Menahan diri dan
Pertimbangan
♥
Hari berikutnya adalah hari Sabtu, tetapi aku harus bekerja.
Berbagai persiapan harus dilakukan terkait promosi novel pun
bertepatan dengan pengumuman adaptasi anime tersebut. Ada banyak hal yang
harus dilakukan, seperti PV dengan pengisi suara dan mengambil langkah-langkah
untuk mempromosikan manga juga.
Sejujurnya … ada bagian dari diriku yang bersyukur bahwa aku
harus bekerja.
Sebagai pegawai magang, Ta-kun libur pada hari Sabtu, jadi sepertinya
dia akan tetap di rumah sepanjang hari.
Agak canggung melihatnya setelah kemarin.
Aku bahkan pergi diam-diam pagi ini.
"… Ah … Begitu ya. Jadi kamu bertemu Arisa-san,
Bu."
Setelah makan siang.
Aku duduk di bangku taman dekat kantor dan menelepon Miu.
Ada sesuatu yang ingin aku konfirmasi.
"Ya, itu benar. Arisa-san adalah kakak
perempuan dari seorang teman. Dan karena berbagai alasan, Taku-nii
berpura-pura menjadi pacarnya di SMA."
"... Jadi kamu sudah mengetahuinya, pada akhhirnya."
“Yah, itu karena aku bertanya pada Taku-nii. Dia tidak
memiliki niat buruk dengan merahasiakannya. Aku hanya merasa tidak perlu
memberitahumu."
"......"
Tadi malam …
Ketika kami kembali ke apartemen, Ta-kun memberiku
penjelasan lengkap.
Arisa Odaki adalah teman sekelas SMA yang dia temui lagi di
LiliSTART dan sekarang mereka berdua bekerja bersama sebagai pegawai magang.
Selain itu.
Dia tampaknya telah menjadi "pacar" Ta-kun untuk
sementara waktu.
Meskipun dia mengatakan itu bukan pacarnya yang sebenarnya.
“Ketika dia masih SMA, Arisa-san memiliki masalah dengan
penguntit. Sepertinya seorang laki-laki yang dia tolak diam-diam mengikuti
ke rumahnya. Karena itulah aku meminta Taku-nii untuk berpura-pura menjadi
pacar Arisa-san. Kurasa mungkin penguntit akan menyerah jika dia melakukan
itu."
“Ke-kenapa kamu meminta pada Ta-kun …? Apa tidak ada
orang lain?"
“Karena mereka cocok, karena mereka berdua pergi ke
sekolah yang sama dan berada di kelas yang sama. Dan kamu tahu, Arisa-san
sangat cantik, bukan?"
"......"
Dia benar-benar cantik.
Dia adalah seorang gadis muda, bahagia dan dengan pesona
yang tidak aku miliki.
“Jika laki-laki yang berpura-pura menjadi pacarnya
mendekati Arisa-san mengambil keuntungan dari posisi itu, bukankah kita akan
kembali ke hal yang sama? Itu sebabnya kupikir akan lebih baik jika aku
bertanya pada seseorang yang sama sekali tidak akan jatuh cinta pada
Arisa-san."
"... I-itu sebabnya kamu meminta pada Ta-kun?"
"Ya. Karena Taku-nii tidak akan jatuh cinta pada
siapa pun selain kamu, Bu” kata Miu seolah itu adalah kebenaran mutlak.
Mendengar dia menegaskan seperti itu ... itu membuatku
merasa sedikit malu.
“Taku-nii agak menolak, tetapi akhirnya dia
menerima. Lagipula dia sangat baik. Tapi yang menakjubkan adalah apa
yang terjadi setelah itu,” kata Miu dengan suara heran penuh kekaguman. "Taku-nii
ingin berhenti menjadi pacar palsunya sesegera mungkin ... jadi dia
menyelesaikan kasus penguntit dalam waktu singkat."
"Apakah dia menyelesaikannya?!"
"Ya. Dia melakukan banyak penyelidikokan dan
mengkonfrontasinya dengan bukti pelecehan, tetapi dia tidak hanya
menyudutkannya, dia juga mendengarkan ceritanya ... dan membiarkan segalanya benar-benar
diselesaikan dengan sangat baik.”
"Apa-apaan dengan tindakan kompeten itu ...?"
Aku tidak tahu apakah itu karena dia pikir itu akan menjadi kesombongan,
tetapi dia tidak menjelaskan banyak detail tentang bagian itu. Aku tidak
tahu bahwa dia telah melakukan sesuatu yang begitu hebat.
