Ads 728x90

MomAyako Volume 6 Chapter 3

Posted by Chova, Released on

Option


 

Perkembangan dan Olahraga

 

Pada umumnya, hubungan seksual bisa menjadi kesempatan.

Yah, selain kesempatan, itu tentu saja pasti peristiwa yang istimewa.

Kenyataannya ada kata-kata seperti "perawaan" dan "tidak berpengalaman" untuk memisahkan yang berpengalaman dari yang tidak berpengalaman menunjukkan sejauh mana dunia menganggap hubungan seksual sebagai suatu peristiwa yang istimewa.

Akan tetapi.

Setelah mengalaminya, aku menyadari bahwa dunia tidak akan banyak berubah hanya dengan berhubungan seks.

Itu tentu saja sesuatu yang istimewa, tetapi aku tidak berpikir itu adalah sesuatu yang akan secara drastis mengubah nilai-nilai atau pandangan tentang kehidupanku.

Aku sendiri sudah membuatnya menjadi penghalang yang aneh ... karena menjadi gadis sampai usia saat ini. Aku melihat seks sebagai sesuatu yang lebih istimewa daripada yang diperlukan dan aku takut bahwa aku akan berubah setelah melakukan tindakan itu, bahwa aku akan menjadi orang yang berbeda… tapi itu sama sekali tidak akan terjadi.

aku tetaplah aku.

Dan dia tetaplah dia.

Tidak ada yang berubah.

Itu lebih seperti konfirmasi berharga dari perasaan yang awalnya kami miliki satu sama lain dengan menyatukan kulit kami.

Yahh.

Walaupun begitu.

Mengatakannya seperti itu.

Untuk mengetahui apakah tidak ada yang berubah… sebenarnya tidak sepertu itu.

Sedikit demi sedikit, tapi terasa.

Hubungan kami mulai berubah malam itu.

 

Misalnya, saat sarapan.

 

“Fuah… Selamat pagi.”

“Selamat pagi, Ta-kun. Aku sedang menyiapkan sarapan, jadi tunggu sebentar."

Aku bangun sedikit lebih awal dan sedang membuat sarapan ketika dia keluar dari kamar agak kesiangan.

Setelah saling menyapa, aku mengalihkan pandanganku kembali ke telur goreng di penggorengan.

Dan pada saat itu… Peluk.

Tiba-tiba, Ta-kun dengan lembut memelukku dari belakang.

"Ad... A-ada apa?"

"Tidak, hanya saja aku tidak bisa menahan diri ketika aku melihat punggungmu."

Dia meminta maaf dengan malu-malu, tetapi dia tidak berhenti memelukku.

"Aku juga berpikir betapa cantiknya kamu hari ini."

“Y-ya ampun… Apa yang kamu katakan? Ayolah, aku sedang memasak, jadi lepaskan aku."

"Sedikit lagi."

"Tidak. Jika kita tidak cepat, kita akan terlambat."

"… Baiklah."

Ta-kun berjalan pergi saat dia menjawab dengan cemberut. Aku terus membuat sarapan, tetapi aku sangat bersemangat sehingga aku tidak bisa berhenti bersenandung.

 

Misalnya, setelah kembali ke apartemen.

 

"Aku pulang..."

"Selamat datang kembali, Ayako-san."

“Ta-kun…”

"Oh, kamu terlihat lelah."

“Itu benar… aku benar-benar lelah hari ini. Aku ada tiga pertemuan yang berhubungan dengan anime…” aku mengeluh sambil melepas sepatuku. "Aku sangat lelah."

Tiba-tiba, aku mencoba membuat suara yang manis dan menggoda.

“Haah. Aku tidak tahan lagi. Aku tidak memiliki energy lagi yang tersisa. Aku harus segera mengisi ulang energiku.”

"... Ah."

Ta-kun sepertinya akhirnya menebak niatku dan tersenyum samar-samar.

"I-ini dia," katanya, membuka tangannya.

Aku melompat ke dadanya dengan sedikit momentum. Kehangatan dan aromanya menyelimutiku dan meresapi tubuh dan pikiranku yang lelah oleh pekerjaan.

“Kerja bagus hari ini.”

Dia dengan lembut membellai kepalaku saat dia memuji kerja kerasku. Aku merasakan sentuhan lembut tangannya yang besar memenuhi hatiku dengan sensasi menggelitik yang tak terkatakan dan nyaman.

"Bisakah kamu mengisi ulang energimu seperti ini?"

"Ya. Lebih banyak."

Aku juga melingkarkan tanganku di sekelilingnya dan memeluknya.

Belum satu menitpun berlalu sejak aku sampai di rumah dan kami sudah berada dalam pelukan penuh gairah yang membuatku tersenyum.

"Oh, maafkan aku. Aku satu-satunya yang diisi ulang dengan energi.”

"Tidak apa-apa. Sepertinya, sistem pengisian ulang ini bersifat dua arah.”

"Begitu yaa. Ini menakjubkan. Seperti mesin abadi."

"Tentu saja, ini seperti mesin abadi."

“Fufufu. Ini metode yang terbaik."

Kami berdua begitu asyik berpelukan sehingga percakapan kami tidak lebih dari godaan.

Kami terus berpelukan untuk beberapa saat tanpa memiliki akhir yang pasti.

 

Misalnya, setelah makan malam.

 

"Tiga prefektur pertama dalam urutan ukuran ... Eh, apa itu?"

Kami berdua sedang duduk di sofa menonton acara permainan di TV.

“Yang pertama adalah Hokkaido. Yang kedua adalah… Iwate? Dan yang ketiga adalah…”

"Bukankah itu Fukushima?"

"Huh? Apakah Fukushima sebesar itu? Bisa jadi Nagano… Ah. Jawaban yang benar adalah Fukushima! Ta-kun, kamu luar biasa.”

"Ahaha. Aku ingat pernah melihatnya di sekolah dasar.”

"Begitu, yaa. Dalam kasusmu, sekolah dasar hanya sekitar 10 tahun yang lalu. Bagiku, itu 20 tahun yang lalu.”

"Ah, ku-kumohon jangan murung!"

“Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja. Baiklah! Aku tidak akan kalah kali ini! Ayo kita lihat… Struktur apa yang ada pada uang kertas 2000 yen?”

“Pada uang kertas 2000 yen…?”

“Aku tahu yang itu! Kastil Shuri!”

“Oh, sepertinya benar.”

“Fufufu. Ya, aku benar. Tapi itu membawa kembali kenangan. Uang kertas 2000 yen. Ibuku memberiku salah satu uang kertas itu sebagai uang saku, tetapi aku tidak bisa membelanjakannya dengan mudah. Bagaimana denganmu, Ta-kun?"

“Etto… maaf. Aku belum lahir saat itu."

"…Ah. Benar. Uang kertas 2.000 yen tidak dicetak lagi sekitar 20 tahun yang lalu… Anak muda sekarang tidak pernah menyentuhnya…”

"Oh, jangan murung."

Dengan tawa dan keputusasaan, kami menikmati waktu kami bersama saat emosiku berganti-ganti antara kebahagiaan dan kesedihan.

Kami terus menonton TV lalau tiba-tiba...

Ta-kun melingkarkan lengannya di bahuku.

Dia dengan lembut memelukku sambil posisi duduk.

“……”

Untuk sesaat aku terkejut dan menatapnya, tapi…

"A-aku tidak bisa berhenti menonton acara permainan begitu aku mulai menontonnya."

Matanya sedang menatap TV. Dia bertingkah seolah-olah itu bukan apa-apa, tetapi jelas bahwa dia sedikit gugup.

Aku juga tidak melawan.

