“Yuuki, ayo makan bersama.”
Okita Chihiro, orang yang duduk di depanku, berbalik
dan meletakkan makan siangnya di mejaku.
Chihiro adalah salah satu dari sedikit teman yang kumiliki,
dengan kepribadian yang baik dan yang bisa bergaul dengan semua
orang. Pada dasarnya, seseorang yang berlawanan denganku. Selain dia
kurus, dengan tubuh elegan, hidung dan matanya yang sempurna membuatnya
terlihat seperti gadis. Bahkan, jika dia tidak mengenakan seragam
laki-laki, siapapun akan mengira dia perempuan berambut pendek. Karena
semua itu, dia populer tidak hanya di kalangan gadis, tetapi juga di kalangan
laki-laki.
“Apa kau juga membawa makan siangmu sendiri hari
ini? Tapi, hei, apa kau mengisinya hanya dengan itu?”
Aku membawa kotak makan siang kecil, seperti yang
dibawa oleh gadis yang sedang diet, dan tentu saja isinya sangat sedikit
sehingga siapa pun bisa menghabiskannya dalam beberapa suap.
“Ya, aku mengisinya hanya dengan ini. Tapi aku
lebih mengkhawatirkanmu. Apa kau hanya akan memakan dua roti itu?”
“Beberapa waktu lalu aku makan onigiri. Aku tidak
ingin makan terlalu banyak, yang kemudian membuatku mengantuk di kelas sore.”
Aku harus makan dengan cepat di antara pergantian
kelas, jadi ini sudah cukup bagiku.
“Apa kau tahu apa yang mereka katakan? Orang yang
tidak makan dengan baik, tidak tumbuh.”
"Yah, kau harus mengatakannya pada dirimu sendiri
dulu.”
Meskipun aku merasa bahwa kata-katanya memiliki bobot,
mengingat orang yang mengatakannya kepadaku adalah orang kurus dengan sedikit
nafsu makan. Mengesampingkan itu, aku merasa sedikit tidak nyaman ketika
dia mengatakan hal semacam itu kepadaku, karena itu terdengar seperti kekasih
yang mengkhawatirkan pacarnya. Atau mungkin dia hanya berpikir begitu karena
dia terlihat seperti gadis?
… Apakah seperti ini rasanya punya pacar?
Aku sudah punya teman dengan hak, tetapi aku tidak
pernah punya pacar. Tak perlu dikatakan, Takai tidak pernah melakukan
sesuatu yang khas dari seorang pacar. Itu sebabnya aku masih laki-laki
yang tidak populer, orang asing, tapi setidaknya aku berhubungan seks dari
waktu ke waktu.
“Yah, aku ingin menjadi lebih besar. Tapi karena
tulangku kecil, aku harus menerimanya.”
"Apa kau yakin bukankan kau seorang gadis?"
“Hei, itu kejam. Kau tahu aku terlalu khawatir
tentang itu."
Chihiro menanggapi dengan membusungkan pipinya dengan
cemberut dan mengalihkan pandangannya... Betapa imutnya, serius aku mulai ragu
bahwa dia laki-laki.
"Aku membayangkan apa yang akan terjadi jika kau
adalah pacarku..."
“Yu-yuuki! Apa yang kau katakan?! Ki-kita
berdua laki-laki…”
"Ha-hanya bercanda. Akupun juga tidak ke
sisi itu, aku normal…”
“Ya Tuhan… serius, jangan mengatakan hal-hal seperti
itu. Kau hampir membunuhku karena terkejut.”
kata Chihiro, meski sedikit memerah.
"Ngo,ngomong-ngomong, tadi pagi aku melihatmu
berbicara dengan Uehara-san, itu benar—benar aneh."
Rasa malunya begitu besar sehingga dia sepertinya
memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.
“Ya, kurasa itu karena aku bertemu dengannya kemarin
malam secara kebetulan. Ini tidak seperti kami berteman. Kau tahu,
tidak mungkin bagiku untuk bergaul dengan mereka yang ada di grup itu."
