Ads 728x90

MomAyako [LN] Musume Janakute Mama ga Sukina no!? Volume 5 Chapter 8

Posted by Chova, Released on

Option

 

Menahan diri dan Pertimbangan

Hari berikutnya adalah hari Sabtu, tetapi aku harus bekerja.

Berbagai persiapan harus dilakukan terkait promosi novel pun bertepatan dengan pengumuman adaptasi anime tersebut. Ada banyak hal yang harus dilakukan, seperti PV dengan pengisi suara dan mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan manga juga.

Sejujurnya … ada bagian dari diriku yang bersyukur bahwa aku harus bekerja.

Sebagai pegawai magang, Ta-kun libur pada hari Sabtu, jadi sepertinya dia akan tetap di rumah sepanjang hari.

Agak canggung melihatnya setelah kemarin.

Aku bahkan pergi diam-diam pagi ini.

"… Ah … Begitu ya. Jadi kamu bertemu Arisa-san, Bu."

Setelah makan siang.

Aku duduk di bangku taman dekat kantor dan menelepon Miu.

Ada sesuatu yang ingin aku konfirmasi.

"Ya, itu benar. Arisa-san adalah kakak perempuan dari seorang teman. Dan karena berbagai alasan, Taku-nii berpura-pura menjadi pacarnya di SMA."

"... Jadi kamu sudah mengetahuinya, pada akhhirnya."

“Yah, itu karena aku bertanya pada Taku-nii. Dia tidak memiliki niat buruk dengan merahasiakannya. Aku hanya merasa tidak perlu memberitahumu."

"......"

Tadi malam …

Ketika kami kembali ke apartemen, Ta-kun memberiku penjelasan lengkap.

Arisa Odaki adalah teman sekelas SMA yang dia temui lagi di LiliSTART dan sekarang mereka berdua bekerja bersama sebagai pegawai magang.

Selain itu.

Dia tampaknya telah menjadi "pacar" Ta-kun untuk sementara waktu.

Meskipun dia mengatakan itu bukan pacarnya yang sebenarnya.

“Ketika dia masih SMA, Arisa-san memiliki masalah dengan penguntit. Sepertinya seorang laki-laki yang dia tolak diam-diam mengikuti ke rumahnya. Karena itulah aku meminta Taku-nii untuk berpura-pura menjadi pacar Arisa-san. Kurasa mungkin penguntit akan menyerah jika dia melakukan itu."

“Ke-kenapa kamu meminta pada Ta-kun …? Apa tidak ada orang lain?"

“Karena mereka cocok, karena mereka berdua pergi ke sekolah yang sama dan berada di kelas yang sama. Dan kamu tahu, Arisa-san sangat cantik, bukan?"

"......"

Dia benar-benar cantik.

Dia adalah seorang gadis muda, bahagia dan dengan pesona yang tidak aku miliki.

“Jika laki-laki yang berpura-pura menjadi pacarnya mendekati Arisa-san mengambil keuntungan dari posisi itu, bukankah kita akan kembali ke hal yang sama? Itu sebabnya kupikir akan lebih baik jika aku bertanya pada seseorang yang sama sekali tidak akan jatuh cinta pada Arisa-san."

"... I-itu sebabnya kamu meminta pada Ta-kun?"

"Ya. Karena Taku-nii tidak akan jatuh cinta pada siapa pun selain kamu, Bu” kata Miu seolah itu adalah kebenaran mutlak.

Mendengar dia menegaskan seperti itu ... itu membuatku merasa sedikit malu.

“Taku-nii agak menolak, tetapi akhirnya dia menerima. Lagipula dia sangat baik. Tapi yang menakjubkan adalah apa yang terjadi setelah itu,” kata Miu dengan suara heran penuh kekaguman. "Taku-nii ingin berhenti menjadi pacar palsunya sesegera mungkin ... jadi dia menyelesaikan kasus penguntit dalam waktu singkat."

"Apakah dia menyelesaikannya?!"

"Ya. Dia melakukan banyak penyelidikokan dan mengkonfrontasinya dengan bukti pelecehan, tetapi dia tidak hanya menyudutkannya, dia juga mendengarkan ceritanya ... dan membiarkan segalanya benar-benar diselesaikan dengan sangat baik.”

"Apa-apaan dengan tindakan kompeten itu ...?"

Aku tidak tahu apakah itu karena dia pikir itu akan menjadi kesombongan, tetapi dia tidak menjelaskan banyak detail tentang bagian itu. Aku tidak tahu bahwa dia telah melakukan sesuatu yang begitu hebat.