"...Y-ya, hal yang sama terjadi padaku."

Aku meletakkan kepalaku di bahu Ta-kun.

“Sa-sangat menarik, bukan? Kuisnya.”

“Y-ya. benar."

“Pertanyaan selanjutnya adalah… 'Jika hari ini adalah hari Rabu, besok lusa hari apa?' Ah ya, aku suka pertanyaan seperti ini. Jika kamu berpikir dengan tenang, kamu pasti akan menemukan jawabannya.”

"Benar. Jika kamu berpikir dengan tenang.”

“Ya, ya, jika kamu berpikir secara terpisah setiap hari… E-eh?”

"Ano…"

“…Ahaha. I-itu sulit, bukan?"

"Entah bagaimana, aku tidak bisa berpikir sama sekali sekarang ..."

Kami saling tersenyum saat kami cukup dekat untuk merasakan detak jantung satu sama lain.

Jantungku berdebar kencang, tapi itu adalah momen yang memuaskan setelah makan malam sehingga entah bagaimana aku merasa agak tenang.

 

Misalnya, pada saat momen fanservice.

 

"... Kyaa."

"Wow. Ma-maaf."

Saat aku mau mandi, Ta-kun secara tidak sengaja membuka pintu ruang ganti.

Aku sudah selesai melepas pakaianku dan mengenakan pakaian dalamku.

Banyak area tubuhku yang terbuka.

Jika ini terjadi lebih awal, pasti akan ada masalah.

Aku akan memerah dan berteriak dan Ta-kun akan menutup pintu dan bergegas keluar, meninggalkan sedikit kecanggungan dan kegugupan di udara… Aku yakin itu akan menjadi keributan besar.

Sebuah peristiwa hebat yang pasti akan memiliki ilustrasi jika itu adalah novel ringan.

Tapi…

"Ya ampun... lebih berhati-hatilah," kataku sambil tersenyum miring.

Tanpa panik, aku menutupi dadaku dengan tangan.

"Ahahaha. Aku mintta maaf."

Dia meminta maaf kepadaku sedikit dan sepertinya tidak terburu-buru atau tersipu dan berlari keluar dari ruang ganti.

Bahkan... Dia tetap di sana untuk sementara waktu.

Dari pada pergi, dia menatap tubuhku dengan celana dalamku.

“……”

"Eh. A-ada apa?"

“Tidak, hanya… kupikir pakaian dalam itu sangat cantik.”

"Apa... Ya ampun, apa yang kamu bicarakan?"

Aku mengatakan beberapa kata celaan dan berpura-pura menyembunyikan tubuhku, tapi aku tidak merasa malu seperti dulu.

Lebih tepat, aku senang, atau setidaknya, tidak begitu puas.

"Hmm. Y-yah, ini pakaian dalam baru yang kubeli untuk hidup bersama kita.”

“……”

“Itu tidak berarti sesuatu yang mendalam. Aku pikir itu mungkin perlu... ketika aku membayangkan berbagai situasi yang berbeda.”

“Kalau begitu… aku harus memperhatikannya dengan baik.”

“Ehhhhhh?!”

“Jika itu pakaian dalam barumu, tidak sopan bagiku untuk tidak melihatnya lebih dekat. Ya, itulah yang kurasakan."

“Tu-tunggu sebentar…! Be-berhenti… Memang benar bahwa aku membelinya dengan harapan bahwa kamu akan melihatnya, karena jika tidak, akan sangat menyedihkan… ta-tapi bukan berarti bahwa kamu harus melihatnya lebih dekat! Tidak sekarang!"

"Tidak sekarang…? Lalu kapan?"

“Pokoknya, tidak ya tidak! Sekarang keluarlah, keluar dari sini! Aku akan mandi."

Aku mendorong Ta-kun, yang sepertinya menyesal harus pergi, keluar dari ruang ganti.

Itu adalah perbincangan yang menyenangkan, seolah-olah kami bersenang-senang bersama.

Bahkan jika dia melihat pakaian dalamku, semuanya berakhir dengan percakapan sehari-hari yang lucu.

Itu adalah adegan yang pasti akan diilustrasikan dalam novel ringan, tetapi tanpa ilustrasi, itu hanya adegan sehari-hari yang biasa.

 

Yahh.

Begitulah eadaan sehari-hari pada umumnya.

Tidak ada yang berubah, tetapi ada sesuatu yang berubah.

Entah bagaimana, setelah malam itu... Aku merasa jarak di antara kami tibatiba memendek!

Aku merasa seperti kami telah semakin lebih dekat!

Aku merasa seperti aku benar-benar pacarnya!

Yah... bukan karena kami tidak berhubungan baik sampai sekarang dan aku bukan pacarnya.

Sebaliknya, dalam hal kepolosan, mungkin dulu aku lebih seperti pacarna.

Tetapi jika hubungan kencan yang aku miliki sebelumnya seperti hubungan polos antara siswa… sekarang aku merasa bahwa seperti kami telah memasuki hubungan yang lebih dewasa dan santai!

Jumlah kontak fisik dan sentuhan telah meningkat secara frastis dan sangat alami.

Hah… Betapa bahagianya.

Entah bagaimana, aku sangat bahagia.

Aku bertanya-tanya apakah tidak apa-apa bagiku untuk dibiarkan begitu bahagia ...

"… Aku penasaran dengan satu ini. Ini semua sangat alami untuk bersama. Ah. Tentu saja, bukan berarti kami tidak akur sebelumnya. Tapi kami sangat perhatian satu sama lain… Misalnya, ketika percakapan terputus, ada suasana di mana kami berdua mencoba mencari topik… Tapi sekarang itu tidak masalah sama sekali! Kami tidak harus memaksakan diri untuk berbicara dan, bahkan, ketika kami kehabisan kata-kata, kami mulai saling menyentuh...! Lagi pula, ada hal-hal yang bisa disampaikan tanpa kata-kata! … Ah. Tentu saja, itu bukan berarti kata-kata tidak diperlukan. Kami berdua menghargai area itu… le-lebih tepatnya, Ta-kun memujiku berlebihan, mengatakan hal-hal seperti “Aku menyukaimu” dan “Aku mencintaimu” berkali-kali… Setiap hari aku merasa sangat dicintai dan bahagia… Ahaha, aku dalam masalah. Bagaimana menurutmu, Oinomori-san?”

"… Ah, ya?"

Di malam akhir pekan...

Aku diundang oleh Oinomori-san dan kami pergi minum bersama.

Kami berada di ruangan pribadi di izakaya yang kami datangi sebelumnya.

Aku cukup banyak bicara karena alkohol, tapi Oinomori-san, di sisi lain, tidak begitu bersemangat.

“Tunggu, ada apa, Oinomori-san? Wajahmu begitu gelap."

"... Kamu tidak mengarangnya, kan."

“Kamulah yang memaksaku datang hari ini. Kamu bersemangat untuk mengajukan banyak pertanyaan kepadaku. Itulah kenapa aku memutuskan dan mulai memberitahumu secara rinci tentang keadaan kami saat ini.”

“… Kalau begitu, biarkan aku mengatakannya dengan jelas.”

Setelah meminum alkohol di tangannya, Oinomori-san berbicara dengan keras.

“Kamu sudah membual tentang cintamu sepanjang waktu!”



"Apa…"

“Tentu saja aku yang mengundangmu… tapi aku tidak menyangka kamu akan sesumbar itu. Fufufu… ini aneh. Aku belum pernah muntah karena minum alkohol dalam 10 tahun, tapi sekarang aku mengalami sedikit mual."

