat mabuk, karena semua tindakan yang kami lakukan serta kata-kata yang kami ucapkan tampaknya bohong.

Tidak peduli seberapa manis atau lembut kata-kata yang aku bisikkan padanya, dia akan berkata padaku: 'Kamu pasti mengatakan itu karena kamu dipengaruhi oleh alkohol', jadi pada akhirnya suasana hatiku akan buruk, namun, kemudian dia akan berkata padaku dengan senyum nakal: 'Tetapi jika kita sadar, kamu tahu aku suka melakukannya, Fuyu-kun'.

Ini sudah menjadi kebiasaan saat kami mabuk.

Yah, sebagian besar waktu, kami hanya berakhir berhubungan seks tanpa mengucapkan sepatah katapun dan setelah kami selesai, Minase akan selalu membuat wajah sambil mengatakan ‘Sampai jumpa’ membuatku merasa bersalah, tapi setiap kali aku melihat ekspresi itu di wajahnya, dia terlihat sangat imut, jadi pada akhirnya aku akan meminta maaf dan dengan seiring berjalannya waktu, kenangan manis itu berubah menjadi sesuatu yang mengecewakan yang membuatku merasa bersalah.

"Mungkin... dia akan terus membenciku..."

Tidak aneh jika semua yang kulakukan padanya tadi malam membuatnya membenciku.

Namun, aku memiliki secercah harapan bahwa semuanya akan baik-baik saja, jadi aku mulai berpikir tentang pesan teks apa yang harus aku kirimkan padanya untuk meminta maaf.

Namun, tepat saat itu, sebuah pesan muncul di layar ponselku disertai dengan cahaya malam yang terlihat melalui jendela kamar tidurku.

"Eh!" 

Yang mengejutkanku, itu adalah pesan dari Minase, lalu aku segera membacanya.

[Aku sudah mengunduh Eva!]

Apa yang ada pesan di layarku adalah bahwa Minase telah selesai menginstal perangkat lunak untuk permainan yang kami mainkan di rumahku tadi malam.

“…?”

Aku membuka pesan itu lagi.

Ya, itu milik Minase, itu pasti miliknya, tidak diragukan lagi.

Kalau dipikir-pikir, Minase sangat tertarik dengan Eva tadi malam, namun, dia mengirimiku pesan semacam itu membuatku terkejut.

Aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi yang aku lakukan hanyalah menulis 'Wow' untuknya.

Pada akhirnya, aku memutuskan bahwa aku tidak perlu menyalahkan diri sendiri dan tenggelam dalam depresi, jadi menurutku pesan yang aku kirimkan padanya adalah yang benar.

Dan tanggapan atas pesan itu datang dalam waktu yang sangat singkat.

[Bukankah itu menjadi game co-op setelah level sepuluh?]

“…??”

Lebih baik aku jawab sekarang.

[Ya, dan itu terjadi setelah kamu selesai menyelesaikan fase pertama.]

[Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk melakukannya?]

[Sekitar tiga atau empat jam.]

[Baiklah! Kalau begitu aku akan melakukannya hari ini!]

Minase mengirimiku pesan itu dangan sebuah emot dari karakter aneh yang melakukan pose tinju kemenangan.

Karena itu, aku memutuskan untuk membalas dengan emot lain, tetapi sebuah pertanyaan muncul dari hatiku.

Hmm? Kenapa dia tidak mengatakan apapun tentang apa yang terjadi kemarin?

♦♦♦

Aku terus bertanya-tanya apakah dia telah kehilangan ingatannya sejak dia berbicara padaku seolah-olah tidak ada yang terjadi. Meskipun akan lebih baik jika kejadian yang terjadi tadi malam diatur ulang agar kami bisa melanjutkan hubungan yang kami miliki sebelumnya.

Selain itu, hal logisnya adalah semuanya berakhir dengan buruk.

Jadi apakah dia memaafkanku atau tidak begitu penting baginya sejak awal?

Tidak mungkin semuanya sudah diselesaikan dengan begitu mudah karna jika aku mengambilnya seperti itu aku mungkin bisa salah dan lalu kesalahan yang aku buat bisa tidak dapat diubah. Jadi, aku setidaknya harus berpikir bahwa aku jauh lebih idiot dari yang aku pikirkan.

Percakapan berikutnya dengan Minase terjadi sekitar Minggu sore.

[Nee, tahap pertama penuh dengan banyak musuh yang terlihat seperti bos utama!] Tampaknya Minase tidak bermain game lagi sejak dia menjadi anggota masyarakat, tapi mengingat, dia tidak pandai dalam game action, jadi sudah dapat diperkirakan bahwa dia akan mengalami kesulitan dengan Eva, karena itu adalah game yang sangat sulit. 

[Ingat gerakan serangan musuh dan kamu akan memenangkan mereka.]

[Ya, tapi aku tidak bisa menyerang mereka dengan palu.]

[Kamu pasti menekan tombolnya terlalu keras.]

[Bagaimana…… kamu tahu!]