Dia memecahkan kasus pelecehan terhadap teman sekelasnya.

Apa-apaan itu?

Dia benar-benar seperti protagonis dari sebuah manga.

Apakah kau membuat langkah yang hebat tanpa ku sadari?

“Taku-nii benar-benar luar biasa. Dia cerdas, atletis, penampilannya tidak buruk, dia baik dan ramah. Jika dia tidak jatuh cinta padamu, dia akan lebih normal dan populer, seperti pemeran utama darii komedi romantis harem."

"... He-hentikan, jangan katakan itu."

Itu membuatku terlihat seperti villain. Seolah-olah aku telah memikat karakter utama, yang harus mengambil rute harem, dengan side rute yang aneh.

Rute ibu temanku.

… itu jelas terlihat seperti spin-off fan disc.

"Yah, kasus penguntit itu terpecahkan ... tapi kemudian ada insiden lain."

"......"

"Arisa-san jatuh cinta pada Taku-nii."

Aku mendengar cerita tentang itu kemarin.

Ta-kun memberitahuku terus terang.

"Aku memilih Taku-nii agar laki-laki yang akan menjadi pacarnya tidak jatuh cinta pada Arisa-san, tapi aku tidak menyangka dia jatuh cinta pada Taku-nii ... Itu benar-benar tidaak terduga."

Aku tidak berpikir itu yang tidak terduga.

Dari sudut pandangnya, Ta-kun pasti terlihat seperti pahlawan baginya saat itu.

Tidak heran dia jatuh cinta padanya.

“Tentu saja, Taku-nii langsung menolaknya. Dan hanya itu saja. Yahh, itu yang aku dengar dari temanku.” Setelah menarik napas, Miu melanjutkan, “Serius, hanya itu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"......"

“Aku tidak berpikir ada yang salah dengan Taku-nii tidak menyebutkannya. Aku rasa dia hanya tidak ingin membicarakannya karena dia tidak berpikir itu akan menarik bagimu. Kamu tahu, mendengar tentang bagaimana gadis lain mengaku padanya."

"… Aku tahu."

Aku tidak memiliki niat untuk menyalahkan Ta-kun.

Dia tidak melakukan kesalahan, sebaliknya, dia bertindak dengan cara heroik yang tidak terduga. Akan aneh untuk cemburu hanya karena dia mengaku padanya di masa lalu … Bahkan jika Ta-kun benar-benar memiliki pacar di masa lalu, akan aneh untuk mengkhawatirkan mantan yang sudah bertahun-tahun.

Tapi …

"... Ta-tapi, bagaimanapun juga, ada bagian dari diriku yang merasa tidak nyaman ... Gadis muda cantik yang mengaku Ta-kun sejak lama ... bekerja sebagai pegawai magang dengannya sekarang."

Reuni dengan mantan pacarnya di tempat kerja.

Entah bagaimana ... sepertinya situasi sama dari drama populer.

Apa yang harus kulakukan?

Apa yang harus aku lakukan jika api lama itu dinyalakan kembali?

"Ji-jika dia masih mencintai Ta-kun dan mendekatinya selama magang ...!"

"Kurasa itu karena kamu khawatir tentang hal-hal yang tidak masuk akal sehingga Taku-nii memutuskan untuk tetap diam."

"... Ugh."

Sambil meratap karena menerima pukkulan vital, Miu melanjutkan dengan acuh tak acuh.

"Kamu terlalu khawatir. Bahkan jika Arisa-san melakukan hal seperti itu secara kebetulan, tidak mungkin Taku-nii akan jatuh cinta padanya. Selain itu, bukankah kamu memperkenalkan diri dengan benar kemarin?"

"I-itu ..."

"Ya?"

"Kamu tahu ... Ta-Ta-kun, dia mencoba memperkenalkanku dengan benar, tapi..." kataku, memikirkan apa yang terjadi kemarin.

 

Semalam.

"... Yah, aku seperti 'mantan pacar'."

Segera setelah Arisa-san mengatakan sesuatu seperti itu dan kepalaku menjadi kosong ...

"He-hei, Arisa."

Ta-kun menghentikannya dengan ekspresi panik.

"Apa yang kamu bicarakan …? Kamu bukan mantan pacarku."

"Ahahaha. Tidak masalah, kira-kira seperti itu."