Kataku sambil melihat ke arah kelompok dimana
Uehara-san dan Kurashima berada. Saat aku melakukannya, mataku bertemu
dengan mata Uehara-san dan kemudian dia menyapaku, melambaikan tangannya padaku
di depan payudara besar miliknya.
"Yah, dari apa yang kulihat, dia menyapamu."
Aku berpura-pura tidak melihat apa-apa dan mengalihkan
pandanganku dari grup itu. Aku tidak ingin Kurashima menggangguku lagi.
"Yuuki, apa kau akan mengabaikannya?"
"Ya, itu lebih baik. Aku tidak ingin
terlibat dengan mereka."
"... Yah, sepertinya itu tidak akan terwujud."
… Umm?
Untuk sesaat aku tidak mengerti kata-kata Chihiro.
“Hei, aku menyapamu! Kenapa kamu
mengabaikanku?!"
Dia berjalan menjauh dari grupnya dan datang ke arah
kami.
“Aah… maaf. Hanya saja aku melihatmu asik
mengobrol, jadi aku tidak ingin mengganggumu."
Aku mengarang sesuatu secara tidak sengaja sehingga aku
tidak perlu mengatakan bahwa aku melakukannya karena aku tidak ingin terlibat
dengan mereka. Meskipun, pada akhirnya, mengabaikan hasilnya itu membuat
lebih buruk.
“Ngomong-ngomong… kalian berdua terlihat seperti
sepasang kekasih. Dari sana kamu bisa melihat bagaimana kalian saling menggoda.”
Uehara-san mengatakan sesuatu yang mengejutkan saat
dia melihat Chihiro dan aku.
“Eeeeh?! Ka-kami berdua laki-laki, aku tidak
berpikir kami akan terlihat seperti itu…”
Chihiro terkejut, ya, tapi…
Apakah itu imajinasiku atau dia juga senang
mendengarnya...? Tidak, itu sudah jelas. Tapi kenapa dia begitu senang...?
Aku merasakan hawa dingin di punggungku, jadi aku memutuskan
untuk berpura-pura bahwa itu tidak pernah terjadi.
"Selain itu, Okita-kun memiliki daya darik yang
lebih feminim daripada kebanyakan gadis lain, jadi bagaimana denganmu,
Tooyama?"
Uehara-san memang mengatakan hal-hal yang menakutkan.
“Serius, hentikan lelucon buruk itu. Aku mengerti
kalau Chihiro terlihat seperti gadis, tapi jangan berlebihan juga."
Aku menjawab, tapi Uehara-san menunjukkan senyuman
kecil. Jelas bahwa dia sedang bermain dengan kami.
… Ummm?
Aku merasakan tatapan lain. Aku menggerakkan
kepalaku untuk mencari mereka yang sedang menatapku. Rupanya salah satunya
adalah Takai… tapi yang lain adalah Kurashima, yang menatapku dengan alis yang
kusut. Yah, sudah bisa diharapkan kalau dia tidak suka Uehara-san datang ke
padaku. Aku sudah tahu keberuntunganku sudah habis saat aku bertemu dengan
Uehara-san kemarin malam.
Sekarang, mengenai Takai… itu aneh, karena sampai
sekarang dia selalu bersikap acuh tak acuh bahkan di kelas. Jadi apa yang
salah dengannya sekarang? Apa karena Uehara-san? Sebenarnya, meskipun
bertingkah seolah aku mengenalnya, aku tidak tahu banyak tentangnya. Jadi
itu sebabnya aku bertanya-tanya ada apa dengannya, tapi begitu bel berbunyi
untuk pelajaran berikutnya.
"Istirahat sudah selesai, aku akan ke kamar mandi
sebelum kelas dimulai."
Aku mengatakan itu agar aku bisa memotong pembicaraan
dengan Uehara-san. Selain itu, aku tidak ingin terus mendapatkan tatapan
itu dari Kurashima.
… Mengenai Takai, aku akan bertanya langsung padanya
nanti.
Aku bergumam saat aku berjalan ke kamar mandi
sendirian.