“Apa yang sudah aku bual…? Aku hanya ingin memberitahumu betapa puas dan bahagianya aku dan Ta-kun saat ini.”

"Jika itu tidak membual, lalu apa?!" Oinomori-san membantah dengan keras. “… Fufufu … Aku penasaran perasaan apa ini. Ini benar-benar rumit. Seharusnya aku senang kalian berdua bahagia dan tanpa masalah… tapi aku tidak bahagia jauh di lubuk hatiku.”

Membiarkan senyum masam, dia menghela nafas dan melanjutkan.

“Aku ingin semuanya berjalan baik untukmu. Itulah sebabnya aku memberimu nasihat dan menjagamu. Tapi ketika kamu terlihat sangat bahagia… itu sama sekali tidak menyenangkan!”

"Tunggu sebentar!"

Dia mengatakannya!

Dia bilang dia tidak menganggapnya menyenangkan!

“Aku sangat frustrasi ketika kalian terus mengulur waktu dan tidak membuat kemajuan, tetapi sekarang setelah hubungan itu berjalan lancar, itu agak membosankan. Aku bahkan ingin kalian mendapat lebih banyak masalah dan menunjukkan kecanggungan kalian kepadaku.”

"Jahat sekali..."

“Haaah. Lagi pula, lebih menyenangkan menggodamu sebagai pihak ketiga. Kenyataannya kamu selalu menyebabkan masalah demi masalah membuatnya lebih menyenangkan untuk menggodamu. Dan hal yang paling menyenangkan adalah ketika aku harus memberimu nasihat karena kamu tidak tahu bagaimana menghadapi masalah cintamu karena kamu tidak memiliki pengalaman dalam cinta.”

"... Bukankah kamu sangat blak-blakan?"

“Katsuragi-kun, aku tahu kamu baik-baik saja, jadi sudah waktunya kamu menyebabkan masalah lain. Ini adalah drama yang biasa, bukan? Ini mungkin bendera sebelum hubungan menjadi rumit di Acr berikutnya, bukan?

"Tolong jangan katakan hal-hal buruk!" jawabku dengan tegas.

Oinomori-san meminum minumannya lagi.

"Yah, selain bercanda," lanjutnya dengan suara tenang.

… Apakah itu benar-benar lelucon?

Aku rasa dia sangat jujur.

"Aku senang mengetahui kalian menikmati hidup kalian bersama."

"… Sungguh?"

"Sungguh, aku senang." Dia melanjutkan dengan senyum masam, “Maaf. Aku sangat iri dengan betapa bahagianya kamu sehingga aku tidak bisa tidak mengatakan hal-hal buruk. Akhir-akhir ini aku sedikit... memiliki banyak hal yagn kukahwatirkan.”

"Huh…"

"Tidak, tidak ada. Itu tidak penting."

Dia melambaikan tangannya dan mengakhiri percakapan.

Kurasa itu aneh bagiku. Ekspresi yang kulihat sejenak di wajahnya merenung, tetapi agak rapuh, dan entah bagaimana bukan miliknya.

Yumemi Oinomori yang aku kenal adalah tipe orang yang, tidak peduli masalah buruk apa yang menimpanya di tempat kerja, tersenyum ironis seolah-oalh dia menikmati kesulitan daripada merasa tertekan. 

Aku ingin tahu apa yang terjadi.

Apa yang sangat dipikirkan Oinomori-san?

"Oke."

Saat aku merenung, dia memesan sebotol alkohol lagi dan mengubah topik pembicaraan seolah-olah mencoba untuk mendapatkan kembali kendali.

"Hari sudah mulai malam, jadi kenapa kita tidak menaikkan nada pembicaraan?"

"Eh? Apa maksudmu?"

"Bukankah itu sudah jelas? Aku ingin kamu memberitahuku lebih banyak detail tentang hal itu.”

“Aku sudah memberitahumu semuanya. Tapi kamu bilang aku hanya membual tentang kehidupan cintaku, kan?

“Tidak, aku pasti mendengarmu. Aku sudah cukup mendengar tentang betapa bahagia dan puasnya kalian berdua sejak hubungan kalian selangkah lebih maju. Dan aku tentu bosan mendengar bualanmu, tapi… itu berbeda jika itu tentang ‘selangkah lebih maju’.”

"Selangkah lebih maju?"

Aku memiringkan kepalaku dan Oinomori-san mencondongkan tubuh ke depan dan bertanya, “Jujurlah… seperti apa kehidupan malammu dengan Aterazawa-kun?”

"Apa?!"

"Aku sangat tertarik. Aku sangat ingin tahu bagaimana kalian berdua yang begitu polos, ketika kalian melewati batas.”

“A-apa yang kamu bicarakan? Astaga! Aku tidak akan memberitahumu sesuatu yang spesifik! Itu pelecehan seksual!”

"Aku menanyakan ini sebagai teman, bukan sebagai bosmu."

"Bahkan sebagai teman, aku tidak bisa memberitahumu sesuatu yang begitu pribadi seperti itu..."

"Tapi apa yang kamu katakan? Ketika wanita di atas 30 tahun berkumpul untuk minum, mereka hanya berbicara tentang seks dengan pacar dan suami mereka.”

Serius?!

Apakah wanita dewasa memang seperti itu?!

Apakah mereka semua membicarakannya?!

"Jadi gimana? Apa Aterazawa-kun melakukannya dengan baik? Hmm? Apakah itu memuaskanmu?"

“Tunggu… Astaga… Tolong berhenti sekarang. Sudah kubilang berkali-kali. Aku tidak suka membicarakan hal-hal seperti itu."

"Ayolah, katakan saja."

“Tidak, titik.”

Aku bukan tipe orang yang selalu terbawa suasana.

Dan yang terpenting, ini bukan hanya tentangku, tetapi juga tentang privasi Ta-kun, jadi aku harus membuat batas yang benar.

"Hmm…"

Saat aku dengan tegas menolak, Oinomori-san menghela nafas kecil.

“Jika kamu tidak mau, maka tidak ada yang bisa dilakukan. Aku tidak akan memaksamu untuk memberitahuku. Itu akan menjadi pelecehan seksual jika aku terus menekanmu lebih banyak.”

"I-itu benar."

Aku menepuk dadaku dengan lega.

"Pertama-tama, kurasa tidak banyak yang bisa diceritakan bahkan jika aku bertanya."

Oinomori-san melanjutkan dengan suara mengejek.

“Kita sedang membicarakan kalian berdua, serius sampai ke intinya. Kalian hanya melakukan hal-hal normal, kan? Aku rasa itu bahkan tidak layak untuk ditanyakan."

“……”

“Itu mungkin seperti di manga shoujo. Semuanya tenang dan murni dengan latar belakang bunga-bunga yang beterbangan, genre vanila.”

“……”

“Haah, aku tidak tahu kenapa, tapi sekarang aku merasa tidak enak. Aku merasa telah melakukan sesuatu yang buruk dengan menanyakan tentang kehidupan malammu. Ya, aku pikir tidak ada yang salah dengan itu. Seks berbeda untuk setiap orang. Itu tidak masalah apakah itu biasa-biasa saja, polos, atau hambar, selama kalian berdua puas. Itu tidak seperti kalian akan menunjukkannya kepada siapa pun. Itu adalah sebuah prestasi bahwa semuanya berjalan lancer tanpa masalah, karena kalian berdua tidak memiliki pengalaman. Ya, ya. Aku minta maaf. Ayo jangan membicarakan tentang hal-hal dewasa lagi.”

"... Ja-jangan mengatakan omong kosong!" teriakku, sambil mencondongkan tubuh ke depan.