"Tidak benar. Tidak sama sekali …” kata Ta-kun dengan wajah khawatir dan kesal.

Lalu dia menatapku dengan mata cemas.

“Ayako-san … Arisa adalah teman SMA dan sekarang dia bekerja denganku sebagai pegawai magang … dan untuk memperjelas, dia bukan mantan pacarku. aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti."

Ta-kun berbicara dengan tergagap, tetapi dengan tegas menyangkal bahwa dia adalah mantan pacarnya. Tapi kepalaku yang mabuk tidak bisa mengikuti apa yang sedang terjadi.

"Hei, Takumi-kun. Ngomong-ngomong, siapa dia?" Arisa-san menatapku dan bertanya.

Itu adalah pertanyaan yang sangat alami, ditanyakan dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

Seolah-olah dia tidak bisa membayangkan hubungan kami.

Dan apalagi menganggap kami sebagai pasangan.

"Dia adalah ..." Ta-kun membuka mulutnya dengan ekspresi serius.

Aku tahu apa yang akan dia katakan.

Aku yakin dia mencoba memperkenalkan diri.

Dia adalah pacarku dan kami berada dalam hubungan yang serius, atau sesuatu seperti itu.

Saat aku menyadarinya, aku ...

"... Aku bibinya!"

Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan kata-kata itu.

“Aku bibinya dari pihak ibunya. Aku membiarkan dia tinggal bersamaku saat dia magang di Tokyo."

"Eh ... A-ayako-san...?"

"Oh, begitu ya. Senang bertemu denganmu."

Arisa-san sepertinya mempercayai kebohonganku saat ini tanpa keraguan.

“Hari ini aku minum dengan rekan kerjaku di tempat kerja. Aku sedikit mabuk jadi aku meminta Ta-kun untuk menjemputku. Anak ini benar-benar bisa diandalkan."

"Ahahaha. Itu benar. Takumi-kun adalah laki-laki yang bisa diandalkan."

"Kan? Arisa-san, tolong terus bergaul dengan Ta-kun."

"Iya, iya, dengan senang hati."

Aku berusaha mati-matian untuk bertindak seperti kerabatnya dan melakukan percakapan yang signkat.

Aku tidak tahu seperti apa wajah Ta-kun saat itu.

Aku terlalu takut untuk menatapnya.

 

"... Uwaa, apa-apan itu?" Kata Miu dari lubuk hatinya dengan suara terkejut. "Kenapa kamu berbohong seperti itu?"

“… A-aku tidak tahu. Aku hanya … aku merasa terlalu malu untuk menyebut diriku pacar Ta-kun pada saat itu.”

Kurasa itu sedikit panik.

Aku terlalu mabuk untuk berpikir jernih dan kemudian aku mendapat informasi gila tentang mantan pacar.

Itu sebelum aku mendengar penjelasan rinci tentang dia menjadi pacar palsu dan sebagainya, jadi kurasa mungkin dia benar-benar mantan pacarnya, bahwa Ta-kun menyukai gadis itu di masa lalu, aku memikirkannya sejenak ... dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

“… Tiba-tiba aku mengetahui tentang mantan pacar, selain itu dia adalah seorang mahasiswi modern muda dan cantik … Di sisi lain, aku, seorang wanita tua berusia 30-an, mabuk dalam perjalanan pulang dari kerja dan dia harus datang menjemputku. Dalam situasi yang menyedihkan seperti itu, mengatakan 'Aku pacarnya saat ini' itu sedikit ... "

"Hmm. Jadi kamu melarikan diri."

"Ti-Tidak mela ..."

“Kamu melarikan diri. Kamu berpikir kamu kalah sebagai seorang wanita tua, kan?"

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa saat dia terus menghujaniku dengan kata-katanya.

Benar ... Kurasa aku melarikan diri.

Aku melarikan diri dari segalanya dan bermain bodoh dengan kebohongan yang benar.

Aku melarikan diri dari musuh dalam menghadappi serangan mendadak.

Aku tidak berpikir aku bisa menang, jadi aku memutuskan untuk tidak melawan.

Aku tahu di kepalaku bahwa ini bukan tentang kalah atau menang.

"Aku yakin itu pasti mengejutkan bagi Taku-nii."

"Uuh ... Ku-kurasa begitu."

Aku sangat menyesal atas apa yang sudah kulakukan.

Meskipun aku sudah mengetahuinya sebelum kami mulai berpacaran.