Dia memecahkan kasus pelecehan terhadap teman sekelasnya.
Apa-apaan itu?
Dia benar-benar seperti protagonis dari sebuah manga.
Apakah kau membuat langkah yang hebat tanpa ku sadari?
“Taku-nii benar-benar luar biasa. Dia cerdas,
atletis, penampilannya tidak buruk, dia baik dan ramah. Jika dia tidak
jatuh cinta padamu, dia akan lebih normal dan populer, seperti pemeran utama darii
komedi romantis harem."
"... He-hentikan, jangan katakan itu."
Itu membuatku terlihat seperti villain. Seolah-olah aku
telah memikat karakter utama, yang harus mengambil rute harem, dengan side rute
yang aneh.
Rute ibu temanku.
… itu jelas terlihat seperti spin-off fan disc.
"Yah, kasus penguntit itu terpecahkan ... tapi
kemudian ada insiden lain."
"......"
"Arisa-san jatuh cinta pada Taku-nii."
Aku mendengar cerita tentang itu kemarin.
Ta-kun memberitahuku terus terang.
"Aku memilih Taku-nii agar laki-laki yang akan
menjadi pacarnya tidak jatuh cinta pada Arisa-san, tapi aku tidak menyangka dia
jatuh cinta pada Taku-nii ... Itu benar-benar tidaak terduga."
Aku tidak berpikir itu yang tidak terduga.
Dari sudut pandangnya, Ta-kun pasti terlihat seperti
pahlawan baginya saat itu.
Tidak heran dia jatuh cinta padanya.
“Tentu saja, Taku-nii langsung menolaknya. Dan hanya
itu saja. Yahh, itu yang aku dengar dari temanku.” Setelah
menarik napas, Miu melanjutkan, “Serius, hanya itu. Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan."
"......"
“Aku tidak berpikir ada yang salah dengan Taku-nii tidak
menyebutkannya. Aku rasa dia hanya tidak ingin membicarakannya karena dia
tidak berpikir itu akan menarik bagimu. Kamu tahu, mendengar tentang
bagaimana gadis lain mengaku padanya."
"… Aku tahu."
Aku tidak memiliki niat untuk menyalahkan Ta-kun.
Dia tidak melakukan kesalahan, sebaliknya, dia bertindak
dengan cara heroik yang tidak terduga. Akan aneh untuk cemburu hanya karena
dia mengaku padanya di masa lalu … Bahkan jika Ta-kun benar-benar memiliki
pacar di masa lalu, akan aneh untuk mengkhawatirkan mantan yang sudah
bertahun-tahun.
Tapi …
"... Ta-tapi, bagaimanapun juga, ada bagian dari diriku
yang merasa tidak nyaman ... Gadis muda cantik yang mengaku Ta-kun sejak lama
... bekerja sebagai pegawai magang dengannya sekarang."
Reuni dengan mantan pacarnya di tempat kerja.
Entah bagaimana ... sepertinya situasi sama dari drama
populer.
Apa yang harus kulakukan?
Apa yang harus aku lakukan jika api lama itu dinyalakan
kembali?
"Ji-jika dia masih mencintai Ta-kun dan mendekatinya
selama magang ...!"
"Kurasa itu karena kamu khawatir tentang hal-hal
yang tidak masuk akal sehingga Taku-nii memutuskan untuk tetap diam."
"... Ugh."
Sambil meratap karena menerima pukkulan vital, Miu
melanjutkan dengan acuh tak acuh.
"Kamu terlalu khawatir. Bahkan jika Arisa-san
melakukan hal seperti itu secara kebetulan, tidak mungkin Taku-nii akan jatuh
cinta padanya. Selain itu, bukankah kamu memperkenalkan diri dengan benar
kemarin?"
"I-itu ..."
"Ya?"
"Kamu tahu ... Ta-Ta-kun, dia mencoba memperkenalkanku
dengan benar, tapi..." kataku, memikirkan apa yang terjadi kemarin.
Semalam.
"... Yah, aku seperti 'mantan pacar'."
Segera setelah Arisa-san mengatakan sesuatu seperti itu dan
kepalaku menjadi kosong ...
"He-hei, Arisa."
Ta-kun menghentikannya dengan ekspresi panik.
"Apa yang kamu bicarakan …? Kamu bukan mantan
pacarku."
"Ahahaha. Tidak masalah, kira-kira seperti
itu."
"Tidak benar. Tidak sama sekali …” kata Ta-kun
dengan wajah khawatir dan kesal.