Aku merasa sangat tersinggung sehingga aku menjadi marah. Mungkin karena alkohol, seluruh tubuhku menjadi panas dan darah naik ke kepalaku.

“Meskipun kamu tidak tahu apa-apa, kamu mengasumsikan sesuatu dan mengatakan apapun yang kamu inginkan…! Tapi sekedar informasi, kami juga memiliki seks dewasa yang semesstinya! Daripada menjadi seperti manga shoujo, kami melakukan hal-hal 18+."

"Ya?"

“Tentu saja, pada awalnya kami melakukannya dengan canggung… tetapi tahapnya meningkat pesat setelah melakukannya beberapa kali! Jauh dari memboosankan… itu menjadi benar-benar nikmat!”

 “Oho.”

“Ta-kun… dia membuat beberapa kesalahan di awal, tapi sekarang dia luar biasa! Jauh dari kata serius... dia lebih seperti binatang buas. Itu seolah-oalah seperti masa mudanya meledak... Ta-tapi dia tidak hanya hebat, tapi dia juga sangat baik dan lembut... itu sebabnya aku menjadi semakin ketagihan…”

"Hm."

“A-aku juga berusaha melakukan… Ya, aku juga melakukan yang terbaik! Seperti ... melayani atau memperhatikan. Aku sudah belajar sendiri dan belajar banyak dari Ta-kun…”

"Hmm. Benarkah?"

“I-itu benar! Bahkan kemarin, Ta-kun bertanya padaku, lalu dengan payudaraku…”

"Ya, ya, dengan payudaramu?"

“De-dengan payudaraku, etto, yah, aku…~~~~?!”

Saat itulah aku akhirnya ... menyadari bahwa aku telah dijebak.

Sialan!

Dia benar-benar mempermainkanku!

Dia mendapatkan informasi dariku dengan cilik!

Aku mengatakan banyak hal yang tidak ingin aku katakan!

“Hmm, aku mengerti, kamu sepertinya mengalami malam yang sangat penuh gairah. Aku senang mendengar detailnya.”

"U-uuuuuh~~!"

“Ahahahahaha. Kamu benar-benar imut, Katsuragi-kun.”

Saat dia melihatku menderita kesakitan dengan perasaan kalah dan malu, Oinomori-san tertawa bahagia dan meminum alkohol lagi. Dia menggunakan penderitaanku sebagai pendamping yang sempurna untuk minumannya.

"… Kamu jahat. dari yang terburuk. Aku membencimu, Oinomori-san.”

“Fufu. Aku minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi," katanya, tanpa sedikit pun penyesalan.

Bahkan jika dia mengatakan itu, aku yakin dia akan menggodaku lagi.

Karena aku mengenalnya.

“Haah. Bagaimanapun juga, aku iri. Aku sudah lama tidak bersama seorang pria. Bukankah ada pria baik di luar sana...?" katanya sambil menghela nafas. "Kurasa aku akan meniru perilakumu dan aku akan mencari pria berusia 20 tahun."

"Tolong, hentikan. Di usiamu, mengejar seseorang berusia 20 tahun akan menjadi kejahatan.

“Kasusmu tidak berbeda, kan? Setelah perbedaan usia melebihi 10 tahun, sepertinya itu salah."

“Mungkin begitu… tapi kami baik-baik saja. Di luar perbedaan usia… kami saling mencintai…”

Uwaa, aku mengatakan sesuatu yang memalukan.

Jangan lagi.

Hari ini benar-benar buruk.

Aku merasa seperti tidak peduli apa yang aku katakan, aku akan mengatakan sesuatu yang memalukan.

“Fufufu. Itu benar. Kalian adalah pasangan yang ditakdirkan. Aku berharap kalian bahagia selamanya,” katanya, dan seolah-olah dia menyadari sesuatu, dia melanjutkan. “Yah, dengan itu, tolong nikmati malammu dengan secukupnya. Aku tidak ingin kamu sibuk tiap malam dan tidak bisa fokus pada pekerjaan.”

"Ka-kamu tidak usah memberitahuku."

"Aku penasaran. Kamu mengalami nyeri otot selama beberapa hari terakhir, kan?"

"Ugh..."

Dia menghantamku di tempat yang paling menyakitkan.

Itu benar.

Sejak hari setelah malam itu... Aku menderita nyeri otot yang hebat.

Sayangnya, aku berapa pada usia di mana nyeri otot datang terlambat.

Aku menyadari bahwa aku tidak cukup berolahraga setiap hari.

Yah, aku melakukannya. Maksudku, itu dihitung sebagai salah satunya.

Setelah mengalaminya, aku mengetahui… bahwa kehidupan malam itu adalah olahraga seluruh tubuh.

Aku mengalami nyeri otot di sekujur tubuhku.

“Katsuragi-kun, kamu harus berolahraga lebih teratur. Dengan Aterazawa-kun juga.”

“A-aku tahu. Aku sudah memikirkan hal itu untuk sementara waktu. Aku sudah berpikir untuk melakukan beberapa hal untuk menjaga bentuk tubuhku.”

Yah, itu lebih mudah memikirkannya daripada melakukannya.

Aku sudah merencanakan untuk menurunkan berat badan dalam perjalanan ke Tokyo ini dan membuat diriku cantik untuk mengejutkan Ta-kun ketika kami bertemu lagi... tapi aku tidak ditugaskan untuk hidup sendirian, tetapi bersamanya.

Haah.

Jika aku tinggal sendirian, aku pasti bisa menurunkan berat badan.

Aku seharusnya kehilangan berat badan yang luar biasa dalam 3 bulan.

"Tidak, bukan itu alasanku," kata Oinomori-san. “Tentu saja, perlu berolahraga agar tetap bugar dan sehat, tapi… itu adalah keuntungan besar bagi pasangan ketika wanita berolahraga dan memperkuat tubuh mereka.”

"Keuntungan?"

Aku memiringkan kepalaku dan Oinomori-san mendatangiku dan diam-diam berbisik di telingaku.

Huh? Kenapa kau membisikkannya?

Kami berada di ruangan pribadi dan sudah berbicara secara terbuka untuk waktu yang lama, jadi aku bertanya-tanya mengapa dia memutuskan untuk berbicara dengan tenang sekarang.

“……?!”

Ketika aku mendengar apa yang dia katakan, aku terkejut.

Tentu saja itu adalah informasi yang harus dibisikkan bahkan di ruangan pribadi izakaya, dan bagiku sekarang itu adalah informasi yang tidak bisa aku abaikan.

 

 

Setelah hidup bersama selama dua minggu, ada banyak hal yang biasa kau lakukan.

Dengan arti yang baik, kecanggungan memudar dan seseorang terbiasa dengan hidup bersama.

Misalnya, saat sampai di apartemen.

Pada awalnya, kami selalu saling menyambut.

Bahkan jika kami sedang menyiapkan makan malam atau membersihkan kamar mandi, kami akan segera berhenti, lalu mencuci tangan dan berlari ke pintu hanya untuk menyambut dan yang pulang juga menyadari hal itu dan memastikan untuk menunggu yang lian untuk keluar untuk menyambutnya.

Tentu saja, melakukan itu membuatku bahagia dan aku rasa itu adalah peristiwa hidup bersama yang unik.

Tapi, yah… itu menghilang secara bertahap setelah dua minggu.

Bukannya kami lelah atau tidak peduli... bagaimana mengatakannya, seolah-olah kami sudah menjadi lebih alami, tanpa terlalu memaksakan diri.

Aku tidak berpikir itu perubahan yang buruk.

Seolah-olah sasanya seperti kami adalah sebuah keluarga dan oleh karena itu wajar untuk bersama… yah, mungkin aku melebih-lebihkan. Ini terlalu cepat untuk menjadi sebuah keluarga, kan.