Namun meskipun begitu … Aku tidak percaya aku begitu terkejut dengan mantan pacar.

Aku sangat menyedihkan.

“Bahkan jika Arisa-san adalah mantan pacarnya yang sebenarnya, kamu tidak perlu terlalu khawatir. Karena pacar Taku-nii saat ini adalah kamu, Bu."

"… Ya."

“Pertama-tama, menurutku Taku-nii tidak mungkin memiliki mantan pacar. Dia adalah laki-laki yang sudah lama mencintaimu, bahkan lucu betapa setianya dia”, kata Miu dengan senyum masam dan sedikit bangga. “Jika kita melihatnya dari sudut pandangnya, kamu adalah wanita yang sangat menarik sehingga dia telah mencintaimu selama 10 tahun. Jadi kamu harus lebih percaya diri dan menjadi lebih pemalu.”


"…Ya. Terima kasih, Miu." Aku berterima kasih padanya dan menambahkan, “Tapi kamu membuat kesalahan dengan kata 'pemalu'. Kurasa kamu bingung dengan ‘tenang’. Karena pemalu adalah kata dengan makna seperti 'rasa takut' dan 'rasa malu'."

"Uuh ... Ja-jangan beri aku editorial tsukkomi mu seperti itu!" teriak Miu dengan malu.

Dia tampak malu pada kenyataan bahwa dia telah dikoreksi dalam apa yang terdengar seperti kalimat yang menentukan. Aku bisa saja melepaskannya, tetapi itu bagian dari pekerjaanku tidak mengizinkannya.

“Haah … Astaga. Bu, kamu sepertinya sudah membaik."

"Ahahaha. Berbicara denganmu membuatku merasa sedikit lebih baik."

Itu membuatku merasa lebih baik … dan itu membuatku mengingatnya.

Dari tekad yang aku buat sebelum kami mulai berkencan.

Dari tekad yang aku tunjukkan di depan Miu.

Beberapa minggu yang lalu, selama liburan musim panas.

Ketika aku salah berpikir bahwa Miu menyukai Ta-kun ... Namun meskipun begitu, aku masih ingin berkencan dengannya.

Aku memutuskan bahwa aku tidak ingin melepaskannya, bahkan jika dia adalah laki-laki yang disukai putriku.

Meskipun yah, itu semua kesalahpahaman ... Tapi tekadku tulus pada saat itu.

Betapa menyedihkannya diriku.

Aku harus kuat.

Ingat itu.

Ingat tekadmu sejak saat itu dan ukir di dadamu.

Ya.

Bukankah aku wanita yang mencoba melawan putrinya?

Jika begitu ... aku tidak boleh kalah dari mantan palsu.

 

 

“ … Aku tidak tahu apa-apa tentang hal-hal itu. Kenapa kau tidak melakukan apa yang kau inginkan?"

Jawaban yang datang dari telepon cukup dingin.

Di apartemen di Tokyo.

Setelah makan siang singkat sendirian, aku menelepon temanku Satoya sebelum memulai pekerjaan lain.

Aku meneleponnya untuk menanyakan tentang Ayako-san. Aku berpegang teguh pada harapan sekecil apapun, tetapi responsnya lebih tajam dari yang kuharapkan.

"Kau tidak tahu …?"

“Aku sedang tidak mood untuk ini sekarang. Batas waktu penyampaian laporan sudah dekat … Ah, sial, ini semua karena kau pergi ke Tokyo,” keluh Satoya berlebihan. “Karena kau tidak akan bersamaku mulai bulan September dan seterusnya, aku berpikir untuk menjadi mandiri dan setidaknya mencoba membuat laporan ku sendiri … tapi aku harus segera mempresentasikannya. Sampai sekarang, yang harus aku lakukan hanyalah pergi ke kelas denganmu, belajar denganmu, dan mengerjakan laporan bersama!"

"Itu bukan salahku, kan?"

Kau memberikan tanggung jawab yang berlebihan kepadaku. Tidak, dalam arti tertentu, bukankah itu tanggung jawabku karena sudah memanjakannya selama ini?

"Pokoknya, aku sibuk, jadi jangan panggil aku untuk omong kosongmu."

“O-omong kosong, katamu? Ini adalah sesuatu yang sangat serius ... "

“Itu omong kosong. Faktnya, aku bahkan tidak mengerti apa yang kau khawatirkan."

"Seperti yang aku katakan ... aku membuat Ayako-san merasa tidak nyaman."

Aku tidak bisa melupakannya.