Lalu dia menatapku dengan mata cemas.
“Ayako-san … Arisa adalah teman SMA dan sekarang dia bekerja
denganku sebagai pegawai magang … dan untuk memperjelas, dia bukan mantan
pacarku. aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti."
Ta-kun berbicara dengan tergagap, tetapi dengan tegas
menyangkal bahwa dia adalah mantan pacarnya. Tapi kepalaku yang mabuk
tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi.
"Hei, Takumi-kun. Ngomong-ngomong, siapa dia?" Arisa-san
menatapku dan bertanya.
Itu adalah pertanyaan yang sangat alami, ditanyakan dengan
wajah penuh rasa ingin tahu.
Seolah-olah dia tidak bisa membayangkan hubungan kami.
Dan apalagi menganggap kami sebagai pasangan.
"Dia adalah ..." Ta-kun membuka mulutnya dengan
ekspresi serius.
Aku tahu apa yang akan dia katakan.
Aku yakin dia mencoba memperkenalkan diri.
Dia adalah pacarku dan kami berada dalam hubungan yang
serius, atau sesuatu seperti itu.
Saat aku menyadarinya, aku ...
"... Aku bibinya!"
Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan kata-kata itu.
“Aku bibinya dari pihak ibunya. Aku membiarkan dia
tinggal bersamaku saat dia magang di Tokyo."
"Eh ... A-ayako-san...?"
"Oh, begitu ya. Senang bertemu denganmu."
Arisa-san sepertinya mempercayai kebohonganku saat ini tanpa
keraguan.
“Hari ini aku minum dengan rekan kerjaku di tempat
kerja. Aku sedikit mabuk jadi aku meminta Ta-kun untuk menjemputku. Anak
ini benar-benar bisa diandalkan."
"Ahahaha. Itu benar. Takumi-kun adalah laki-laki
yang bisa diandalkan."
"Kan? Arisa-san, tolong terus bergaul dengan
Ta-kun."
"Iya, iya, dengan senang hati."
Aku berusaha mati-matian untuk bertindak seperti kerabatnya
dan melakukan percakapan yang signkat.
Aku tidak tahu seperti apa wajah Ta-kun saat itu.
Aku terlalu takut untuk menatapnya.
"... Uwaa, apa-apan itu?" Kata Miu
dari lubuk hatinya dengan suara terkejut. "Kenapa kamu berbohong
seperti itu?"
“… A-aku tidak tahu. Aku hanya … aku merasa terlalu
malu untuk menyebut diriku pacar Ta-kun pada saat itu.”
Kurasa itu sedikit panik.
Aku terlalu mabuk untuk berpikir jernih dan kemudian aku
mendapat informasi gila tentang mantan pacar.
Itu sebelum aku mendengar penjelasan rinci tentang dia
menjadi pacar palsu dan sebagainya, jadi kurasa mungkin dia benar-benar mantan
pacarnya, bahwa Ta-kun menyukai gadis itu di masa lalu, aku memikirkannya
sejenak ... dan aku tidak tahu harus berbuat apa.
“… Tiba-tiba aku mengetahui tentang mantan pacar, selain itu
dia adalah seorang mahasiswi modern muda dan cantik … Di sisi lain, aku,
seorang wanita tua berusia 30-an, mabuk dalam perjalanan pulang dari kerja dan dia
harus datang menjemputku. Dalam situasi yang menyedihkan seperti itu,
mengatakan 'Aku pacarnya saat ini' itu sedikit ... "
"Hmm. Jadi kamu melarikan diri."
"Ti-Tidak mela ..."
“Kamu melarikan diri. Kamu berpikir kamu kalah
sebagai seorang wanita tua, kan?"
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa saat dia terus menghujaniku
dengan kata-katanya.
Benar ... Kurasa aku melarikan diri.
Aku melarikan diri dari segalanya dan bermain bodoh dengan
kebohongan yang benar.
Aku melarikan diri dari musuh dalam menghadappi serangan
mendadak.
Aku tidak berpikir aku bisa menang, jadi aku memutuskan
untuk tidak melawan.
Aku tahu di kepalaku bahwa ini bukan tentang kalah atau menang.
"Aku yakin itu pasti mengejutkan bagi Taku-nii."
"Uuh ... Ku-kurasa begitu."
Aku sangat menyesal atas apa yang sudah kulakukan.
Meskipun aku sudah mengetahuinya sebelum kami mulai berpacaran.
Namun meskipun begitu … Aku tidak percaya aku begitu
terkejut dengan mantan pacar.