"Aku pulang."

"Ah. Ta-kun, selamat datang.”

Saat itu sekitar pukul 4 sore.

Ketika aku sampai di apartemen setelah magang, aku mendengar suara Ayako-san dari ruang tamu. Tapi dia tidak datang berlari dan aku melepas sepatuku tanpa menunggunya untuk menyambutku.

Ayako-san pulang lebih dulu dariku hari ini.

Sepertinya itu terjadi langsung setelah mengadakan pertemuan dengan orang-orang yang terkait dengan industri anime.

"… Huh? Ayako-san, apa yang kamu lakukan?

Dia berada di ruang tamu mengenakan pakaian yang belum pernah kulihat.

Legging pendek dan kaos olahraga yang seolah menempel di kulit.

Ada sedikit keringat di dahinya dan bola keseimbangan besar di bawah pantatnya.

Duduk di atas bola karet perak, dia menjaga keseimbangannya dengan mengulurkan tangannya.

"Aku hanya berolahraga sedikit."

"Olahraga…?"

“Sebenarnya aku sudah menyiapkan banyak hal untuk perjalanan kali ini, seperti baju olahraga dan bola keseimbangan ini. Jadi aku berpikir untuk berolahraga di waktu luangku."

“Hehhh. Tapi kenapa begitu tiba-tiba?”

"... Ti-tidak ada alasan khusus, ini baru saja terpikir olehku", kata Ayako-san sedikit gugup. "Kamu tahu, aku sudah cukup tua... jadi aku bertanya-tanya apakah aku harus menurunkan berat badan lagi."

“Aku rasa kamu terlalu khawatir. Kamu memiliki tubuh yang indah. Tidak perlu memaksakan diri untuk menurunkan berat badan.”

“… Y-yah, mungkin, tapi ada alasan lain…”

"Alasan lain?"

“I-itu bukan apa-apa! Pokoknya! Tidak ada yang salah dengan berolahraga! Ketika kamu mencapai usia 30-an, Kamu harus secara teratur berolahraga, oke!” katanya dengan nada yang dipaksakan.

Hmm.

Yahh, tidak ada salahnya untuk berolahraga.

Walaupun, secara pribadi, aku tidak peduli dengan tubuhnya dan aku rasa dia lebih menarik sebagai seorang wanita jika dia ceroboh seperti sekarang... Ah, tidak, bukan seperti itu. Bukan berarti itu seleraku.

Lagipula.

Yah, secara objektif, tentu saja tidal bisa disangkal bahwa dia kurang berolahraga. Sebagian besar pekerhaannya ada diatas meja.

Sebagai pacarnya, aku lebih suka mendorongnya untuk berolahraga demi kesehatannya.

"Jika kamu mau, kenapa kamu tidak berolahraga denganku, Ta-kun?"

"Baiklah."

Tidak ada alasan untuk menolak dan aku langsung menjawab.

Setelah berganti pakaian yang lebih nyaman, aku kembali ke ruang tamu.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Hmm. Apa kamu ingin mencoba ini?" katanya dan duduk di atas bola keseimbangan.

Dia menjaga kakinya di udara dan mengulurkan tangannya untuk keseimbangan.

“Hooo, aku, uh… Ah.”

Setelah menjaga keseimbangannya selama sekitar 5 detik, dia jatuh ke lantai.

“Fuuh… Itu tidak buruk. Bagaimana menurutmy?"

"Huh? Bagaimana?"

Aku bingung dengan kata-katanya yang diucapkan dengan ekspresi puas.

“Aku melakukannya dengan cukup baik, bukan? Setelah berlatih selama satu jam, akhirnya aku mencapai keseimbangan ini.”

“……”

“Sekarang giliranmu, Ta-kun. Fufu. Yah, itu wajar bahwa kamu tidak akan melakukannya dengan benar pada awalnya, jadi jangan khawatir. Aku akan mengajarimu sampai kamu bisa.”

“……”

Tanpa mengatakan apapun, aku duduk di atas bola keseimbangan.

Aku mengangkat kakiku, mengulurkan tanganku dan menjaga keseimbanganku.

5, 10, dan 20 detik berlalu.

Bahkan setelah 30 detik, itu masih baik-baik saja, tapi... Ekspresi Ayako-san menjadi semakin terkejut, jadi aku berhenti di sini.

"Huh…? Bagaimana kamu bisa melakukannya dengan sangat baik?!”

"Yah, setidaknya aku bisa bertahan selama itu... Aku memiliki satu bola ini di rumah."

“… O-oh, jadi itu alasannya. Kamu banyak berlatih di rumah. Aku mengerti. Jika tidak, tidak mungkin untuk melakukannya. Kamu tidak tahu berapa banyak aku jatuh di sekitar ruangan pada awalnya ... "

"Tidak, ibuku yang membelinya, jadi aku hanya menggunakannya sekali atau dua kali."

“… Be-begitu, yaa.”

Ayako-san menjadi sangat tertekan.

"…Tidak apa-apa. Aku mengerti. Ada perbedaan mendasar antara tubuh wanita berusia 30-an yang bekerja di meja dan tidak cukup berolahraga dengan tubuh pria berusia 20 tahun yang berolahraga di kampus. Itu saja, bukan? Sesuatu seperti tubuh itu atau sesuatu yang benar-benar berbeda, kan…?”

"Tolong jangan marah."

Begitulah cara latihanku dengan Ayako-san dimulai.

 

Meskipun aku mengatakan bahwa pelatihan dimulai, sebenarnya tidak ada peralatan olahraga. Sepertinya Ayako-san tidak memiliki apapun selain bola keseimbangan.

Yah, semuanya akan baik-baik saja.

Jika tujuannya adalah untuk mengimbangi kurangnya olahraga, daripada transformasi seluruh tubuh, maka olahraga beban tubuh harus cukup efektif.

Jadi, kamu mulai dengan otot perut.

"Bagus, itu dia."

"Eh…"

“Mmm… Mm~~.”

"Tunggu…"

“Hm~~~~! Satu… Hah, hah, hah.”

Setelah berbaring di lantai, Ayako-san mengangkat bagian atas tubuhnya dengan tangan di belakang kepalanya.

Dia berhasil melakukannya sekali dengan sekuat tenaga sehingga ada penghalang yang membuatnya ditarik kembali.

Dia sudah mengangkat bagian atas tubuhnya sepenuhnya.

I-itu…

"Hah hah. Rasanya lebih baik, aku merasa seperti sedang melatih otot perutku."

“… Ano, Ayako-san.”

Aku ingin mengatakan sesuatu.

Bukankah kau terlalu lelah setelah melakukan hanya satu sit-up? Aku menekan keinginan untuk mengatakan itu dan memperhatikan apa yang lebih penting.

"Cara melakukan sit-up seperti itu salah."

"… Huh?"

"Tidak baik mengangkat tubuh bagian atasmu sepenuhnya."

"Tidak mungkin... Ta-tapi bukankah sit-up seharusnya dilakukan seperti itu?"

“Aku juga berpikir begitu… tapi aku dulu diberitahu bahwa melakukan sit-up dengan mengangkat tubuh bagian atas sepenuhnya dapat menyebabkan nyeri punggung bagian bawah, jadi seharusnya tidak dilakukan seperti itu.”

“Be-benarkah?!”

“Cara yang benar adalah seperti ini.”

Aku berbaring di lantai, lututku kutekuk.

Letakkan tanganmu di belakang kepala dan angkat tubuh bagian atas sedikit, berkonsentrasi pada otot perutmu.