Semalam …

Wajah Ayako-san ketika Arisa mengatakan dia adalah "mantan pacarku".

Ah, serius, apa yang kulakukan?

Aku seharusnya memberitahunya semuanya tentang Arisa dari awal. Karena aku ragu-ragu dan menyembunyikannya, itu terungkap dengan cara terburuk.

Aku penuh penyesalan, tapi ...

"Dan apa bedanya itu?"

Satoya sepertinya benar-benar kesal dan dengan datar menjawab kekhawatiranku.

“Kau tidak melakukan kesalahan, jadi kau tidak perlu khawatir. Apa bedanya kau bertemu kembali dengan mantan pacar palsu? Jika kau tidak melakukan sesuatu yang membuatmu merasa bersalah, maka tenanglah."

“… Tidak, tapi itu bukan berarti aku tidak melakukan kesalahan apapun. Lagi pula, itu adlah kesalahanku dalam menangani situasi yang membuat Ayako-san merasa tidak nyaman."

"Dan itulah kenapa aku mengatakan berhenti," katanya dengan nada lebih kuat. "Aku merasa kasihan pada Ayako-san jika kau memperlakukannya seperti itu, seolah-lah kau memperlakukannya dengan sarung tangan sutra."

"......"

"Itu bukan seperti dia memergokimu selingkuh, jadi kenapa kau peduli?" Dia melanjutkan dengan suara yang sangat kecewa, “Kau mungkin berpikir bahwa kau tidak ingin menyakiti Ayako-san, tetapi jika kau harus mengkhawatirkannya setiap saat, itu akan menjadi ggangguan baginya juga. Itu tidak bersikap ramah ... itu akan menjadi ketakutan."

Kata-kata Satoya lebih kejam dari sebelumnya, mungkin karena dia kesal dengan batas waktu laporan.

Atau mungkin batas waktu tidak ada hubungannya dengan itu dan itu hanya karena aku menyedihkan.

Kata-kata kecaman yang keras menusuk hatiku.

“… Yah, aku mengerti bagaimana perasaanmu. Ayako-san adalah wanita yang kau dambakan selama bertahun-tahun. Jika kau akhirnya bisa berkencan dengan wanita seperti itu, kau harus berhati-hati dan penuh perhatian untuk tidak menyinggung perasaannya … Aku bisa mengerti bahwa kau ingin mendedikasikan dirimu kepadanya seolah-olah kau sedang melayani seorang putri.” Dia melanjutkan, “Tapi Ayako-san bukanlah sesuatu yang tidak bisa dicapai, dia ada di sisimu sekarang, kan? Dia bukan putri yang tinggal di kastil, kalian tinggal di bawah atap yang sama sekarang, kan? Kau harus segera lulus dari cintamu yang tak berbalas itu."

"… Kau benar." Aku mengangguk kuat. “Semuanya persis seperti yang kau katakan. Maaf aku mengganggumu dengan omong kosongku."

"Jangan khawatir tentang hal itu. Tapi, yah ... jika kau ingin berterima kasih kepadaku, bahkan sedikit, aku akan senang jika kau membantuku dengan laporanku ..."

"Aku tidak bisa membantumu dengan laporan kelas yang tidak aku ambil."

"… Tepat. Kalau beitu doakan aku.”

"Baiklah. Aku akan berdoa dengan segala yang kubisa."

Setelah panggilan berakhir ...

Aku duduk di sofa, menatap langit-langit, dan menghela napas.

*"... Memperlakukannya dengan sarung tangan sutra, ya?"

Note : mungkin ini maksunya diperlakukan dengan lembut.

Itu bukan niatku.

Tapi jika dilihat dari luar, mungkin terlihat seperti itu.

Kurasa aku menghargainya ... tapi aku tidak memperlakukannya dengan benar.

Aku tidak berpelikaku meyakinkan seperti pacarnya.

"… Sialan. Apa yang aku lakukan?"

Sepertinya, aku telah menyeret cinta tak berbalasku tanpa menyadarinya.

Aku ingin dia menjadi pacarku, Aku tidak ingin memberikannya kepada orang lain ... karena itu aku mengaku ketika aku tidak bisa llagi menahan perasaan ini.

Walaupun begitu ... ketika kami mulai berkencan, aku takut dan yang bisa kulakukan hanyalah memperlakukannya seperti dia adalah hal yang paling lembut di dunia.

Aku merendahkan diriku dan menempatkannya di atas altar.

Aku memandang rendah diriku sendiri dan memutuskan bahwa pasanganku berada di atasku.

Itu tidak ada bedanya kalau itu adalah cinta yang tak berbalas.

Dia bukan lagi cinta tak berbalas yang kudambakan.

Dia bukan dewi atau putri; Dia adalah pasanganku yang memiliki kesamaan bahwa aku bisa berjalan berdampingan dengannya.

"Aku harus lulus."

Kami akan lulus.

Ayo kita membebaskan diri dari cinta 10 tahun yang tak berbalas ini.

 

 

Malamnya …

Sebelum makan malam, kami meluangkan waktu untuk berbincang.

Itu bukan sesuatu yang kami berdua inginkan, itu hanya terjadi secara alami.

“” ............... “”

Duduk berhadap-hadapan di meja ruang tamu, ada jeda yang canggung.

"Ano …"

"Dengar."

Suara kami untuk memecah kesunyian bertabrakan.

"Ah, maaf. Ayako-san, silakan."

"Ti-tidak. Kamu dulu, Ta-kun."

Setelah pertukaran itu, ada momen hening lagi.

"... Baiklah, kalau begitu aku akan mulai," kata Ta-kun dan meluruskan posturnya. "Ayako-san ... maaf aku tidak memberitahumu tentang Arisa." Dia membungkuk dengan kuat dan melanjutkan, "Seharusnya aku memberitahumu semuanya dari awal ... aku sudah banyak memikirkannya dan memutuskan untuk tidak memberitahumu, tetapi sepertinya aku memberimu perasaan tidak percaya yang janggal."

“Tii-tidak masalah. Aku tahu itu adalah tindakan pertimbangan darimu."

"... Tidak, bukan seperti itu." Dengan tatapan menyakitkan, Ta-kun melanjutkan, "Aku tentu saja memikirkanmu dengan caraku sendiri, tapi ... bagaimanapun juga, aku hanya takut."

"Takut …?"

"Aku takut kamu akan membenciku, bahkan hanya sedikit saja."

"......"

“Aku sangat senang akhirnya bisa berkencan denganmu, yang selalu kucintai, jadi aku ingin menghindari sesuatu yang bahkan penolakan. Aku tidak ingin tingkat kasih sayang yang kamu miliki untukku berkurang sedikit pun. Jadi … aku melarikan diri tanpa menghadapinya dengan benar. Aku melarikan diri darimu dan Arisa."

"......"

Aku ingat.

Tentang hidup bersama minggu ini.

Ta-kun sangat baik hati.

Dia terlalu baik, terlalu lembut, terlalu sempurna.

Dia mengurus pekerjaan dan memasak sambil magang yang tidak biasa dia lakukan dan sangat mendukungku sehingga aku bisa fokus pada pekerjaanku.

Dia mungkin telahh menjadi "pacar ideal" yang diimpikan setiap wanita.

Tapi.

Kesempurnaan seperti itu ... mungkin itu adalah tanda kecemasan.

Dia sangat takut dibenci sehingga dia bertindak dengan kesempurnaan yang berlebihan.

“Meskipun aku bisa mulai berkencan denganmu … Aku tidak mengubah apapun sejak aku memiliki cinta yang tak terbalas. Bagaimanapun kupikir aku harus bertanggung jawab ... Tapi aku tidak akan melakukan itu lagi,” kata Ta-kun.

Dia menatap lurus ke mataku.

“Ayako-san. Arisa Odaki adalah teman di SMA. Di masa lalu, dia memintaku untuk berpura-pura menjadi pacarnya, dia mengaku kepadaku dan hal-hal lain terjadi, tapi ... Aku tidak memikirkan apa-apa tentang dia. Satu-satunya orang yang kucintai, dan selalu kucintai, adalah kamu, Ayako-san,” kata Ta-kun dengan jelas dan energik.

Kata-kata cintanya begitu energik sehingga aku malu mendengarnya.

“Aku akan bersama Arisa selama sisa masa magangku, tapi aku tidak akan memiliki perasaan aneh. tidak mungkin hal itu terjadi. Kumohon percayalah padaku."

"… Iya. Baiklah. Aku akan percaya padamu,” kataku secara alami.

Aku tidak membuatnya berat atau menjadi perhatian, aku benar-benar percaya kata-katanya dari lubuk hatiku. Sikapnya yang jujur ​​memberiku rasa aman.

Ta-kun tersenyum seolah dia merasa lega.

“… Serius, aku seharusnya memberitahumu dari awal. Dengan begitu, seluruh kekacauan ini tidak akan terjadi."

"Ya ... aku berharap begitu."

"… Maaf."

"Jangan khawatir ... Aku juga bukan orang yang berbicara. Sekarang giliranku,” kataku.

Aku juga meluruskan dan memperbaiki postur tubuhku.

"Maaf. Aku berbohong pada Arisa-san mengatakan padanya bahwa aku adalah bibimu."

"......"

“Ketika aku tiba-tiba mendengar dia adalah mantan pacarmu, pikiranku menjadi kosong dan aku tidak tahu harus berbuat apa … meskipun kurasa itu bukan alasan. Selain itu, aku juga takut. Karena harus bersaing dengan gadis muda seperti Arisa-san."

Seorang mahasiswi cantik 10 tahun lebih muda dariku.

Seorang gadis yang tampaknya memiliki semacam hubungan dengan Ta-kun.

Di depan seorang gadis sepertinya, dia tidak bisa secara terbuka memanggailku pacarnya.

Aku mencoba melarikan diri dari situasi dengan kebohongan yang tepat.

“Aku berpikir aku tidak bisa menang dalam pertarungan, aku tidak ingin dibandingkan dengannya … Aku benar-benar bodoh. Ini bukan tentang menang atau kalah."

"Ayako-san ..."

"Kamu juga terkejut, kan?"

"Tidak, aku …"

Dia mencoba mendukungku secara refleks, tapi setelah jeda singkat ...

"... Ya, itu benar." Ta-kun menunduk dan mengangguk. “Aku ingin mengatakannya dengan benar. Aku ingin memperkenalkanmu dengan benar. Bahwa kamu adalah wanita yang aku kencani."

"… Ya. Maaf. Aku tidak akan lari lagi. Tidak peduli dengan siapa aku berbicara, aku pasti akan mengatakannya dengan bangga. Bahwa aku adalah pacar Ta-kun,” kataku.

Dan aku menatapnya langsing.

"Aku akan lebih percaya diri."

Aku benar-benar tidak memiliki kepercayaan diri. Aku sudah tua, seorang pemula dalam cinta dan aku selalu berakhir mengacau di saat-saat penting.

Tapi … Aku tidak akan lari lagi dengan meremehkan diriku sendiri seperti itu.

"Aku tahu aku tidak sempurna ... tapi kamu jatuh cinta padaku apa adanya, kan?"

Aku akan percaya, bukan pada diriku sendiri, tetapi di dalam dirinya.

Aku akan percaya pada Ta-kun, yang telah mencintaiku selama 10 tahun.

Dengan begitu, aku juga akan bisa percaya pada diriku sendiri.

"Itu benar," kata Ta-kun. "Aku sudah jatuh cinta padamu selama 10 tahun karena ... Yah, aku mungkin memiliki sedikit sikap penguntit, tapi aku jatuh cinta terutama karena kamu wanita yang luar biasa."

"......"

"Karena kamu sangat menarik, aku bisa mencintaimu selama 10 tahun."

Ah ...

Aku merasakan hatiku penuh dan terbakar.

Astaga ... Ta-kun selalu seperti itu.

Dia rendah hati, meremehkan dirinya, dan kadang-kadang bisa merasa tidak aman.

Tetapi ketika dia berbicara tentang perasaannya kepadaku, dia mengatakannya dengan sangat percaya diri sehingga aku merasa malu.

"... Astaga. Kamu melebih-lebihkan."

"Tidak, aku tidak melebih-lebihkan."

“Ji-jika kamu mengatakannya seperti itu, maka aku bisa mengatakan hal yang sama tentangmu. Aku wanita yang luar biasa … karena laki-laki yang menarik dan hebat sepertimu jatuh cinta padaku.”

“I-itu tidak benar. Aku bukan laki-laki yang hebat."

"Kamu. Kamu adalah yang terhebat."

"... Kalau begitu kamu bahkan lebih cantik dan manis karena laki-laki hebat sepertiku jatuh cinta padamu."

"Kalau begitu, karena seorang wanita cantik dan manis sepertiku jatuh cinta padamu, itu membuatmu menjadi laki-laki yang lebih jujur ​​dan gagah ..."

“......”

Kami membiarkan diri kami pergi dan berdebat sampai kami sadar pada saat yang sama.

Kami menyadari betapa menyakitkannya kami.

"Kenapa kita bersaing ...?"

"Serius ... Itu sangat tidak menyenangkan untuk sesaat."

"... Fufu."

"Ahahaha."

Setelah sedikit canggung, kami mulai tertawa.

Kedamaian yang hangat sepertinya memenuhi kami.

Menghembuskan napas, aku melanjutkan, "... Kita terlalu tertutup satu sama lain, bukan?"

Ini adalah hubungan pertama kami.

Dan tiba-tiba, kami harus hidup bersama.

Kami saling menjaga satu sama lain dan menjadi cemas sendiri.

Meskipun begitu kami seharusnya hidup bersama, kami mulai melawan musuh khayalan.

"Kita harus mengatakan apa yang ingin kita katakan kepada diri kita sendiri dengan benar."

Jangan meremehkan diri sendiri atau memuliakan orang lain.

Kita harus memperlakukan satu sama lain secara setara.

Meskipun hanya 3 bulan, kita akan hidup bersama.

Mungkin di masa depan ... mungkin suatu hari nanti kita akan menjadi sebuah keluarga.

Tetapi hal-hal itu tidak akan berhasil hanya karena kita merasa seperti sedang jatuh cinta ...

"Ta-kun. Sejak kita mulai hidup bersama, kamu sudah melakukan banyak hal untukku dan aku sangat senang tentang itu ... tapi tolong jangan memaksakan dirimu terlalu berlebihan."

“Itu tidak menekanku. Aku melakukannya karena aku ingin. Itu sama sekali tidak menggangguku, bahkan, itu sangat bermanfaat."

"A-aku tidak bermaksud begitu ... Yang kumaksud adalah ..."

Ini memalukan, tapi aku memutuskan untuk mengatakannya.

Kita harus mengatakan apa yang ingin kita katakan dengan tepat.

"A-aku ingin lebih memanjakanmu!"

Matanya melebar, bingung.

Aku berusaha menahan rasa maluku dan melanjutkan, "Ini tidak adil ... Kamu selalu memanjakanku ... Aku juga ... Aku ingin lebih memanjakanmu, Ta-kun."

Aku ingin kau lebih dimanjakan.

Aku ingin lebih memanjakanmu lebih banyak.

Aku ingin kau menjadi lebih egois.

Aku ingin kau memintaku untuk melakukan lebih banyak dan lebih banyak hal lagi untukmu.

“Yah, mungkin itu salahku karena tidak bisa diandalkan … ta-tapi tetap saja, kamu terlalu perhatian. kamu selalu mencuci pakaian yang aku lepas, ketika aku menyadarinya kamu sudah membersihkan kamar mandi dan mengisi kembali kertas toilet ketika sudah selesai ... Kenapa laki-laki tampan begitu kompeten?! Tidak apa-apa untuk menjadi sedikit ceroboh!"

"… Tidak, itu …"

Ta-kun tampak bingung. Itu tidak mengejutkan. Karena keluhan ku lebih terdengar seperti tuduhan.

"Aku ingin kamu memanjakanku juga ... ta-tapi bukankah menjijikkan jika seorang laki-laki meminta untuk dimanjakan?"

“Ti-tidak sama sekali. Sebaliknya, wanita tertarik pada kelemahan tak terduga yang terkadang ditunjukkan laki-laki. Ada sebagian kecil dari diriku yang ingin berpikir ‘Astaga, orang ini berantakan tanpaku.'.”

… Tidak, apa yang ku bicarakan?

Kurasa aku telah berbicara terlalu jujur.

“Po-pokoknya … jangan memaksakan diri karena ingin terlihat hebat. Kamu bisa lebih bergantung padaku. Dengan begitu … ya, aku juga akan senang.”

"Ba-baiklah," Ta-kun mengangguk canggung. "Aku akan mencoba yang terbaik untuk bertindak sedikit lebih dimanjakan."

"Aku tidak berpikir itu adalah sesuatu yang harus kamu perjuangkan ..."

Aku tersenyum kecut mendengar jawaban jujurnya.

“Ano, tapi hal yang sama berlaku untukmu, Ayako-san. Jangan memaksakan diri terlalu berlebihan dan jika ada sesuatu yang kamu ingin aku lakukan, tolong beritahu aku."

"… Yeah, baiklah."

Dan lalu.

"Kalau begitu, Ta-kun, bisakah aku memintamu untuk melakukan satu hal untukku sekarang?"

Komentar

Options

Not work with dark mode
Reset