Aku sangat menyedihkan.
“Bahkan jika Arisa-san adalah mantan pacarnya yang
sebenarnya, kamu tidak perlu terlalu khawatir. Karena pacar Taku-nii saat
ini adalah kamu, Bu."
"… Ya."
“Pertama-tama, menurutku Taku-nii tidak mungkin memiliki
mantan pacar. Dia adalah laki-laki yang sudah lama mencintaimu, bahkan
lucu betapa setianya dia”, kata Miu dengan senyum masam dan sedikit
bangga. “Jika kita melihatnya dari sudut pandangnya, kamu adalah wanita
yang sangat menarik sehingga dia telah mencintaimu selama 10 tahun. Jadi
kamu harus lebih percaya diri dan menjadi lebih pemalu.”
"…Ya. Terima kasih, Miu." Aku berterima
kasih padanya dan menambahkan, “Tapi kamu membuat kesalahan dengan kata
'pemalu'. Kurasa kamu bingung dengan ‘tenang’. Karena pemalu adalah
kata dengan makna seperti 'rasa takut' dan 'rasa malu'."
"Uuh ... Ja-jangan beri aku editorial tsukkomi mu
seperti itu!" teriak Miu dengan malu.
Dia tampak malu pada kenyataan bahwa dia telah dikoreksi
dalam apa yang terdengar seperti kalimat yang menentukan. Aku bisa saja
melepaskannya, tetapi itu bagian dari pekerjaanku tidak mengizinkannya.
“Haah … Astaga. Bu, kamu sepertinya sudah membaik."
"Ahahaha. Berbicara denganmu membuatku merasa
sedikit lebih baik."
Itu membuatku merasa lebih baik … dan itu membuatku
mengingatnya.
Dari tekad yang aku buat sebelum kami mulai berkencan.
Dari tekad yang aku tunjukkan di depan Miu.
Beberapa minggu yang lalu, selama liburan musim panas.
Ketika aku salah berpikir bahwa Miu menyukai Ta-kun ... Namun
meskipun begitu, aku masih ingin berkencan dengannya.
Aku memutuskan bahwa aku tidak ingin melepaskannya, bahkan
jika dia adalah laki-laki yang disukai putriku.
Meskipun yah, itu semua kesalahpahaman ... Tapi tekadku tulus
pada saat itu.
Betapa menyedihkannya diriku.
Aku harus kuat.
Ingat itu.
Ingat tekadmu sejak saat itu dan ukir di dadamu.
Ya.
Bukankah aku wanita yang mencoba melawan putrinya?
Jika begitu ... aku tidak boleh kalah dari mantan palsu.
♠
“ … Aku tidak tahu apa-apa tentang hal-hal itu. Kenapa
kau tidak melakukan apa yang kau inginkan?"
Jawaban yang datang dari telepon cukup dingin.
Di apartemen di Tokyo.
Setelah makan siang singkat sendirian, aku menelepon temanku
Satoya sebelum memulai pekerjaan lain.
Aku meneleponnya untuk menanyakan tentang Ayako-san. Aku
berpegang teguh pada harapan sekecil apapun, tetapi responsnya lebih tajam dari
yang kuharapkan.
"Kau tidak tahu …?"
“Aku sedang tidak mood untuk ini sekarang. Batas
waktu penyampaian laporan sudah dekat … Ah, sial, ini semua karena kau pergi ke
Tokyo,” keluh Satoya berlebihan. “Karena kau tidak akan bersamaku
mulai bulan September dan seterusnya, aku berpikir untuk menjadi mandiri dan
setidaknya mencoba membuat laporan ku sendiri … tapi aku harus segera
mempresentasikannya. Sampai sekarang, yang harus aku lakukan hanyalah
pergi ke kelas denganmu, belajar denganmu, dan mengerjakan laporan
bersama!"
"Itu bukan salahku, kan?"
Kau memberikan tanggung jawab yang berlebihan kepadaku. Tidak,
dalam arti tertentu, bukankah itu tanggung jawabku karena sudah memanjakannya
selama ini?
"Pokoknya, aku sibuk, jadi jangan panggil aku untuk
omong kosongmu."
“O-omong kosong, katamu? Ini adalah sesuatu yang sangat
serius ... "
“Itu omong kosong. Faktnya, aku bahkan tidak
mengerti apa yang kau khawatirkan."
"Seperti yang aku katakan ... aku membuat Ayako-san
merasa tidak nyaman."
Aku tidak bisa melupakannya.
Semalam …
Wajah Ayako-san ketika Arisa mengatakan dia adalah
"mantan pacarku".
Ah, serius, apa yang kulakukan?
Aku seharusnya memberitahunya semuanya tentang Arisa dari
awal. Karena aku ragu-ragu dan menyembunyikannya, itu terungkap dengan
cara terburuk.
Aku penuh penyesalan, tapi ...
"Dan apa bedanya itu?"
Satoya sepertinya benar-benar kesal dan dengan datar
menjawab kekhawatiranku.
“Kau tidak melakukan kesalahan, jadi kau tidak perlu
khawatir. Apa bedanya kau bertemu kembali dengan mantan pacar
palsu? Jika kau tidak melakukan sesuatu yang membuatmu merasa bersalah,
maka tenanglah."
“… Tidak, tapi itu bukan berarti aku tidak melakukan
kesalahan apapun. Lagi pula, itu adlah kesalahanku dalam menangani situasi
yang membuat Ayako-san merasa tidak nyaman."
"Dan itulah kenapa aku mengatakan berhenti," katanya
dengan nada lebih kuat. "Aku merasa kasihan pada Ayako-san jika kau
memperlakukannya seperti itu, seolah-lah kau memperlakukannya dengan sarung
tangan sutra."
"......"
"Itu bukan seperti dia memergokimu selingkuh, jadi
kenapa kau peduli?" Dia melanjutkan dengan suara yang sangat kecewa, “Kau
mungkin berpikir bahwa kau tidak ingin menyakiti Ayako-san, tetapi jika kau
harus mengkhawatirkannya setiap saat, itu akan menjadi ggangguan baginya juga. Itu
tidak bersikap ramah ... itu akan menjadi ketakutan."
Kata-kata Satoya lebih kejam dari sebelumnya, mungkin karena
dia kesal dengan batas waktu laporan.
Atau mungkin batas waktu tidak ada hubungannya dengan itu
dan itu hanya karena aku menyedihkan.
Kata-kata kecaman yang keras menusuk hatiku.
“… Yah, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Ayako-san
adalah wanita yang kau dambakan selama bertahun-tahun. Jika kau akhirnya
bisa berkencan dengan wanita seperti itu, kau harus berhati-hati dan penuh
perhatian untuk tidak menyinggung perasaannya … Aku bisa mengerti bahwa kau
ingin mendedikasikan dirimu kepadanya seolah-olah kau sedang melayani seorang
putri.” Dia melanjutkan, “Tapi Ayako-san bukanlah sesuatu yang
tidak bisa dicapai, dia ada di sisimu sekarang, kan? Dia bukan putri yang
tinggal di kastil, kalian tinggal di bawah atap yang sama sekarang,
kan? Kau harus segera lulus dari cintamu yang tak berbalas itu."
"… Kau benar." Aku mengangguk
kuat. “Semuanya persis seperti yang kau katakan. Maaf aku
mengganggumu dengan omong kosongku."
"Jangan khawatir tentang hal itu. Tapi, yah ...
jika kau ingin berterima kasih kepadaku, bahkan sedikit, aku akan senang jika kau
membantuku dengan laporanku ..."
"Aku tidak bisa membantumu dengan laporan kelas yang
tidak aku ambil."
"… Tepat. Kalau beitu doakan aku.”
"Baiklah. Aku akan berdoa dengan segala yang kubisa."
Setelah panggilan berakhir ...
Aku duduk di sofa, menatap langit-langit, dan menghela
napas.
*"... Memperlakukannya dengan sarung tangan sutra,
ya?"
Note : mungkin ini maksunya diperlakukan
dengan lembut.
Itu bukan niatku.
Tapi jika dilihat dari luar, mungkin terlihat seperti itu.
Kurasa aku menghargainya ... tapi aku tidak memperlakukannya
dengan benar.
Aku tidak berpelikaku meyakinkan seperti pacarnya.
"… Sialan. Apa yang aku lakukan?"
Sepertinya, aku telah menyeret cinta tak berbalasku tanpa
menyadarinya.
Aku ingin dia menjadi pacarku, Aku tidak ingin memberikannya
kepada orang lain ... karena itu aku mengaku ketika aku tidak bisa llagi menahan
perasaan ini.
Walaupun begitu ... ketika kami mulai berkencan, aku takut
dan yang bisa kulakukan hanyalah memperlakukannya seperti dia adalah hal yang
paling lembut di dunia.
Aku merendahkan diriku dan menempatkannya di atas altar.