Aku tidak mengangkat tubuh bagian atasku sepenuhnya, tetapi menurunkannya setengah.

Ini dihitung sebagai satu kali sit-up.

"Seperti itu…?"

“Kamu hanya perlu mengangkat tubuh bagian atas saat menghembuskan napas dan melihat ke arah pusar. Hal ini lebih penting untuk menyadari beban pada otot-otot perut dan melakukan setiap gerakan dengan hati-hati, daripada mencoba melakukan pengulanmgan sebanyak mungkin.”

“Hehhhh. Seperti yang diharapkan, kamu tahu banyak tentang ini.”

"Tidak juga. Aku mempelajarinya di klub sekolah.”

"… Jadi begitu. Mereka mengajarkannya padamu di klubmu.”

Ayako-san memiliki ekspresi yang tak terlukiskan.

“Hal semacam ini cukup sering terjadi, bukan…? Apa yang wajar dan masuk akal di generasi kita ternyata salah di generasi selanjutnya.”

"Yah, itu pasti terjadi."

“Di generasi kami, sit-up yang aku lakukan adalah hal biasa. Pada hari-hari hujan, semua anggota klub olahraga melakukan sit-up di *lorong. Aku tidak percaya sit-up itu berdampak buruk bagi punggungku."

Note : Serius ini Artinya lorong atau kolidor. Kalo Gym sekolah beda lagi Spainnya “gimnasio”

“……”

"Apa yang sudah berlalu, biarlah berlalu, tetapi itu masih membuatku sedikit sedih."

"Kamu benar. Mereka juga memberitahumu itu di generasimu, bukan? Bahwa kamu minum air putih saat berolahraga.”

"… Ya. Di zamanku, semua orang terhidrasi dengan baik. Sampai kemudian di era Showa dikatakan untuk jangan minum terlallu banyak air… Aku lahir di awal era Showa, tapi aku hidup di antara generasi Heisei, jadi…”

"Oh. Maafkan aku."

Ayako-san menjadi depresi, terlihat tidak senang saat dia menjelaskan.

Sepertinya aku membuat komentar yang tidak bijaksana.

 

Kemudian kami melanjutkan dengan squat.

“Ketika kamu berolahraga di rumah, kamu pasti harus melakukan squat. Itu mudah untuk dilakukan, tidak memakan banyak ruang dan itu sangat efektif.”

Lagipula, squat sering disebut raja latihan tubuh bagian bawah.

Squat adalah latihan seluruh tubuh yang berfokus pada tubuh bagian bawah, tetapi juga melatih otot perut dan punggung. Itu juga merupakan cara yang bagus untuk membakar kalori, dan baik dalam pelatihan otot dan diet, dikatakan bahwa jika kau ragu tentang apa yang harus dilakukan, squat adalah cara yang harus dilakukan.

“Ta-kun, apakah ada cara yang benar untuk melakukan squat?”

"Ada banyak, tetapi yang terpenting adalah lutut tidak melewati jari-jari kaki."

"Lutut…?"

"Jika kamu berjongkok dengan lutut ke depan dan mengangkat tumitmu, kamu berisiko melukai lututmu."

"Oh, aku mengerti."

Saat aku menjelaskan berbagai tindakan pencegahan, aku meminta Ayako-san untuk melakukan squat.

“Ya, seperti itu… jaga kakimu selebar bahu dan jangan biarkan lututmu maju… Sebenarnya, itu lebih seperti menjulurkan pantatmu ke belakang.”

"Pantat... Se-seperti ini?"



"Benar."

“En-entah bagaimana, ini memalukan… Apa kamu yakin seperti ini?”

"Ya. Tetap fokus pada otot perutmu dan jangan angkat tumitmu…”

"Ahh. Ini menjadi sulit…!”

Ayako-san berjongkok dengan postur yang benar.

Dia sepertinya mengalami kesilitan, mungkin karena kurang olahraga setiap hari.

Ini adalah pertama kalinya dan pahanya gemetar.

"Satu... Hah, ini sulit."

"Berjuanglah. Kamu hanya perlu mengulanginya sekitar 10 kali.”

"10 kali…?! Eeeek…”

"Yah, kamu tidak perlu memaksakan diri jika kamu tidak bisa."

"…Tidak. Aku akan melakukan yang terbaik."

Ayako-san berbicara dengan wajah yang menunjukkan tekad.

"Oinomori-san juga mengatakan bahwa squat bekerja lebih baik."

“Oinomori-san?”

"Ah."

"Apakah dia memberimu saran pelatihan otot?"

"Etto... Y-ya, sesuatu seperti itu!"

“……”

“A=ayo kita lanjutkan, aku akan melakukan yang terbaik! Duuuua!”

Dia mengalihkan pembicaraan dengan cara yang tidak wajar dan melanjutkan squatnya.

Aku sedikit tertarik, tapi... segera setelah itu, Ayako-san menjulurkan pantatnya terlalu jauh dan jatuh ke belakang, berteriak, dan muslihat itu menghilang entah kemana.

 

Selanjutnya adalah rutinitas handclap.

"Ayako-san, bagaimana kalau dengan ini?"

"Tentang apa?"

Aku menunjukkan kepadanya video di ponselku.

Di layar, beberapa orang menari mengikuti irama musik.

"Aku mencari rekomendasi olahraga untuk pasangan dan ini yang muncul."

"Hehh."

"Itu disebut handcllap."

"Oh... sepertinya aku pernah mendengarnya."

Aturan handclap.

Singkatnya, itu adalah tarian di mana tangan dan kaki banyak bergerak, melompat dan memantul.

Meskipun itu adalah koreografi sederhana yang bahkan bisa dilakukan oleh pemula, namun itu memakan banyak kalori, sehingga menjadi topik hangat untuk sementara waktu sebagai olahraga yang bisa digunakan di rumah.

“Eh, tapi, bisakah aku melakukannya? Aku tidak pernah menari.”

"Sangat mudah untuk koreografi, jadi aku rasa kamu akan baik-baik saja."

"... Kalau begitu, ayo kita coba."

Aku meletakkan ponselku di atas meja dan memutar video.

Ada banyak jenis video handclap, tapi aku memilih yang sederhana untuk pemula.

Kami berdua menari sesuai dengan gerakan para penari di layar.

“Umm… Hah, hah.”

Kau harus menyentuh kaki kiri dan kanan secara bergantian, melompat dan memantul mengikuti irama musik.

Setelah menyentuhnya dari depan, kau harus menyentuhnya dari belakang.

Setelah itu, kau harus mengayunkan tanganmu lebar-lebar dan lalu melompat lagi.

"Hah, hah. Jika semudah itu, aku pikir aku bisa melakukannya."

Sambil terengah-engah, Ayako-san tampak menikmati melompat dan memantul.

"Hah, hah... tapi bagaimanapun juga, tetap saja masih sulit untuk melakukannya sepanjang waktu..."

Dia melompat dan memantul.

“Ugh… Ta-tapi aku harus berusaha…!”

Ayako-san terus menari dengan putus asa, tapi aku... secara perlahan berhenti bergerak.

Aku sedang melihat layar dan menari dengan para penari, tapi sebelum aku menyadarinya, mataku hanya tertuju pada Ayako-san.

“E-eh…? Ada apa Ta-kun?"

“… Ayako-san. ayo kita istirahat."

"Kenapa? Apa kamu sudah lelah?"

"Bukan itu," kataku dan menekan rasa malu. "Pa-payudaramu menyebabkan masalah serius ..."

"…………Huh?!"

"Mereka bergoyang begitu banyak... Aku tidak bisa berhenti melihat mereka, atau begitulah, aku tidak bisa tidak melihat mereka."

Mereka bergerak dengan hebat.

Aku bahkan bisa mendengar efek suaranya "boing boing".

Itu berbahaya.

Cara bergeraknya itu berbahaya.

Meskipun mereka sama sekali tidak terlihat, aku hanya bisa menganggapnya sebagai adegan 18+.

Aturan Handclap melibatkan gerakan naik turun yang intens… Untuk seorang wanita dengan tubuh Ayako-san, itu terlihat seperti rintangan yang tak terduga.

“Ti-tidak…”

Dia memegangi dadanya dengan malu.

"Maaf, aku sama sekali tidak menyadarinya."

"Jangan khawatir…"

Itu bukan sesuatu untuk meminta maaf.

Sebaliknya, aku ingin mengucapkan terima kasih.

Meskipun, tentu saja, aku tidak bisa mengatakan itu.

“Aku memakai bra olahraga untuk berjaga-jaga, tapi… kurasa itu tidak cukup. Dengan begitu banyak gerakan, aku seharusnya membungkus diriku dengan sesuatu.”

"... Sepertinya masalah besar."

"Begitulah. Aku selalu mengalami kesulitan saat berolahraga… Benda-benda ini berat dan sakit jika terlalu banyak gerakan.” Dia menghela napas dengan lesu. "Hah, aku benar-benar berharap seseorang akan memegangnya untukku ketika aku berolahraga."

"Eh?"

"Eh?"

Kami saling menatap setelah komentar itu keluar dari bibirnya.

"Ta-ta-kun, ada apa dengan wajah serius itu...?"

“… Kalau begitu, dengan izinmu.”

"Tidak! Tidak! Tidak! Itu bercanda! Jangan coba-coba memegang mereka!"

"Tapi itu untuk kebaikanmu sendiri."

"Tidak! Astaga, aku bilang tidak…”

Kami kembali melanjutkan menari sementara kami melakukan obrolan yang menyenangkan.

Kali ini, dia melilitkan selembar kain di dadanya.

Itu membuatku sedih dan sekaligus senang.

 

Jadi, kami berdua berolahraga dengan bahagia selama satu jam.

"Hah... aku sangat lelah..."

Ayako-san menghela napas lelah dan menyeka keringat dengan handuk.

"Kerja bagus."

“Terima kasih… Kamu kelihatannya baik-baik saja.”

"Yah, ini tidak seberapa."

"... Itu karena kamu masih muda."

"Tolong jangan marah."

Aku buru-buru menyemangati Ayako-san, yang berbicara dengan cemberut. Aku rasa ini bukan soal masa muda, tetapi soal olahraga sehari-hari, tapi… yah, sebaiknya jangan mengatakan itu.

"Ngomong-ngomong, apa yang kita lakukan dengan makan malam hari ini?"

"Ah... Aku mungkin tidak memiliki energi untuk melakukannya."

"Jadi, apakah kamu ingin pergi ke suatu tempat untuk makan?"

“… Aku mungkin tidak memiliki energi untuk makan di luar.”

Dia sepertinya sangat lelah.

"Kalau begitu... bagaimana kalau kita pesan pizza?"

"… Apakah itu tidak apa-apa? Bukankah itu akan merusak semua kalori yang kita bakar?"

“Ti-tidak apa-apa! Jika kita memilih pizza yang relatif rendah kalori, tidak masalah!”

Jadi, kami memutuskan untuk makan pizza untuk makan malam.

Aku memesan pizza seafood melalui telepon. Ini mungkin tidak terlalu rendah kalori, tapi tidak apa-apa. Itu bisa disesuaikan dengan mengubah minuman menjadi teh olong.

"Aku harus ganti baju sebelum pizza datang."

"Tentu... Tapi Ayako-san." Tiba-tiba, aku bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba ingin berolahraga?"

"… Eh? Ti-tidak ada alasan. Itu hanya terpikir olehku… Kamu tahu, aku selalu bilang aku ingin berolahraga, kan?”

"Itu yang kamu katakan... tapi kamu sudah mengatakannya dan tidak melakukan apa-apa untuk waktu yang lama, jadi ..."

"Ugh..."

"Bahkan ketika aku menyarankannya kepadamu beberapa waktu yang lalu, kamu mengatakan ya, tetapi pada akhirnya kamu tidak melakukan apa-apa."

“Uughh……”

“Yah, itu tidak apa-apa. Tidak ada yang salah dengan berolahraga.”

Kurangnya olahraga Ayako-san sudah ada di pikiranku untuk sementara waktu.

Aku tidak ingin dia menurunkan berat badan, yah, tidak juga, tapi kurasa dia harus melakukan beberapa olahraga yang sadar kesehatan, karena pekerjaan kantornya. 

Itu sebabnya aku senang kau menjadi spontan untuk berolahraga hari ini.

Tapi.

"Aku hanya ingin tahu alasan kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk melakukannya."

Aku penasaran dan ingin tahu.

Aku ingin tahu apa yang memotivasinya untuk berolahraga secara aktif.

“E-ehh… Alasannya?”

Ayako-san jelas gelisah.

"A-apa aku harus mengatakannya?"

“Jika kamu tidak mau, tidak apa-apa, tapi… eh? Apakah ada alasan kenapa kamu tidak bisa memberitahuku?"

"Ti-tidak juga."

“Kamu mengatakan sesuatu tentang Oinomori-san sebelumnya. Apa dia mengatakan sesuatu padamu?"

"... Y-yah, jika aku harus mengatakan jika dia mengatakan sesuatu padaku, itu benar."

Dia memerah dan mulai menggenggam jari-jarinya.

“Oinomori-san… bi-bilang aku harus berolahraga demi pacarku.”

“Demi pacarmu? Untukku?"

"Ya... Dia bilang kalau aku berolahraga, kamu akan bahagia."

“Itu membuatku bahagia, tapi… kamu tidak harus melakukannya untukku. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak pernah berpikir kamu gemuk. Yah, meskipun aku rasa itu baik bahwa kamu berolahraga untuk kesehatanmu.”

"Ah, bukan itu maksudnya... Tentu saja, menurutku olahraga itu penting untuk menjaga bentuk dan kesehatan seseorang... tapi maksud Oinomori-san sesuatu yang lain."

"Hal lain?"

“I-itu…”

Ayako-san ragu-ragu untuk berbicara lagi.

Aku juga mulai merasa tidak sabar.

"Aku akan menjadi penasaran jika kita berhenti di sini."

"Huh... Apa kamu benar-benar ingin tahu?"

"Ya."

"Tidak peduli apapun?"

"Itu benar."

"... kamu tidak akan tertawa?"

"Aku rasa tidak."

"... kamu tidak akan marah?"

“Mungkin tidak… Ayo, katakan saja padaku! Aku tidak akan tahu jika kamu tidak memberitahuku."

“Uuh~~… Ba-baiklah.”

Saat dia menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya, dia mulai berbicara dengan berbisik.

“O-oinomori mengatakan padaku bahwa… wanita harus berolahraga dengan benar dan melatih tubuh mereka… untuk memperkuat otot perut dan tubuh bagian bawah…”

Dan kemudian dia berkata dengan suara malu yang mematikan.

 

"... De-dengan begitu itu akan bisa lebih menyempit."

 

Pada awalnya, aku tidak yakin dengan apa yang dia katakan.

"Sempit…? Huh? Apa maksudmu?"

“… Itu akan me-menyempit… Hanya itu yang bisa kukatakan.”

"Etto... Apa yang akan menyempit?"

“A-apa…? Uuh~~, itu… di-di-di sana…”

"Di sana…?"

Meskipun dia menjelaskannya kepadaku dengan kesakitan dan rasa malu, aku tidak mengerti… Jadi aku dengan putus asa berpikir dan berpikir dan berpikir… dan akhirnya mendapatkannya.

“… Ehhhhhh?!”

Apakah itu yang dia maksud?!

Tempat itu?!

Dengan mempersempit yang dia maksud adalah menyempit itu?!

“Tunggu, Ayako-san… Ehh… Ehhhhhh…?”

“Ja-jangan bereaksi seperti itu, Ta-kun…! Astaga~…! Itu sebabnya aku tidak ingin mengatakannya!"

Ayako-san menjadi merah padam, hampir menangis.

Tidak, tapi ini benar-benar kejutan.

Ini adalah alasan yang tidak terduga untuk berolahraga.

"O-oinomori-san mengatakan itu padamu?"

"Ya... ketika kami pergi minum beberapa hari yang lalu."

"... Ja-jadi ternyata itu yang kalian bicarakan."

“Ti-tidak, bukan seperti itu! Dia mengatakannya sendiri! Dan apa maksudmu ‘ternyata’ ?!”

Aku pernah mendengar bahwa pembicaraan seks wanita terkadang lebih liar daripada pria... Tidak, aku rasa itu hanya terjadi ketika alkohol ditambahkan ke dalam pembicaraan.

Hmm.

Ah, tapi memikirkannya dengan tenang, itu sangat masuk akal.

Tentu saja… sepertinya jenis olahraga semacam itu adalah topik yang sangat populer.

“… Oinomori-san bilang aku harus berolahraga karena itu akan membuatmu bahagia… Kupikir dia hanya bercanda… tapi kemudian itu terus membebani pikiranku.”

Aku masih terkejut dan Ayako-san berbicara dengan wajah sedih.

“Aku tidak pernah memiliki pengalaman… dan aku sendiri tidak tahu banyak tentang hal itu. Aku juga menyadari kurangnya olahragaku... Aku terus berpikir apa yang akan aku lakukan jika aku tidak bisa membuatmu bahagia ... "

“Ayako-san…”

Oh, sial.

Kenapa aku bereaksi begitu terkejut?

Aku sangat menyedihkan.

Ayako-san tidak bercanda.

Dia sedang serius. Dia memikirkan diriku dengan serius sendiri.

Sama sepertiku, aku tidak berpengalaman sehingga dia tertekan oleh hal-hal yang dia tidak bisa mengerti dan mencoba untuk mengatasinya.

Aku merasa tidak enak karena menganggap usahanya luar biasa, tapi aku tidak bisa tidak mencintainya.

Dengan hatiku yang berdebar kencang, aku memeluknya erat-erat.

“Eh… Ta-ta-kun?”

“……”

"Tu-tunggu sebentar, aku berkeringat sekarang ..."

"Terima kasih."

Aku tidak peduli dengan keringatnya dan terus memeluknya erat-erat.

"Karena memikirkanku."

“Itu… bukan sesuatu yang harus kamu berterima kasih padaku. Aku melakukannya sendiri…”

"Kamu baik-baik saja," kataku.

Itu memalukan untuk dikatakan, jadi nadaku agak tumpul.

"Ayako-san... Kamu baik-baik saja."

"Huh…? Apa yang baik-baik saja …?"

"Kamu baik-baik saja."

“… Maksudmu, etto, untuk hal kesempitan…?”

"Ma-maksudku, kamu baik-baik saja dalam segala hal."

Ini berbahaya.

Apa yang sedang kami bicarakan?

"A-ah... Tentu... aku baik-baik saja..."

"Ya. Kamu benar-benar baik-baik saja. Kamu lebih dari baik-baik saja.”

"Y-ya... aku lebih dari baik-baik saja..."

“……”

“……”

“……”

“… Tu-tunggu, Ta-kun. Ini menakutkan ketika kamu diam... dan terlebih lagi saat kamu memelukku."

“……”

“Mungkinkah itu…”

"Itu benar... aku tidak tahan lagi."

Terus terang, aku terlalu bersemangat.

Tapi itu tidak bisa dihindari, kan?

Kekasihku telah banyak memikirkanku dan apa yang dia pikirkan sangat cabul.

Juga, mungkin karena kami baru saja berolahraga, suhu yang ditransmisikan ke tubuhku oleh pelukan lebih panas dari biasanya dan feromon yang aku rasakan melalui keringat tampaknya lebih kuat.

Apakah ada pria yang bisa bertahan dalam situasi ini?

“Tu-tunggu, Ta-kun! I-ini masih sangat awal… Kita belum makan malam.”

"Tapi aku tidak bisa menahannya lagi."

"Aku berkeringat... dan aku bahkan belum mandi."

"… Itu lebih baik."

“Apa yang lebih baik?!”

"Apa kamu tidak mau?"

"...Ti-tidak... karena... oh, astaga, jangan menatapku seperti itu..."

Ayako-san menolak gagasa itu, tetapi aku merasa dia tidak begitu menentangnya.

Kupikir aku hanya perlu mendorongnya sedikit lagi, tapi…

“Li-lihat, pizzanya hampir datang!”

Kata-kata itu membuatku kembali pada diriku sendiri.

"…Ah. Oh~~…!”

Sial. Itu benar, aku memesan pizza.

Itu akan tiba dalam waktu sekitar 20 menit.

Uwaa… Kenapa aku harus memesan pizza? Sialan…!

"Lihat? Jadi tenanglah sedikit.”

"… Ya."

Ayako-san melarikan diri dari pelukanku sambil mencoba untuk menenangkan diri.

Aku tidak bisa berdiri untuk sesaat dan jatuh ke belakang.

Ini agak sulit karena aku benar-benar bersemangat.

Bahkan terlintas dalam pikiranku bahwa aku bisa bertahan dengan 20 menit, tetapi aku menahan diri dan mengingatkan diriku bahwa itu tidak akan berhasil.

Aku merasa tidak enak karena mencoba sesuatu yang terburu-buru terasa seperti aku hanya ingin menyelesaikannya.

Dan itu akan menyedihkan sebagai seorang pria.

 … Ah, tapi… tapi… Ah~~…

"Baiklah, kalau begitu aku akan mandi."

"… Oke."

“Aku yang akan membayar pizza ketika datang. Kamu bisa mengambil uangnya dari dompetku.”

"… Oke."

"Ka-kamu tidak harus terlihat begitu tertekan..."

Ayako-san tampak sedikit terkejut dengan ketidakmampuanku untuk berdiri sambil memegangi lututku.

Akan tetapi.

"... Astaga."

Dia menghela nafas heran dan berjongkok di sampingku.

Dan kemudian dia berbisik di telingaku.

"... Nanti malam aku akan melakukan yang terbaik."



Dia berbicara dengan suara kecil yang sepertinya menghilang setiap saat, tapi itu adalah suara yang sangat jelas.

"Huh…"

“Ba-baiklah! Kalau begitu aku akan mandi!"

Pada saat aku melihat ke atas, Ayako-san sudah melarikan diri dari ruang tamu.

“……”

Aku berbaring di tempat dan melihat langit-langit.

Begitu banyak kegembiraan menguasaiku sehingga aku tidak bisa berbicara, tapi...

"… Hahaha."

Satu-satunya hal yang aku tahu pasti adalah aku sangat bahagia sehingga aku tidak bisa menahan tawa.

Aku ingin tahu apa ini.

Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya, tapi memasukkannya ke dalam kata-kata...

Hidup bersama itu luar biasa!

Itu satu-satunya hal yang bisa kukatakan.

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset