Di pagi hari setelah Uehara-san melihatku membeli
kondom, aku melakukan rutinitas yang sama seperti biasanya. Aku pergi ke
sekolah, duduk di kursiku dan membaca novel sampai kelas dimulai.
Aku hampir selalu menghabiskan waktuku membaca novel, bahkan
di kelas olahraga atau saat istirahat. Aku benar-benar menikmati
menghabiskan waktu tenang membaca sesuatu. Tentu, aku bukan orang yang
benar-benar terasingkan, tetapi aku juga tidak memiliki hubungan khusus dengan
teman sekelas manapun.
“Selamat pagi, Tooyama!”
Dan seperti biasa, Uehara-san datang ke sekolah dengan
semangat dan hal pertama yang dia lakukan adalah menyapaku. Aku tidak tahu
kenapa, tapi dia selalu penuh energi di pagi ini…
“Y-ya… Selamat pagi, Uehara-san.”
Ada apa dengannya? Dia tidak pernah menyapaku
seperti itu sebelumnya.
“Kita belum bertemu sejak kemarin malam.”
“Itu benar. Tapi apa ada yang bisa kubantu?”
Aku tahu kami bertemu kemarin malam, tetapi sejujurnya
aku tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan padanya, jadi jika mungkin aku
ingin segera mendengar apapun yang dia lakukan di sini.
"Yah, aku benar-benar tidak membutuhkan apapun...
atau apakah aku perlu memiliki alasan untuk berbicara denganmu?”
Aku menyadari bahwa aku menanggapinya agak tajam,
karena keinginanku untuk menghindari percakapan dengannya, itu karena apa yang sudah
terjadi padaku sedikit.
“Tidak, tidak juga... maafkan aku.”
Aku menyadari hal itu dan memutuskan untuk menjawabnya
dengan benar.
“Terkadang aku merasa bahwa kamu sedikit dingin, atau
lebih tepatnya sedikit lebih dewasa daripada laki-laki lain.”
“Yah, setidaknya aku tidak menganggap diriku sangat
berbeda dari yang lain. Mungkin kamu berpikir begitu karena aku
pendiam."
Meskipun mungkin hanya dibandingkan dengan laki-laki dari
kelas atas dari kasta sekolah, karena mereka biasanya melakukan banyak hal
bodoh untuk mendapatkan perhatian dari para gadis.
“Kamu kamu!? Itu yang kumaksud! Aku tidak
tahu bagaimana menjelaskannya, sepertinya kamu memiliki sudut pandang lain,
atau kamu sangat percaya diri.”
Sejujurnya, apa yang ingin kulakukan adalah membuatnya
pergi untuk selamanya. Jika aku berbicara dengan seseorang yang sangat
populer seperti dia akan membuatku menonjol.
“Marika, apa yang menarik untuk berbicara dengan orang
asing itu? Ayo sini, bergabung dengan kami.”
Tiba-tiba teman sekelas lainnya, Kurashima Kazuhito
masuk ke dalam percakapan kami, langsung menghinaku.
Dia adalah laki-laki yang tampan, juga termasuk kelas
atas dari kasta sekolah. Mereka mengatakan di luar sana bahwa dia berkencan
dengan beberapa gadis sekaligus.
“Kazuhito, jangan begitu kasar.”
Untuk beberapa alasan, Uehara-san membelaku, yang
mengejutkan Kurashima.
“... Maafkan aku, Tooyama.”
Itu sangat jelas dan sebenarnya kami semua sudah tahu
bahwa Kurashima jatuh cinta pada Uehara-san. Dia sudah menembaknya sekali,
tetapi dia menolaknya, meskipun dia masih tidak menyerah.
Itu sebabnya dia dengan enggan meminta maaf setelah
mendengar belaan Uehara-san. Aku benar-benar yakin bahwa permintaan
maafnya bahkan tidak memiliki ketulusan 1%.
“Jangan khawatir, itu tidak menggangguku.”
Sebenarnya tidak banyak bagiku untuk berurusan dengan
orang-orang yang menghinamu tepat di depanmu, jadi apakah dia membenciku atau
tidak, aku tidak terlalu peduli.
“Marika, ayo sini.”
Kurashima terkadang bertingkah seolah-olah dia adalah
pacar Uehara-san. Mungkin dalam pikirannya, sikapnya yang paling keren, tetapi
kenyataannya akan jauh lebih berbeda jika dia hanya melihat wajah ketidaknyaman
yang diperlihatkan Uehara-san dalam keadaan ini.
“Maaf Tooyama, aku harus pergi. Lain kali
rekomendasikanku buku yang bagus.”
Setelah mengatakan itu, mereka berdua bergabung dengan
grup kecil populer di kelas. Grup-grup semacam itu benar-benar
menyebalkan, Karena menyendiri lebih nyaman.
… Buku bagus? …Untuk apa? Aku sangat
meragukan bahwa dia tertarik untuk membaca.
Tapi mungkin juga dan hanya saja aku tidak mengetahuinya.
Saat aku memikirkanna, aku merasakan tatapan
padaku. Aku melihat sekeliling dan tatapanku bertabrakan dengan Takai
Yumi, jadi aku dengan cepat menyadari bahwa dialah yang menatapku.
Saat itu, dia memalingkan wajahnya dariku dan kembali
membaca buku yang sedang dia baca.
Aku yakin dia pernah melihatku berbicara dengan
Uehara-san, tapi itu tidak masalah, karena dia tidak akan merasa cemburu
tentang hal itu. Alasannya? Sederhana. Kami adalah teman
sekelas, dan meskipun hubungan kami adalah hubungan dua orang yang berhubungan
seks, itu tidak seperti kami sedang berkencan.
Hubunganku dengan Takai hanya didasarkan pada seks,
yaitu, kami berteman dengan keuntungan. Itu bukan hubungan di mana ada
ruang untuk cinta.
Semuanya dimulai di suatu hari, aku berada di perpustakaan
melakukan pekerjaanku sebagai anggota komite perpustakaan, ketika Takai datang
untuk mengembalikan beberapa buku seperti yang sering dia lakukan, dan kami
mulai berbicara. Suatu hari, dia mengundangku ke rumahnya, karena dia
bilang dia akan meminjamkanku buku.
“Apa kamu ingin berhubungan seks?”
Ketika aku sampai di kamarnya, dia mengatakan itu
padaku. Karena aku tidak punya alasan untuk menolaknya, aku akhirnya tidur
dengannya. Pada awalnya aku pikir dia adalah pelacur yang luar biasa,
karena dia telah mendorongku untuk berhubungan seks dengan cara yang sangat
santai. Meski begitu, yang mengejutkan ku ternyata dia masih
perawan. Karena aku sendiri juga masih perjaka, kami melakukan hubungan
seks karna coba-coba, seperti pasangan pria dan wanita yang baru pertama kali
melakukannya.
Aku bisa dengan jelas mengatakan bahwa aku adalah anak
SMA yang sehat, dengan gairahnya. Karna itulah aku tidak ragu untuk
menggunakan tubuh Takai, untuk membenamkan diriku dalam dirinya untuk memuaskan
gairahku. Sementara dari sisinya, dia tidak melakukan hubungan seks untuk
memuaskan gairahnya, dia memberikan dirinya kepadaku untuk mencoba mengisi
ruang di hatinya.
Namun, bahkan setelah apa yang terjadi, kami tidak
punya alasan untuk berbicara di dalam kelas.
Karena itulah, tidak ada seorang pun di kelas ini yang
tahu bahwa Takai dan aku berteman dengan keuntungan.