Aku memandang rendah diriku sendiri dan memutuskan bahwa
pasanganku berada di atasku.
Itu tidak ada bedanya kalau itu adalah cinta yang tak
berbalas.
Dia bukan lagi cinta tak berbalas yang kudambakan.
Dia bukan dewi atau putri; Dia adalah pasanganku yang memiliki
kesamaan bahwa aku bisa berjalan berdampingan dengannya.
"Aku harus lulus."
Kami akan lulus.
Ayo kita membebaskan diri dari cinta 10 tahun yang tak
berbalas ini.
♥
Malamnya …
Sebelum makan malam, kami meluangkan waktu untuk berbincang.
Itu bukan sesuatu yang kami berdua inginkan, itu hanya
terjadi secara alami.
“” ............... “”
Duduk berhadap-hadapan di meja ruang tamu, ada jeda yang canggung.
"Ano …"
"Dengar."
Suara kami untuk memecah kesunyian bertabrakan.
"Ah, maaf. Ayako-san, silakan."
"Ti-tidak. Kamu dulu, Ta-kun."
Setelah pertukaran itu, ada momen hening lagi.
"... Baiklah, kalau begitu aku akan mulai," kata
Ta-kun dan meluruskan posturnya. "Ayako-san ... maaf aku tidak
memberitahumu tentang Arisa." Dia membungkuk dengan kuat dan
melanjutkan, "Seharusnya aku memberitahumu semuanya dari awal ... aku
sudah banyak memikirkannya dan memutuskan untuk tidak memberitahumu, tetapi
sepertinya aku memberimu perasaan tidak percaya yang janggal."
“Tii-tidak masalah. Aku tahu itu adalah tindakan
pertimbangan darimu."
"... Tidak, bukan seperti itu." Dengan
tatapan menyakitkan, Ta-kun melanjutkan, "Aku tentu saja memikirkanmu
dengan caraku sendiri, tapi ... bagaimanapun juga, aku hanya takut."
"Takut …?"
"Aku takut kamu akan membenciku, bahkan hanya sedikit
saja."
"......"
“Aku sangat senang akhirnya bisa berkencan denganmu, yang
selalu kucintai, jadi aku ingin menghindari sesuatu yang bahkan penolakan. Aku
tidak ingin tingkat kasih sayang yang kamu miliki untukku berkurang sedikit
pun. Jadi … aku melarikan diri tanpa menghadapinya dengan benar. Aku melarikan
diri darimu dan Arisa."
"......"
Aku ingat.
Tentang hidup bersama minggu ini.
Ta-kun sangat baik hati.
Dia terlalu baik, terlalu lembut, terlalu sempurna.
Dia mengurus pekerjaan dan memasak sambil magang yang tidak
biasa dia lakukan dan sangat mendukungku sehingga aku bisa fokus pada pekerjaanku.
Dia mungkin telahh menjadi "pacar ideal" yang
diimpikan setiap wanita.
Tapi.
Kesempurnaan seperti itu ... mungkin itu adalah tanda
kecemasan.
Dia sangat takut dibenci sehingga dia bertindak dengan
kesempurnaan yang berlebihan.
“Meskipun aku bisa mulai berkencan denganmu … Aku tidak
mengubah apapun sejak aku memiliki cinta yang tak terbalas. Bagaimanapun kupikir
aku harus bertanggung jawab ... Tapi aku tidak akan melakukan itu lagi,” kata
Ta-kun.
Dia menatap lurus ke mataku.
“Ayako-san. Arisa Odaki adalah teman di SMA. Di
masa lalu, dia memintaku untuk berpura-pura menjadi pacarnya, dia mengaku
kepadaku dan hal-hal lain terjadi, tapi ... Aku tidak memikirkan apa-apa
tentang dia. Satu-satunya orang yang kucintai, dan selalu kucintai, adalah
kamu, Ayako-san,” kata Ta-kun dengan jelas dan energik.
Kata-kata cintanya begitu energik sehingga aku malu
mendengarnya.
“Aku akan bersama Arisa selama sisa masa magangku, tapi aku
tidak akan memiliki perasaan aneh. tidak mungkin hal itu terjadi. Kumohon
percayalah padaku."
"… Iya. Baiklah. Aku akan percaya padamu,” kataku
secara alami.
Aku tidak membuatnya berat atau menjadi perhatian, aku
benar-benar percaya kata-katanya dari lubuk hatiku. Sikapnya yang jujur memberiku rasa aman.
Ta-kun tersenyum seolah dia merasa lega.
“… Serius, aku seharusnya memberitahumu dari
awal. Dengan begitu, seluruh kekacauan ini tidak akan terjadi."
"Ya ... aku berharap begitu."
"… Maaf."
"Jangan khawatir ... Aku juga bukan orang yang
berbicara. Sekarang giliranku,” kataku.
Aku juga meluruskan dan memperbaiki postur tubuhku.
"Maaf. Aku berbohong pada Arisa-san mengatakan
padanya bahwa aku adalah bibimu."
"......"
“Ketika aku tiba-tiba mendengar dia adalah mantan pacarmu,
pikiranku menjadi kosong dan aku tidak tahu harus berbuat apa … meskipun kurasa
itu bukan alasan. Selain itu, aku juga takut. Karena harus bersaing
dengan gadis muda seperti Arisa-san."
Seorang mahasiswi cantik 10 tahun lebih muda dariku.
Seorang gadis yang tampaknya memiliki semacam hubungan
dengan Ta-kun.
Di depan seorang gadis sepertinya, dia tidak bisa secara
terbuka memanggailku pacarnya.
Aku mencoba melarikan diri dari situasi dengan kebohongan
yang tepat.
“Aku berpikir aku tidak bisa menang dalam pertarungan, aku
tidak ingin dibandingkan dengannya … Aku benar-benar bodoh. Ini bukan
tentang menang atau kalah."
"Ayako-san ..."
"Kamu juga terkejut, kan?"
"Tidak, aku …"
Dia mencoba mendukungku secara refleks, tapi setelah jeda
singkat ...
"... Ya, itu benar." Ta-kun menunduk dan
mengangguk. “Aku ingin mengatakannya dengan benar. Aku ingin
memperkenalkanmu dengan benar. Bahwa kamu adalah wanita yang aku kencani."
"… Ya. Maaf. Aku tidak akan lari
lagi. Tidak peduli dengan siapa aku berbicara, aku pasti akan
mengatakannya dengan bangga. Bahwa aku adalah pacar Ta-kun,” kataku.
Dan aku menatapnya langsing.
"Aku akan lebih percaya diri."
Aku benar-benar tidak memiliki kepercayaan diri. Aku
sudah tua, seorang pemula dalam cinta dan aku selalu berakhir mengacau di
saat-saat penting.
Tapi … Aku tidak akan lari lagi dengan meremehkan diriku
sendiri seperti itu.
"Aku tahu aku tidak sempurna ... tapi kamu jatuh cinta
padaku apa adanya, kan?"
Aku akan percaya, bukan pada diriku sendiri, tetapi di dalam
dirinya.
Aku akan percaya pada Ta-kun, yang telah mencintaiku selama 10
tahun.
Dengan begitu, aku juga akan bisa percaya pada diriku
sendiri.
"Itu benar," kata Ta-kun. "Aku sudah jatuh
cinta padamu selama 10 tahun karena ... Yah, aku mungkin memiliki sedikit sikap
penguntit, tapi aku jatuh cinta terutama karena kamu wanita yang luar
biasa."
"......"
"Karena kamu sangat menarik, aku bisa mencintaimu
selama 10 tahun."
Ah ...
Aku merasakan hatiku penuh dan terbakar.
Astaga ... Ta-kun selalu seperti itu.
Dia rendah hati, meremehkan dirinya, dan kadang-kadang bisa
merasa tidak aman.
Tetapi ketika dia berbicara tentang perasaannya kepadaku,
dia mengatakannya dengan sangat percaya diri sehingga aku merasa malu.
"... Astaga. Kamu melebih-lebihkan."
"Tidak, aku tidak melebih-lebihkan."
“Ji-jika kamu mengatakannya seperti itu, maka aku bisa
mengatakan hal yang sama tentangmu. Aku wanita yang luar biasa … karena laki-laki
yang menarik dan hebat sepertimu jatuh cinta padaku.”
“I-itu tidak benar. Aku bukan laki-laki yang
hebat."
"Kamu. Kamu adalah yang terhebat."
"... Kalau begitu kamu bahkan lebih cantik dan manis
karena laki-laki hebat sepertiku jatuh cinta padamu."
"Kalau begitu, karena seorang wanita cantik dan manis
sepertiku jatuh cinta padamu, itu membuatmu menjadi laki-laki yang lebih jujur dan gagah ..."
“......”
Kami membiarkan diri kami pergi dan berdebat sampai kami
sadar pada saat yang sama.
Kami menyadari betapa menyakitkannya kami.
"Kenapa kita bersaing ...?"
"Serius ... Itu sangat tidak menyenangkan untuk
sesaat."
"... Fufu."
"Ahahaha."
Setelah sedikit canggung, kami mulai tertawa.
Kedamaian yang hangat sepertinya memenuhi kami.
Menghembuskan napas, aku melanjutkan, "... Kita terlalu
tertutup satu sama lain, bukan?"
Ini adalah hubungan pertama kami.
Dan tiba-tiba, kami harus hidup bersama.
Kami saling menjaga satu sama lain dan menjadi cemas
sendiri.
Meskipun begitu kami seharusnya hidup bersama, kami mulai
melawan musuh khayalan.
"Kita harus mengatakan apa yang ingin kita katakan
kepada diri kita sendiri dengan benar."
Jangan meremehkan diri sendiri atau memuliakan orang lain.
Kita harus memperlakukan satu sama lain secara setara.
Meskipun hanya 3 bulan, kita akan hidup bersama.
Mungkin di masa depan ... mungkin suatu hari nanti kita akan
menjadi sebuah keluarga.
Tetapi hal-hal itu tidak akan berhasil hanya karena kita
merasa seperti sedang jatuh cinta ...
"Ta-kun. Sejak kita mulai hidup bersama, kamu sudah
melakukan banyak hal untukku dan aku sangat senang tentang itu ... tapi tolong
jangan memaksakan dirimu terlalu berlebihan."
“Itu tidak menekanku. Aku melakukannya karena aku
ingin. Itu sama sekali tidak menggangguku, bahkan, itu sangat
bermanfaat."
"A-aku tidak bermaksud begitu ... Yang kumaksud adalah ..."
Ini memalukan, tapi aku memutuskan untuk mengatakannya.
Kita harus mengatakan apa yang ingin kita katakan dengan
tepat.
"A-aku ingin lebih memanjakanmu!"
Matanya melebar, bingung.
Aku berusaha menahan rasa maluku dan melanjutkan, "Ini
tidak adil ... Kamu selalu memanjakanku ... Aku juga ... Aku ingin lebih
memanjakanmu, Ta-kun."
Aku ingin kau lebih dimanjakan.
Aku ingin lebih memanjakanmu lebih banyak.
Aku ingin kau menjadi lebih egois.
Aku ingin kau memintaku untuk melakukan lebih banyak dan
lebih banyak hal lagi untukmu.
“Yah, mungkin itu salahku karena tidak bisa diandalkan … ta-tapi
tetap saja, kamu terlalu perhatian. kamu selalu mencuci pakaian yang aku
lepas, ketika aku menyadarinya kamu sudah membersihkan kamar mandi dan mengisi
kembali kertas toilet ketika sudah selesai ... Kenapa laki-laki tampan begitu
kompeten?! Tidak apa-apa untuk menjadi sedikit ceroboh!"
"… Tidak, itu …"
Ta-kun tampak bingung. Itu tidak
mengejutkan. Karena keluhan ku lebih terdengar seperti tuduhan.
"Aku ingin kamu memanjakanku juga ... ta-tapi bukankah
menjijikkan jika seorang laki-laki meminta untuk dimanjakan?"
“Ti-tidak sama sekali. Sebaliknya, wanita tertarik pada
kelemahan tak terduga yang terkadang ditunjukkan laki-laki. Ada sebagian
kecil dari diriku yang ingin berpikir ‘Astaga, orang ini berantakan tanpaku.'.”
… Tidak, apa yang ku bicarakan?
Kurasa aku telah berbicara terlalu jujur.
“Po-pokoknya … jangan memaksakan diri karena ingin terlihat hebat. Kamu
bisa lebih bergantung padaku. Dengan begitu … ya, aku juga akan senang.”
"Ba-baiklah," Ta-kun mengangguk
canggung. "Aku akan mencoba yang terbaik untuk bertindak sedikit
lebih dimanjakan."
"Aku tidak berpikir itu adalah sesuatu yang harus kamu
perjuangkan ..."
Aku tersenyum kecut mendengar jawaban jujurnya.
“Ano, tapi hal yang sama berlaku untukmu,
Ayako-san. Jangan memaksakan diri terlalu berlebihan dan jika ada sesuatu
yang kamu ingin aku lakukan, tolong beritahu aku."
"… Yeah, baiklah."
Dan lalu.
"Kalau begitu, Ta-kun, bisakah aku memintamu untuk melakukan satu hal untukku sekarang?"