Setelah itu dia mengirimiku pesan yang isinya: 'Aku bosan mengobrol dengan pesan', jadi kami beralih ke panggilan telepon.

Mungkin karena sedang bersantai di rumah, suara Minase tidak ada intonasinya melalui ponselku.

Aku merasa seperti kehilangan kekuatanku hanya dengan mendengarkannya.

[Apakah kamu benar-benar melakukan semua ini dalam tiga jam, Fuyu-kun?]

[Aku sudah lama memainkan game perusahaan.]

[Itu tidak adil, kamu benar-benar curang.]

[Yah, tidak mungkin melakukannya jika kamu mabuk.]

[Aku hanya minum sekaleng bir, jadi aku tidak mabuk.]

[Apa maksudmu?]

[Bahwa aku hanya minum sekaleng bir dan itu seperti aku bemum minum apapun.]

[Mungkin apa yang kamu minum bukan limun.]

*Fufufu*----- dan lalu aku mendengar tawa kecil. Itu adalah tawa Minase.

Cara dia tertawa dan kekonyolan percakapannya masih sama seperti dulu.

Ini sangat nostalgia, menyenangkan, dan nyaman hingga aku ingin terus berbicara dengannya seperti ini selama sisa hidupku.

[Berbicara tentang bir! Katanya ada toko yang khusus craft beer di shinjuku!]

[Benarkah?]

[Ya, ayo pergi lain kali---]

[... Kurasa lebih baik jangan Minase, itu bisa berakhir buruk.]

Hatiku sudah tidak tahan lagi, tapi meski aku menolak, suara Minase masih tertawa dan ceria.

[Ehh? Tapi kenapa?]

[Aku tidak bisa melupakan apa yang terjadi di hari Jumat.]

Duri yang menusuk hatiku begitu besar hingga aku tidak bisa mengabaikannya, jadi aku memutuskan untuk terus membicarakannya.

Aku ingin menjadi temannya.

Aku ingin memiliki hubungan yang bahagia, menyenangkan dan nyaman dengan Minase.

Atau mungkin ada hal lain yang muncul dari hubungan itu, tetapi agar hal itu terjadi, aku harus menghilangkan duri ini.

Itu semua tanggung jawabku, jadi aku tidak bisa mengabaikannya di sini dan sekarang.

Aku benar-benar membenci diriku sendiri, tetapi jika aku berpura-pura tidak terjadi apa-apa, aku akan semakin membenci diriku sendiri.

[Fuyu-kun, kamu masih pria serius yang sama yang berbicara dengan cara yang aneh.]

Di ujung telepon, minase tertawa dengan keras.

[Tolong jangan khawatir tentang itu lagi.]

[Tentu saja tidak, ini penting karena hubungan yang kita miliki, kenangan hari-hari yang kita habiskan bersama... semua itu istimewa bagiku.]

[…………]

[Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, tapi… Minase aku ingin melakukan hal yang 'Benar' denganmu. Aku tidak ingin melakukan apapun secara setengah-setengah, atau lebih tepatnya, ali tidak ingin menjalin hubungan yang membuat kita merasa tidak nyaman. Dulu, kita putus, tapi sekarang kita berhubungan baik, jadi aku ingin menjalin hubungan yang bisa kita banggakan.]

Pada akhirnya, meskipun aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan yang memenuhi hatiku, aku bisa mengatakannya.

Namun, apakah Minase mendengarkanku dengan baik atau tidak, aku tidak berhenti.

[Jadi pertama-tama aku ingin meminta maaf dengan benar padamu agar kita dapat memiliki hubungan yang sehat lagi.]

Jadi, sekali lagi aku mencoba untuk meminta maaf padanya, tetapi pada saat itu…

[Itu tidak benar.]

Minase menjawabku dengan nada suara yang jauh lebih rendah dari sebelumnya dan, itulah kenapa, di menangkap hatiku.

[Jangan minta maaf.]

[Eh? … Tapi kenapa tidak?]

[Sebaliknya, kamu membuatku merasa buruk.]

Karena aku tidak begitu mengerti apa artinya itu, aku menunggu kata-kata selanjutnya. Sementara itu, aku merasa sedikit takut karena aku tidak bisa membayangkan ekspresi apa yang dia buat sekarang, karena kami sedang mengobrol melalui panggilan telepon.

Dan kemudian Minase mulai berbicara seolah-olah sebuah bendungan telah rusak.

[Tidak apa-apa jika kita tidak melakukan sesuatu dengan benar. Yah, aku tidak akan berbohong padamu bahwa aku sedikit terkejut saat itu, tetapi aku memberitahumu bahwa aku sudah mengharapkan itu bisa terjadi, jadi aku minta maaf jika aku membuatmu merasa enak. Dengar, aku berusaha terlalu keras di tempat kerja meskipun aku tidak mau. Aku sangat muak. Tidak mungkin bagiku untuk bekerja dengan baik sepanjang tahun, dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu. Itu tidak mungkin bagiku.]

[Min…?]

[Aku muak dan lelah! Aku tidak peduli tentang hidup serius, atau tentang bekerja keras, atau menemukan cinta sejati, atau menikah!]

Suaranya terlalu emosional dan tidak stabil saat dia mengatakan hal-hal biasa.

Ini adalah pertama kalinya aku mendengarnya seperti ini.

[Jangan bilang ayo kita melakukannya dengan benar. Bersenang-senang dan nikmati saja. Ayo kita bersama karena kita merasa nyaman. Kamu tahu, kita merasakan semua itu pada malam itu…]

Suara yang awalnya naik sedikit demi sedikit akhirnya memudar hingga menjadi suara yang lemah dan menangis.

Dan lalu pada akhirnya dia mengatakan beberapa patah kata lagi padaku dengan suara yang sangat rendah hingga aku hampir tidak bisa mendengarnya.

[Aku ingin kembali… Aku ingin kembali ke masa itu, Fuyu-kun… Aku ingin tahu apakah itu mungkin…]

[…………]

Meskipun aku tidak bisa melihat wajah Minase sekarang, dari kata-katanya dan nada suaranya aku bisa mendapatkan gambaran tentang wajah seperti apa yang dia buat sekarang.

Akhirnya, akupun menyadari kesalahan yang telah aku buat.

Malam itu, Minase sedang melihat dan mendengarkan keluhanku tentang pekerjaan yang aku miliki.

Dia memberiku masker penghangat sekali pakai untuk mataku.

Pada saat itu aku bertanya-tanya.

Kenapa dia begitu khawatir tentang kesehatan mataku?

Kenapa dia mendapat informasi yang baik tentang gejala dan penyebab ketegangan mata?

Kenapa dia membawa beberapa masker untuk menghangatkan matanya?

Dia pasti mengtahuinya dari pengalamannya sendiri karena tertekan oleh usaha yang dia lakukan dalam pekerjaannya menyebabkan kelelahan pada matanya.

Jadi Minase, untuk sementara sekarang dia muak dengan semua itu.

Dia mungkin merasa lelah dan muak dengan masyarakat dewasa ini jauh sebelum kami bertemu lagi.

Itu sebabnya, aku membuat kesalahan dengan tidak menyadari apa yang terjadi padanya malam itu, karena dia ingin melepaskan beban berat yang menyebabkan stresnya.

Aku baru menyadari sekarang bahwa dia hanya ingin aku mendengarkannya. 

Berapa banyak kesalahan yang aku buat malam itu?

Yah, itu tidak masalah lagi. Selain itu, Minase tidak mengharapkan permintaan maaf sekarang.

[... Kalau begitu, ayo kita mulai lagi.]

[Eh …?]

[Ayo kita mulai Minase lagi. Ayo kita bersenang-senang bersama seperti dulu saat kita kuliah, tanpa ada batasan apapun baik pekerjaan, cinta atau hal-hal merepotkan lainnya seperti itu.]

Sekarang aku memikirkannya, kenapa kita harus melakukan semuanya dengan benar?

Di tempat kerja, aku selalu dipaksa untuk melakukan yang terbaik seperti orang idiot. Lalu kenapa aku harus melakukan semuanya dengan benar ketika aku bersama dengan Minase?

Sikap seperti itu sama sekali tidak seperti menjadi anggota masyarakat dewasa.

Di dunia yang penuh omong kosong seperti ini, sangat gila memiliki persahabatan yang sehat dan hidup dengan benar.

Yang Minase cari adalah hubungan tanpa ikatan, hubungan dimana kita hanya bersama karena kita merasa nyaman.

Aku tidak tahu sedikit pun seperti apa hubungan itu, tetapi entah kenapa, aku merasa kami bisa jauh lebih bahagia daripada kita sekarang.

[Jika kamu mengatakan sesuatu yang membawa kita kembali ke kenyataan, aku akan minta komisi darimu seribu yen.]

Setelah keheningan singkat, Minase berbicara.

[Kalau begitu itu janji.]

[Janji yang hanya milik kita berdua.]

[Tentu.]

[Oke, sekarang aku akan membelikanmu sekaleng bir seribu yen dari toko khusus craft beer.]

[Fufufu, kamu lucu sekali.]

Setelah itu kami melanjutkan pembicaraan tentang Eva seolah-olah pembicaraan yang baru saja kami lakukan atau apa yang terjadi pada Jumat malam tidak terjadi. Jadi, alih-alih membicarakan hal-hal yang bermasalah, kami hanya mengobrol santai.

Apakah dia akan putus dengan pacarnya?

Yah, bukannya aku tidak peduli, tapi sekarang bukan waktunya untuk bertanya padanya, karena menurutku dia tidak ingin aku mengungkitnya.

Tidak ada yang lebih mudah daripada memainkan permainan kartu antara dua orang di mana tidak satu pun dari mereka menyembunyikan kartu mereka dari lawan.

Mungkin konyol berpura-pura bahwa orang lain menyembunyikan sesuatu, tetapi meskipun begitu, Minase dan au memutuskan untuk terus memainkan permainan kartu ini.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset